Jumat, 24 Mei 2019

UPACARA TRADISI NYADRAN UNTUK MELESTARIKAN BUDAYA DAERAH DI DUSUN BLEMBEM KIDUL HARJOBINANGUN PAKEM SLEMAN TAHUN 2019



Nama   : Donny Listyanto Saputro
Nim     : 2017015015


ABSTRAK
            DONNY LISTYANTO SAPUTRO.  Upacara Tradisi Nyadran untuk Melestarikan Budaya Daerah di Dusun Blembem Kidul Harjobinangun Pakem Sleman Tahun 2019. Makalah. Yogyakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. April. 2019.
            Observasi ini bertujuan untuk : 1. mengetahui wawasan dan pengetahuan tentang nyadran; 2. mengetahui tentang upaya-upaya mempertahankan kegiatan nyadran.
            Observasi ini dilaksanakan di dusun Blembem Kidul Harjobinangun Pakem Sleman tahun 2019. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung ditempat.
            Kesimpulan hasil observasi adalah : Sesaji nyadranan dibuat oleh kepala dusun dengan di bantu dengan warga. Dalam persiapan pelaksanaan tradisi nyadran tersebut dua bulan sebelumnya sudah diadakan musyawarah dan di bentuk kepanitian.
            Tradisi nyadran sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada sang pencipta, yang senantiasa memberikan kemurahan rejeki kepada umatnya. Tradisi nyadran mengajarkan untuk saling betoleransi, bersikap baik dengan sesama, diri sendiri, maupun makhluk gaib. Tradisi nyadran juga menumbuhkan sikap gotong royong dan kerukunan antar umat. Tradisi nyadran juga sebagai simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama, dan yang maha kuasa.
            Tradisi nyadran tradisi penyelaras, yaitu pemenuhan kebutuhan lahir dan batin. Tradisi nyadran dapat meningkatkan solidaritas masyarakat, kebersamaan antar warga, menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan.
           
Kata kunci : Nyadran




PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

            Pakem merupakan kota kecil yang menarik banyak orang yang datang. Di sini banyak objek wisata maupun kebudayaan daerah. Kota tersebut juga mempunyai potensi budaya daerah yang dilestarikan dan bisa menjadi pilihan untuk dikunjungi wisata alam maupun wisata budaya. Salah satu budaya yang dilestarikan yaitu upacara adat Besik atau yang lebih dikenal dengan sebutan tradisi nyadran. Upacara adat merupakan salah satu bagian dari adat kebiasaan masyarakat pakem, yaitu pelaksanaan upacara adat yang didalamnya terdapat nilai budaya yang luhur dan memberikan inspirasi bagi kekayaan budaya daerah yang bisa menambah keanekaragaman kebudayaan nasional. Upacara adat tersebut juga mengajarkan kepada kita untuk ikut bertanggung jawab menjaga kelestarian budaya dan ikut meningkatkan harkat dan martabat manusia.
            Tradisi nyadran ini biasa dilaksanakan menjelang bulan ramadhan ( bulan ruwah pada penanggalan jawa ). Upacara nyadran ini dilaksanakan di dusun Blembem Kidul, Harjobinangun , Pakem. Dihadiri oleh warga masyarakat sekitar. Umumnya yang mempunyai keluarga yang dimakamkan dimakam di dusun Blembem Kidul.
            Acara upacara nyadran diawali dengan membersihkan komplek makam, dilanjutkan dengan ziarah ( nyekar ) makam yang diikuti atau yang dilakukan oleh warga yang memiliki ahli waris di makam tersebut. Selanjutnya diadakan pembacaan tahlil oleh warga laki-laki yang dilaksanakan di pelataran depan makam. Setelah selesai pembacaan tahlil, warga yang mengikuti upacara nyadran tersebut dibagikan bungkusan kenduri yang berisi nasi gurih, ingkung suwir, peyek, kerupuk, pisang, dan sebagainya, setelah itu makan bersama – sama dengan warga yang hadir dalam upacara nyadran tersebut. Ada anggapan bahwa dengan mendapatkan nasi kenduri dan makan di tempat mereka akan memperoleh berkah dalam hidupnya.
            Dengan menjelarakan upacara nyadran di dusun Blembem Kidul menurut tradisi akan memberikan kemampuan batin kepada pelakunya dalam mengagungkan rahmat dan perlindungnya. Hal ini juga diharapkan dapat terjadi dengan dilaksanakannya kegiatan upacara tradisi nyadran di dusun Blembem Kidul, Harjobinangun, Pakem. Bagi masyarakat yang hidup dipedesaan adat nyadran merupakan sesuatu yang melibatkan setiap orang didusun tersebut dalam setiap kegiatannya dan dalam kegiatan sehari-hari. Sehingga dapat mewujudkan kebersamaan dan kegotongroyongan. Pelaksanaan upacara nyadran didusun Blembem Kidul juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa dan untuk mengirimkan doa bagi warga yang dimakamkan di Blembem Kidul tersebut. Dalam upacara tersebut juga diperlukan gotong royong antar warga terutama pada acara besik.
            Gotong royong adalah sekumpulan orang yang bekerja sukarela untuk menyelesaikan pekerjaan yang merupakan kepentingan bersama. Dalam pelaksanaan ini peran serta masyarakat sangat diperlukan demi kelancaran acara tersebut. Mereka bergotong royong membersihkan makam kemudian mempersiapkan perlengkapan apa saja yang dibutuhkan pada acara tersebut. Sedangkan ibu-ibu juga mempersiapkan uborampe untuk kelengkapan upacara tersebut diantaranya memasak nasi gurih dan ingkung.

B.     TUJUAN OBSERVASI/TUJUAN PENELITIAN

1.      Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang nyadran.
2.      Untuk mengetahui tentang upaya-upaya mempertahankan kegiatan nyadran.


PEMBAHASAN
A.    ASAL USUL NYADRAN
            Bentuk upacara penghormatan terhadap arwah orang-orang meninggal yang dianggap suci pada masa hindu kuno di Jawa disebut shraddha. Kata shraddha memiliki arti iman. Oleh karena itu, shraddha berarti ritual yang ditujukan dengan menivestasi iman untuk mendoakan dan mendekatkan diri kepada nenek moyang ( Dlipsinh, 2004 : 66 ). Shraddha dilakukan dengan menunjukkan rasa hormat kepada nenek moyang dan bersyukur atas melimpahnya air dan alam. Upacara nyadran tersebut dilakukan setiap tahun. Ritual shraddah merupakan aspek penting terkait pemujaan leluhur dan merupakan bagian integral dari agama Hindu. Keyakinan tentang adanya kehidupan yang dijalani nenek moyang setelah kematian dengan dunia yang terpisah di jelaskan dalam pitru-loka pada periode pra- Weda. Pitru-loka dipahami sebagai tempat yang terletak diantara bumi dan langit dan dihuni oleh jiwa tiga generasi sebelumnya, jiwa anggota dari generasi berikutnya lepas melalui kematian di bumi dan mencapai pituru-loka ( Dlipsinh, 2004 : 66 ).
            Waktu pelaksanaan shraddha pada tanggal kematian seseorang yang dihormati, namun terdapat pengecualian dalam aturan ini. Apabila dari saudara maupun kerabat tidak ada yang mengetahui tanggal kematian seseorang yang akan di doakan dalam ritual shraddha, ritual tersebut dilakukan pada hari yang dianggap luar biasa, di tentukan berdasarkan perhitungan tertentu. Sharaddha dilakukan di hari ke sembilan setelah pituru paksha ditujukan untuk mendoakan wanita yang meninggal dan mendahului suami mereka, sedangkan dilakukan di hari ke dua belas ditujukan untuk mendoakan anak-anak dan pertapa yang meninggalkan dunia. Hari terakhir dari pituru-paksa disebut amawasya, dan pada hari tersebut upacara sharaddha ditujukan untuk mendoakan setiap nenek moyang. Di hari amawasya masyarakat juga mendoakan sanak saudara mereka yang telah meninggal, namun tidak diketahui persis kapan meninggalnya. Oleh karena itu, upacara dilakukan pada tanggal yang ditentukan seperti hari ke empatbelas. Amawasya sarwa-pitri atau amawasya dimaksudkan untuk mendoakan nenek moyang  ( Dlipsinh, 2004 : 66 ).




B.     PENGERTIAN TRADISI NYADRAN
           
            Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama. dalam kamus Bahasa Indonesia, tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun ( dari nenek moyang ) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Jadi tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat dan akan diwariskan secara turun-temurun.
            Nyadran berasal dari kata sodrun yang artinya dada atau hati. Makna nyadran dalam hal ini adalah bahwa masyarakat membersihkan hati mereka menjelang bulan ramadhan makna lainnya nyadran adalah sadran yaitu sadran berasal dari kata sudra sehingga nyadran berarti menyudra menjadi sudra atau berkumpul dengan orang-orang awam. Ini mencerminkan nilai-nilai bahwa pada hakikatnya manusia adalah sama.
            Sementara purwadi menyampaikan dalam bukunya bahwa kata nyadran adtau sadranan berasal dari bahasa sangsekerta yang artinya tradisi mengunjungi makam leluhur atau sanak saudara menjelang datangnya bulan ramadan. Karena lidah orang jawa maka kata sadra kemudian berubah menjadi nyadran yang memiliki arti ziarah kubur, tradisi nyadran merupakan sebuah ritual yang berupa penghormatan kepada arwah nenek moyang dan memajatkan doa selamatan. Bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud nyadran adalah kebiasaan masyarakat berupa penghormatan kepada arwah nenek moyang dengan memanjatkan doa selamat melalui ziarah kubur menjelang bulan ramadan dengan tujuan untuk membersihkan hati.

C.     UPAYA-UPAYA UNTUK MEMPERTAHANKAN TRADISI NYADRAN
            Didusun Blembem Kidul Harjobinangun pakem memiliki ziarah kubur. Kebiasaan ziarah kubur oleh masyarakat Blembem kidul tersebut dilakukan setiap malam jumat. Dengan kondisi masyarakat yang demikian menimbulkan pemikiran untuk mempermudah masyarakat melakukan ziarah makam. Langkah yang diambil untuk mempermudah masyarakat diambil keputusan ziarah kubur dilakukan secara bersama-sama dengan menentukan waktu yang di sepakati bersama.
            Tradisi nyadran di dusun Blembem kidul dilaksanakan rutin setiap tahun sebagai bentuk pelestarian kebudayaan yang ditinggalkan para leluhur. Pada tahap awal pelaksanaan tradisi nyadran pengurus kampung akan membentuk panitia yang bertugas untuk mengurusi jalannya acara dan merencanakan adanya kerja bakti makam untuk mempersiapkan tradisi nyadran. Selanjutnya mendekati hari pelaksanaan tradisi nyadran warga masyarakat melakukan prosesi tabur bunga dimakam anggota keluarga masing-masing yang sering disebut dengan istilah nyekar. Pada acara inti pelaksanaan kegiatan nyadran masyarakat akan berdatangan ke makam dengan membawa berbagai makanan yang nantinya akan di makan bersama dan di bagi-bagikan.
            Tradisi nyadran yang masih dipertahankan oleh Dusun Blembem Kidul mempunyai tujuan utama untuk mendoakan arwah leluhur yang telah kembali disisi Allah SWT. Selain tujuan utama tradisi nyadran dijadikan sarana untuk mengingatkan umat manusia bahwa suatu saat nanti akan mengalami kematian. Selain itu melalui tradisi nyadran dapat meningkatkan rasa persaudaraan dikalangan masyarakat karena pada pelaksanaan tersebut hampir semua warga dusun berbaur menjadi satu dalam acara nyadran. Selain itu juga, sebagai bagian dalam rangka menjaga kebersihan makam. Karena dengan adanya tradisi nyadran makam yang akan dijadikan tempat pelaksanaan diadakan kerjabakti bersih makam. Karena tidak adanya petugas kebersihan makam.
            Dari acara nyadran tersebut masyarakat memanfaatkan penggalangan dana dengan menarik iuran pada setiap kepala keluarga yang mengikuti tradisi nyadran. Dana yang di dapat digunakan untuk kas makam yang nantinya dapat digunakan untuk pembangunan dan untuk memperbaiki sarana dan prasarana makam.
            Seiring dengan berjalannya waktu dan masuknya modernisasi dalam kehidupan masyarakat telah mengeser tradisi warisan leluhur. Banyak masyarakat menganggap tradisi nyadran hanya akan menambah pemborosan, sehingga mereka mulai meninggalkan tradisi tersebut. Apabila tradisi ini tidak diperhatikan lambat laun secara serius akan hilang, sehingga perlu dilakukan upaya yang dapat menjaga pelestarian tradisi nyadran. Langkah-langkah untuk menjaga keberadaan tradisi nyadran oleh Dusun Blembem Kidul agar tidak hilang antara lain : 1. Dengan melibatkan generasi muda. Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Sejak awal telah di libatkan dalam kepengurusan pelaksanaan tradisi nyadran. Mereka diajarkan tata cara pelaksanaan tradisi nyadran dari awal sampai akhir acara. Dengan melibatkan generasi muda diharapkan mampu memupuk rasa bangga dan menghargai budaya yang telah dimiliki. Karena rasa bangga dan menghargai budaya yang dimiliki adalah modal utama untuk menjaga keberadaannya, sehingga nantinya akan timbul kemauan untuk melestarikannya. 2. Melalui lembaga keluarga. Lembaga keluarga dapat membiasakan anak sejak dini dalam melakukan segala sesuatu yang baik. Dengan sendirinya apa yang diajarkan kepada anak akan mendarah daging dalam dirinya. Begitu juga dengan mengajarkan anak tentang tradisi nyadran. Yang awalnya hanya meniru setelah tumbuh dewasa dengan bimbingan orang tua dan pemberian pemahaman tentang tradisi nyadran, kesadaran untuk meneruskan tradisi nyadran akan tumbuh dengan sendirinya. 3. Lembaga adat dan lembaga pemerintah bekerja sama dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait tradisi nyadran.salah satu usaha dalam memberikan pemahaman dilakukan pada saat pemberian sambutan oleh tokoh adat dan perwakilan dari lembaga pemerintahan. 4. Dengan memanfaatkan teknologi moderen untuk pendokumentasian jalannya acara tradisi nyadran. Dokumentasi ini nantinya dapat digunakan untuk pembelajaran anak cucu, yang kemungkinan nantinya dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan tradisi nyadran yang lebih menarik kepada masyarakat.


KESIMPULAN

            Bentuk upacara penghormatan terhadap arwah orang-orang meninggal yang dianggap suci pada masa hindu kuno di Jawa disebut shraddha. Kata shraddha memiliki arti iman. Oleh karena itu, shraddha berarti ritual yang ditujukan dengan menivestasi iman untuk mendoakan dan mendekatkan diri kepada nenek moyang. Waktu pelaksanaan shraddha pada tanggal kematian seseorang yang dihormati, namun terdapat pengecualian dalam aturan ini. Apabila dari saudara maupun kerabat tidak ada yang mengetahui tanggal kematian seseorang yang akan di doakan dalam ritual shraddha, ritual tersebut dilakukan pada hari yang dianggap luar biasa, di tentukan berdasarkan perhitungan tertentu.
            Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama. dalam kamus Bahasa Indonesia, tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun ( dari nenek moyang ) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Jadi tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat dan akan diwariskan secara turun-temurun. Nyadran berasal dari kata sodrun yang artinya dada atau hati. Makna nyadran dalam hal ini adalah bahwa masyarakat membersihkan hati mereka menjelang bulan ramadhan makna lainnya nyadran adalah sadran yaitu sadran berasal dari kata sudra sehingga nyadran berarti menyudra menjadi sudra atau berkumpul dengan orang-orang awam. Ini mencerminkan nilai-nilai bahwa pada hakikatnya manusia adalah sama.
            Didusun Blembem Kidul Harjobinangun pakem memiliki ziarah kubur. Kebiasaan ziarah kubur oleh masyarakat Blembem kidul tersebut dilakukan setiap malam jumat. Dengan kondisi masyarakat yang demikian menimbulkan pemikiran untuk mempermudah masyarakat melakukan ziarah makam. Langkah yang diambil untuk mempermudah masyarakat diambil keputusan ziarah kubur dilakukan secara bersama-sama dengan menentukan waktu yang di sepakati bersama. Tradisi nyadran di dusun Blembem kidul dilaksanakan rutin setiap tahun sebagai bentuk pelestarian kebudayaan yang ditinggalkan para leluhur. Pada tahap awal pelaksanaan tradisi nyadran pengurus kampung akan membentuk panitia yang bertugas untuk mengurusi jalannya acara dan merencanakan adanya kerja bakti makam untuk mempersiapkan tradisi nyadran. Selanjutnya mendekati hari pelaksanaan tradisi nyadran warga masyarakat melakukan prosesi tabur bunga dimakam anggota keluarga masing-masing yang sering disebut dengan istilah nyekar. Pada acara inti pelaksanaan kegiatan nyadran masyarakat akan berdatangan ke makam dengan membawa berbagai makanan yang nantinya akan di makan bersama dan di bagi-bagikan.



DAFTAR PUSTAKA
            Purwaningsih, Ernawat, suwrno dan Indra Fibiona . 2016. Kearifan Lokal dalam Tradisi Nyadran Masyarakat Sekitar Liangan. Yogyakarta. Balai Pelestarian Nilai Budaya ( BPNP ).
  
LAMPIRAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRADISI NYADRAN DI MAKAM SEWU DIWIJIRWJO PANDAK BANTUL

Oleh : Febriana SiskaWati (2017015260) Febrianasiska123@gmail.com Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ABSTRAK Tulisan ini m...