Nama : Donny Listyanto Saputro
Nim : 2017015015
ABSTRAK
DONNY LISTYANTO SAPUTRO.
Upacara Tradisi Nyadran untuk Melestarikan
Budaya Daerah di Dusun Blembem Kidul Harjobinangun Pakem Sleman Tahun 2019.
Makalah. Yogyakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa. April. 2019.
Observasi ini bertujuan untuk : 1.
mengetahui wawasan dan pengetahuan tentang nyadran; 2. mengetahui tentang
upaya-upaya mempertahankan kegiatan nyadran.
Observasi ini dilaksanakan di dusun
Blembem Kidul Harjobinangun Pakem Sleman tahun 2019. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi langsung ditempat.
Kesimpulan hasil observasi adalah : Sesaji
nyadranan dibuat oleh kepala dusun dengan di bantu dengan warga. Dalam
persiapan pelaksanaan tradisi nyadran tersebut dua bulan sebelumnya sudah
diadakan musyawarah dan di bentuk kepanitian.
Tradisi nyadran sebagai ungkapan
rasa syukur dan terimakasih kepada sang pencipta, yang senantiasa memberikan
kemurahan rejeki kepada umatnya. Tradisi nyadran mengajarkan untuk saling
betoleransi, bersikap baik dengan sesama, diri sendiri, maupun makhluk gaib. Tradisi
nyadran juga menumbuhkan sikap gotong royong dan kerukunan antar umat. Tradisi
nyadran juga sebagai simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama, dan
yang maha kuasa.
Tradisi nyadran tradisi penyelaras,
yaitu pemenuhan kebutuhan lahir dan batin. Tradisi nyadran dapat meningkatkan
solidaritas masyarakat, kebersamaan antar warga, menumbuhkan rasa persatuan dan
kesatuan.
Kata
kunci : Nyadran
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pakem merupakan kota kecil yang
menarik banyak orang yang datang. Di sini banyak objek wisata maupun kebudayaan
daerah. Kota tersebut juga mempunyai potensi budaya daerah yang dilestarikan
dan bisa menjadi pilihan untuk dikunjungi wisata alam maupun wisata budaya.
Salah satu budaya yang dilestarikan yaitu upacara adat Besik atau yang lebih
dikenal dengan sebutan tradisi nyadran. Upacara adat merupakan salah satu
bagian dari adat kebiasaan masyarakat pakem, yaitu pelaksanaan upacara adat
yang didalamnya terdapat nilai budaya yang luhur dan memberikan inspirasi bagi
kekayaan budaya daerah yang bisa menambah keanekaragaman kebudayaan nasional.
Upacara adat tersebut juga mengajarkan kepada kita untuk ikut bertanggung jawab
menjaga kelestarian budaya dan ikut meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Tradisi nyadran ini biasa
dilaksanakan menjelang bulan ramadhan ( bulan ruwah pada penanggalan jawa ).
Upacara nyadran ini dilaksanakan di dusun Blembem Kidul, Harjobinangun , Pakem.
Dihadiri oleh warga masyarakat sekitar. Umumnya yang mempunyai keluarga yang
dimakamkan dimakam di dusun Blembem Kidul.
Acara upacara nyadran diawali dengan
membersihkan komplek makam, dilanjutkan dengan ziarah ( nyekar ) makam yang
diikuti atau yang dilakukan oleh warga yang memiliki ahli waris di makam
tersebut. Selanjutnya diadakan pembacaan tahlil oleh warga laki-laki yang
dilaksanakan di pelataran depan makam. Setelah selesai pembacaan tahlil, warga
yang mengikuti upacara nyadran tersebut dibagikan bungkusan kenduri yang berisi
nasi gurih, ingkung suwir, peyek, kerupuk, pisang, dan sebagainya, setelah itu
makan bersama – sama dengan warga yang hadir dalam upacara nyadran tersebut. Ada
anggapan bahwa dengan mendapatkan nasi kenduri dan makan di tempat mereka akan
memperoleh berkah dalam hidupnya.
Dengan menjelarakan upacara nyadran
di dusun Blembem Kidul menurut tradisi akan memberikan kemampuan batin kepada
pelakunya dalam mengagungkan rahmat dan perlindungnya. Hal ini juga diharapkan
dapat terjadi dengan dilaksanakannya kegiatan upacara tradisi nyadran di dusun
Blembem Kidul, Harjobinangun, Pakem. Bagi masyarakat yang hidup dipedesaan adat
nyadran merupakan sesuatu yang melibatkan setiap orang didusun tersebut dalam
setiap kegiatannya dan dalam kegiatan sehari-hari. Sehingga dapat mewujudkan
kebersamaan dan kegotongroyongan. Pelaksanaan upacara nyadran didusun Blembem
Kidul juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa dan untuk
mengirimkan doa bagi warga yang dimakamkan di Blembem Kidul tersebut. Dalam
upacara tersebut juga diperlukan gotong royong antar warga terutama pada acara
besik.
Gotong royong adalah sekumpulan
orang yang bekerja sukarela untuk menyelesaikan pekerjaan yang merupakan
kepentingan bersama. Dalam pelaksanaan ini peran serta masyarakat sangat diperlukan
demi kelancaran acara tersebut. Mereka bergotong royong membersihkan makam
kemudian mempersiapkan perlengkapan apa saja yang dibutuhkan pada acara
tersebut. Sedangkan ibu-ibu juga mempersiapkan uborampe untuk kelengkapan
upacara tersebut diantaranya memasak nasi gurih dan ingkung.
B. TUJUAN
OBSERVASI/TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang nyadran.
2. Untuk
mengetahui tentang upaya-upaya mempertahankan kegiatan nyadran.
PEMBAHASAN
A.
ASAL USUL NYADRAN
Bentuk upacara penghormatan terhadap
arwah orang-orang meninggal yang dianggap suci pada masa hindu kuno di Jawa
disebut shraddha. Kata shraddha memiliki arti iman. Oleh karena
itu, shraddha berarti ritual yang ditujukan dengan menivestasi iman untuk mendoakan
dan mendekatkan diri kepada nenek moyang ( Dlipsinh, 2004 : 66 ). Shraddha
dilakukan dengan menunjukkan rasa hormat kepada nenek moyang dan bersyukur atas
melimpahnya air dan alam. Upacara nyadran tersebut dilakukan setiap tahun.
Ritual shraddah merupakan aspek
penting terkait pemujaan leluhur dan merupakan bagian integral dari agama
Hindu. Keyakinan tentang adanya kehidupan yang dijalani nenek moyang setelah
kematian dengan dunia yang terpisah di jelaskan dalam pitru-loka pada periode pra- Weda. Pitru-loka dipahami sebagai tempat yang terletak diantara bumi dan
langit dan dihuni oleh jiwa tiga generasi sebelumnya, jiwa anggota dari
generasi berikutnya lepas melalui kematian di bumi dan mencapai pituru-loka ( Dlipsinh, 2004 : 66 ).
Waktu pelaksanaan shraddha pada tanggal kematian seseorang
yang dihormati, namun terdapat pengecualian dalam aturan ini. Apabila dari
saudara maupun kerabat tidak ada yang mengetahui tanggal kematian seseorang
yang akan di doakan dalam ritual shraddha,
ritual tersebut dilakukan pada hari yang dianggap luar biasa, di tentukan
berdasarkan perhitungan tertentu. Sharaddha dilakukan di hari ke sembilan
setelah pituru paksha ditujukan untuk
mendoakan wanita yang meninggal dan mendahului suami mereka, sedangkan dilakukan
di hari ke dua belas ditujukan untuk mendoakan anak-anak dan pertapa yang
meninggalkan dunia. Hari terakhir dari pituru-paksa
disebut amawasya, dan pada hari
tersebut upacara sharaddha ditujukan untuk mendoakan setiap nenek moyang. Di
hari amawasya masyarakat juga mendoakan sanak saudara mereka yang telah
meninggal, namun tidak diketahui persis kapan meninggalnya. Oleh karena itu,
upacara dilakukan pada tanggal yang ditentukan seperti hari ke empatbelas.
Amawasya sarwa-pitri atau amawasya dimaksudkan untuk mendoakan nenek
moyang ( Dlipsinh, 2004 : 66 ).
B. PENGERTIAN
TRADISI NYADRAN
Tradisi merupakan perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama. dalam kamus Bahasa Indonesia,
tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun ( dari nenek moyang ) yang masih
dijalankan dalam masyarakat. Jadi tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan
secara terus menerus oleh masyarakat dan akan diwariskan secara turun-temurun.
Nyadran berasal dari kata sodrun
yang artinya dada atau hati. Makna nyadran dalam hal ini adalah bahwa
masyarakat membersihkan hati mereka menjelang bulan ramadhan makna lainnya
nyadran adalah sadran yaitu sadran berasal dari kata sudra sehingga nyadran
berarti menyudra menjadi sudra atau berkumpul dengan orang-orang awam. Ini mencerminkan
nilai-nilai bahwa pada hakikatnya manusia adalah sama.
Sementara purwadi menyampaikan dalam
bukunya bahwa kata nyadran adtau sadranan berasal dari bahasa sangsekerta yang
artinya tradisi mengunjungi makam leluhur atau sanak saudara menjelang datangnya
bulan ramadan. Karena lidah orang jawa maka kata sadra kemudian berubah menjadi
nyadran yang memiliki arti ziarah kubur, tradisi nyadran merupakan sebuah
ritual yang berupa penghormatan kepada arwah nenek moyang dan memajatkan doa
selamatan. Bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud nyadran adalah kebiasaan
masyarakat berupa penghormatan kepada arwah nenek moyang dengan memanjatkan doa
selamat melalui ziarah kubur menjelang bulan ramadan dengan tujuan untuk
membersihkan hati.
C. UPAYA-UPAYA
UNTUK MEMPERTAHANKAN TRADISI NYADRAN
Didusun Blembem Kidul Harjobinangun
pakem memiliki ziarah kubur. Kebiasaan ziarah kubur oleh masyarakat Blembem
kidul tersebut dilakukan setiap malam jumat. Dengan kondisi masyarakat yang
demikian menimbulkan pemikiran untuk mempermudah masyarakat melakukan ziarah
makam. Langkah yang diambil untuk mempermudah masyarakat diambil keputusan
ziarah kubur dilakukan secara bersama-sama dengan menentukan waktu yang di
sepakati bersama.
Tradisi nyadran di dusun Blembem
kidul dilaksanakan rutin setiap tahun sebagai bentuk pelestarian kebudayaan
yang ditinggalkan para leluhur. Pada tahap awal pelaksanaan tradisi nyadran
pengurus kampung akan membentuk panitia yang bertugas untuk mengurusi jalannya
acara dan merencanakan adanya kerja bakti makam untuk mempersiapkan tradisi
nyadran. Selanjutnya mendekati hari pelaksanaan tradisi nyadran warga
masyarakat melakukan prosesi tabur bunga dimakam anggota keluarga masing-masing
yang sering disebut dengan istilah nyekar. Pada acara inti pelaksanaan kegiatan
nyadran masyarakat akan berdatangan ke makam dengan membawa berbagai makanan
yang nantinya akan di makan bersama dan di bagi-bagikan.
Tradisi nyadran yang masih
dipertahankan oleh Dusun Blembem Kidul mempunyai tujuan utama untuk mendoakan
arwah leluhur yang telah kembali disisi Allah SWT. Selain tujuan utama tradisi
nyadran dijadikan sarana untuk mengingatkan umat manusia bahwa suatu saat nanti
akan mengalami kematian. Selain itu melalui tradisi nyadran dapat meningkatkan
rasa persaudaraan dikalangan masyarakat karena pada pelaksanaan tersebut hampir
semua warga dusun berbaur menjadi satu dalam acara nyadran. Selain itu juga,
sebagai bagian dalam rangka menjaga kebersihan makam. Karena dengan adanya
tradisi nyadran makam yang akan dijadikan tempat pelaksanaan diadakan
kerjabakti bersih makam. Karena tidak adanya petugas kebersihan makam.
Dari acara nyadran tersebut
masyarakat memanfaatkan penggalangan dana dengan menarik iuran pada setiap
kepala keluarga yang mengikuti tradisi nyadran. Dana yang di dapat digunakan
untuk kas makam yang nantinya dapat digunakan untuk pembangunan dan untuk
memperbaiki sarana dan prasarana makam.
Seiring dengan berjalannya waktu dan
masuknya modernisasi dalam kehidupan masyarakat telah mengeser tradisi warisan
leluhur. Banyak masyarakat menganggap tradisi nyadran hanya akan menambah
pemborosan, sehingga mereka mulai meninggalkan tradisi tersebut. Apabila
tradisi ini tidak diperhatikan lambat laun secara serius akan hilang, sehingga
perlu dilakukan upaya yang dapat menjaga pelestarian tradisi nyadran.
Langkah-langkah untuk menjaga keberadaan tradisi nyadran oleh Dusun Blembem
Kidul agar tidak hilang antara lain : 1. Dengan melibatkan generasi muda.
Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Sejak awal telah di libatkan
dalam kepengurusan pelaksanaan tradisi nyadran. Mereka diajarkan tata cara
pelaksanaan tradisi nyadran dari awal sampai akhir acara. Dengan melibatkan
generasi muda diharapkan mampu memupuk rasa bangga dan menghargai budaya yang
telah dimiliki. Karena rasa bangga dan menghargai budaya yang dimiliki adalah
modal utama untuk menjaga keberadaannya, sehingga nantinya akan timbul kemauan
untuk melestarikannya. 2. Melalui lembaga keluarga. Lembaga keluarga dapat membiasakan
anak sejak dini dalam melakukan segala sesuatu yang baik. Dengan sendirinya apa
yang diajarkan kepada anak akan mendarah daging dalam dirinya. Begitu juga
dengan mengajarkan anak tentang tradisi nyadran. Yang awalnya hanya meniru
setelah tumbuh dewasa dengan bimbingan orang tua dan pemberian pemahaman
tentang tradisi nyadran, kesadaran untuk meneruskan tradisi nyadran akan tumbuh
dengan sendirinya. 3. Lembaga adat dan lembaga pemerintah bekerja sama dengan
memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait tradisi nyadran.salah satu usaha
dalam memberikan pemahaman dilakukan pada saat pemberian sambutan oleh tokoh
adat dan perwakilan dari lembaga pemerintahan. 4. Dengan memanfaatkan teknologi
moderen untuk pendokumentasian jalannya acara tradisi nyadran. Dokumentasi ini
nantinya dapat digunakan untuk pembelajaran anak cucu, yang kemungkinan
nantinya dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan tradisi nyadran yang lebih
menarik kepada masyarakat.
KESIMPULAN
Bentuk upacara penghormatan terhadap
arwah orang-orang meninggal yang dianggap suci pada masa hindu kuno di Jawa
disebut shraddha. Kata shraddha memiliki arti iman. Oleh karena
itu, shraddha berarti ritual yang ditujukan dengan menivestasi iman untuk
mendoakan dan mendekatkan diri kepada nenek moyang. Waktu pelaksanaan shraddha pada tanggal kematian seseorang
yang dihormati, namun terdapat pengecualian dalam aturan ini. Apabila dari
saudara maupun kerabat tidak ada yang mengetahui tanggal kematian seseorang
yang akan di doakan dalam ritual shraddha,
ritual tersebut dilakukan pada hari yang dianggap luar biasa, di tentukan
berdasarkan perhitungan tertentu.
Tradisi merupakan perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama. dalam kamus Bahasa Indonesia,
tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun ( dari nenek moyang ) yang masih
dijalankan dalam masyarakat. Jadi tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan
secara terus menerus oleh masyarakat dan akan diwariskan secara turun-temurun.
Nyadran berasal dari kata sodrun yang artinya dada atau hati. Makna nyadran
dalam hal ini adalah bahwa masyarakat membersihkan hati mereka menjelang bulan
ramadhan makna lainnya nyadran adalah sadran yaitu sadran berasal dari kata
sudra sehingga nyadran berarti menyudra menjadi sudra atau berkumpul dengan
orang-orang awam. Ini mencerminkan nilai-nilai bahwa pada hakikatnya manusia
adalah sama.
Didusun Blembem Kidul Harjobinangun
pakem memiliki ziarah kubur. Kebiasaan ziarah kubur oleh masyarakat Blembem
kidul tersebut dilakukan setiap malam jumat. Dengan kondisi masyarakat yang
demikian menimbulkan pemikiran untuk mempermudah masyarakat melakukan ziarah
makam. Langkah yang diambil untuk mempermudah masyarakat diambil keputusan
ziarah kubur dilakukan secara bersama-sama dengan menentukan waktu yang di
sepakati bersama. Tradisi nyadran di dusun Blembem kidul dilaksanakan rutin
setiap tahun sebagai bentuk pelestarian kebudayaan yang ditinggalkan para
leluhur. Pada tahap awal pelaksanaan tradisi nyadran pengurus kampung akan
membentuk panitia yang bertugas untuk mengurusi jalannya acara dan merencanakan
adanya kerja bakti makam untuk mempersiapkan tradisi nyadran. Selanjutnya
mendekati hari pelaksanaan tradisi nyadran warga masyarakat melakukan prosesi
tabur bunga dimakam anggota keluarga masing-masing yang sering disebut dengan
istilah nyekar. Pada acara inti pelaksanaan kegiatan nyadran masyarakat akan
berdatangan ke makam dengan membawa berbagai makanan yang nantinya akan di
makan bersama dan di bagi-bagikan.
DAFTAR PUSTAKA
Purwaningsih, Ernawat, suwrno dan
Indra Fibiona . 2016. Kearifan Lokal
dalam Tradisi Nyadran Masyarakat Sekitar Liangan. Yogyakarta. Balai
Pelestarian Nilai Budaya ( BPNP ).
LAMPIRAN







Tidak ada komentar:
Posting Komentar