Nama : Yasisca Sanda Kartika (2017015007)
Nim : 2017015007
Abstrak/
Ringkasan
Setiap setahun sekali, di daerah Kalimantan Timur
tepatnya di Mahakam Ulu yang tinggal di kampung Long Pahai, Long Punuk, Long
Bagun selalu merayakan Festival Hudoq. Festival ini harus dihadiri oleh 12
kampung yang ada disana. Festival Hudoq ini merupakan acara penghormatan orang
Dayak kepada alam dan bumi. Mereka percaya bahwa restu leluhur menjadi
keutamaan untuk tanah yang subur. Ini diadakan apabila suku Dayak akan
melakukan penanaman padi, jagung, dan tebu diladang mereka.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data. Pengumpulan data
ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Berdasarkan hasil analisis
data tersebut, diperoleh kesimpulan, yaitu: Didalam Festival Hudoq terdapat
tarian-tarian khas orang dayak salah satunya adalah tarian Hudoq atau topeng
yang menjadi salah satu mascot kabupaten Mahakam Ulu. Tarian ini di persembahan
kepada bumi dan ritual permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar hasil
pertanian mereka diberikan hasil yang melimpah ruah yang menjadikan salah satu
cara mengucapkan rasa syukur. Suku Dayak Mahakam Ulu percaya bahwa para roh ini
ada yang berasal dari dalam air, ujung langit, ujung bumi, bawah tanah, dan ada
pula yang berasal dari tanah khayangan. Jenis kebaikan yang mereka bawa pun
berbagai macam, ada yang membawa roh padi agar padi tumbuh dengan sehat dan
berlimpah, ada yang membawa roh binatang buruan agar mudah diburu oleh manusia,
ada yang membawa roh ikan agar berlimpah, ada yang membawa roh tanaman buah
agar dapat berbuah banyak, ada pula yang membawa roh harta benda, roh
kesehatan, dan lain-lain.
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa,
adat istiadat atau yang sering kita disebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya
yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan
negara yang kaya akan budaya. Kebudayaan daerah yang ada di Indonesia ini
semakin lama semakin tergusur oleh arus globalisasi yang sudah merajalela di
negara kita. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, kita harus
melestarikan dan mempertahankan budaya daerah tersebut agar tidak hilang
ditelan oleh zaman.
Kebudayaan bangsa Indonesia telah lama diwarisi
secara turun temurun dan telah menjadi sebuah kepercayaan yang sulit untuk
dihilangkan. Kepercayaan-kepercayaan tersebut biasanya dipertahankan dengan sifat-sifat
lokal yang dimiliki, dimana sifat lokal tersebut yang menjadi suatu kearifan yang selalu dipegang
oleh masyarakatnya. Kepercayaan yang masih menjadi tradisi dalam masyarakat
juga disebabkan, karena kebudayaan yang ada tersebut bersifat menyeluruh,
sehingga melekat pada kehidupan masyarakat dan telah menjadi hal yang pokok
dalam kehidupannya.
Karena kebudayaan merupakan kekayaan
serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya
merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan
kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa.
Demikian halnya di Pulau Kalimantan, pulau terbesar
kedua setelah Irian. Di pulau ini terdapat banyak ragam budaya daerah yang
sampai saat ini masih tetap dimiliki dan dihayati oleh masyarakat pendukungnya.
Selain itu, tradisi budaya yang ada juga tetap dijalankan sebab sanksi adat
tetap diberlakukan kepada setiap anggota masyarakat yang melanggarnya. Kabupaten Mahakam Ulu tepatnya di Provinsi Kalimantan Timur terdapat
salah satu tradisi yang selalu dilestarikan dan diselenggarakan tiap tahunnya
oleh masyarakat sekitar. Apalagi ditengah tengah arus globalisasi dan budaya
ketimuran dapat membuat kita menjadi lupa akan tradisi kita sendiri, bahkan budaya
lah yang sangat penting dalam mengembangkan suatu negara. Seperti misalnya yang
terdapat di desa long bangun ada salah satu tradisi Festival Hudoq atau yang
biasanya sering disebut dengan Tarian topeng. Tari ini menggunakan
topeng yang dipercaya sebagai kedatangan paradewa utusan Sang Pencipta kedunia untuk
membantu kehidupan manusia, membantu mengusir hama penyakit padi dan segala hal
buruk yang akan menimpa kampung. Menurut mitosnya topeng ini
ciptaan roh yang diluar manusia, bukan manusia. Namanya Yaitu Jeliwan Tok
Hudog. Budaya tradisi ini dilakukan turun temurun dari jaman nenek moyang dan
tetap dilaksanakan hingga saat ini. Ini merupakan kebiasaan masyarakat
suk/etnis Dayak dalam memasuki musim panen padi.
Sesuai dengan kesimpulan diatas maka
ditemukan rumusan masalah yang ingin diteliti adalah : Bagaimana makna tari
hudog dan kaitannya dengan panen padi (manugal), dan bagaimana kegiatan manugal
dilakukan atau dilaksanakan oleh etnis Dayak.
Festival ini dilakukan dengan tujuan
diantaranya untuk melestarikan budaya sekaligus memancing wisatawan datang,
karena kegiatan ini selain untuk melestarikan budaya juga memiliki nilai
ekonomi luas bagi kehidupan masyarakat. Dan dapat memberikan informasi tambahan
tentang bagaimana proses dan kegiatan yang ada didalam festival Hudoq.
PEMBAHASAN
Di daerah Mahakam Ulu tepatnya di desa long bagun
Provinsi Kalimantan Timur masih setia mengadakan festival hudoq yang harus
dihadiri oleh 12 kampung yang ada disana. Ini merupakan sebuah festival tentang
penghormatan orang Dayak kepada bumi dan alam. Tentang orang orang atau
masyarakat yang masih percaya bahwa restu leluhur masih menjadi keutamaan untuk
tanah yang subur. Tarian penghormatan kepada bumi dan permohonan kepada Yang
Maha Kuasa (Dewa) agar tanaman mereka dilindungi dari hama atau segala sumber
kerusakan, agar hasil pertanian mereka diberikan hasil yang melimpah ruah
hingga membawa kemakmuran bagi
masyarakat.
Hudoq dalam bahasa Dayak di artikan sebagai topeng,
yaitu sesuatu alat yang di buat untuk menggambarkan suatu jenis makhluk
tertentu yang di anggap keramat. Jadi yang dimaksudkan dengan Hudoq adalah
topeng penggambaran makhluk yang di anggap keramat. Tari Hudoq erat hubungannya
dengan kehidupan padi dan perladangan. Ini merupkan salah satu kesenian yang
berpengaruh sebagai sarana komunikasi dengan roh nenek moyang. Tarian topeng
bagi suku atau etnis Dayak dipercaya sebagai tarian kedatangan para dewa utusan
sang pencipta ke dalam dunia, untuk menjaga dan melindungi kehidupan dan
tanaman padi yang baru ditanam. Tarian ini dilakukan setiap setahun sekali
sekitar bulan September-Oktober dalam menjelang Menugal tiba. Mereka meyakini
bahwa pada saat musim-musim tanam tiba roh-roh nenek moyang akan selalu berada
disekeliling mereka untuk membimbing dan mengawasi anak cucunya.
Lahirnya tari Hudoq tidak lepas dari mitos yang
terdapat dan berlaku bagi suku Dayak, dalam mitos diharuskan bagi mereka untuk
memberikan persembahan kepada roh –roh tertentu yang diyakini dapat membawa
keselamatan bagi kehidupan manusia atau sebaliknya dapat menimbulkan bencana.
Roh –roh tersebut menampakkan dirinya dalam bentuk atau jenis binatang tertentu
seperti burung enggang, rusa, babi, monyet, buaya dan sebagainya. Oleh karena
itu dikeramatkanlah jenis binatang tersebut ke dalam bentuk topeng atau Hudoq Menurut
mitosnya pun topeng hudog ini merupakan ciptaan roh yang diluar manusia dan
bukan manusia. Yang namanya itu adalah Tok Jeliwan Tok Hudog yang artinya Tok =
roh, jeliwan = ular kobra, dan hudog= Topeng.
Tari Hudoq berfungsi sebagai media penghubung antara
roh –roh gaib dengan manusia yang bermanfaat sebagai sarana komunikasi,
ungkapan rasa syukur dan pengharapan, pengikat rasa solidaritas, dan hiburan. Fungsi
tari Hudoq diungkap secara rinci sebagai berikut :
1) Sebagai
sarana komunikasi kepada roh –roh gaib (nilai religious)
Fungsi tari Hudoq sangat berkaitan
dengan komunikasi yang berhubungan dengan alam gaib yaitu untuk memanggil roh
–roh baik dan mengusir roh –roh jahat lewat penari Hudoqyang menggunakan topeng
–topeng yang menggambarkan ekspresi tokoh –tokoh yang berpengaruh dalam
kehidupan masyarakat Dayak. Tokoh topeng Tong Gaep berperan sebagai pemimpin
dan penghubung pihak Hudoq dengan manusia yang diwakilkan oleh kepala adat.
2) Sebagai
sarana pengungkap rasa syukur (nilai religi)
Tari Hudoq erat kaitannya dengan
upacara panen. Rasa syukur atas perlindungan pada tanaman saat mulai menanam
hingga menuai hasil panen yang melimpah tahun ini serta dijauhkan dari segala
macam hama perusak tanaman. Rasa syukur itu diwujudkan dengan mengadakan pesta
yang diadakan selama beberapa hari dengan mengundang tetangga dan warga kampung
lain untuk bersama sama menikmati berkah hasil panen tahun ini. Selain itu rasa
syukur juga berkaitan dengan kebersihan kampung dan kedamaian seluruh warga.
3) Sebagai
pengikat rasa solidaritas dan kebersamaan masyarakat (nilai sosial)
Keakraban dan kebersamaan warga
Dayak masih sangat kental dan dapat terlihat dari segala macam kegiatan. Dalam
kehidupan bertetangga, berladang, membersihkan kampung, maupun pada upacara
adat. Pada upacara panen seluruh warga turut membantu dalam mengerjakan
persiapan, mulai dari membersihkan kampung, pembuatan ibus (umbul-umbul khas
Dayak), menghias rumah adat, membuat lemang serta membuat baju rumbai dedaunan
untuk penari Hudoq.Seluruh kegiatan tersebut dipimpin oleh kepala kampung yang
terus memberikan arahan dan motivasi kepada masyarakat demi kesejahteraan warga
dan kemajuan kampung.
Dalam mempersiapkan festival hudog
warga desa saling membantu dan melibatkan seluruh partisipasi
warga kampung, baik dari segi tenaga dan biaya ditanggung bersama dengan
mengundang warga long bagun dan warga kampung lainnya. Sebelum upacara
dilaksanakan, Kepala Adat mengundang warganya untuk bermusyawarah untuk
menghitung dan memilih waktu yang tepat sesuai dengan adat atau bulan padi.
Persiapan konsumsi massal, persiapan ritual, dan alat daun - daunan untuk
busana adat Tari Hudoq. Dengan begitu silahturahmi dan sosialisasi
mereka akan terus terjalin
4) Sebagai
sarana meminta kekuatan , perlindungan, dan keberhasilan pada usaha perladangan
Fungsi utama tari Hudoq yang memang
hanya ditampilkan pada masa menanam dan memanen padi adalah untuk meminta
kekuatan pada roh –roh pelindung agar menjaga dan membantu manusia untuk
keberhasilan padausaha perladangan. Masyarakat Dayak meyakini bahwa kehidupan
mereka saat ini tidak terlepas dari kehidupan nenek moyang mereka yang selalu
membantu dalam setiap segi kehidupan.
5) Sebagai
sarana hiburan (nilai hiburan)
Pada perkembangannya tari Hudoq selain
menjadi kebutuhan spiritual untuk mendekatkan diri pada roh nenek moyang dalam
upacara panen, tetapi berfungsi sebagai hiburan yang dapat dinikmati. Seluruh
warga menanti kehadiran para penari Hudoq walaupun penampilan mereka terlihat
menakutkan dengan topeng yang menyeramkan dan busana yang terbuat dari daun
pisang. Dan tarian ini dapat menarik para wisatawan untuk ikut menyaksikan
tarian hudoq ini.
6) Sebagai
nilai pendidikan dan budaya
Dengan adanya tarian hudoq dapat
emmeberikan informasi beserta wawasan kepada generasi berikutnya tentang
keberagaman budaya atau kebiasaan yang belum mereka ketahui. Dengan begitu
tarian hudoq akan terus dilaksanakan sehingga dapat menjadikan suatu ciri khas
yang melejat pada daerah tersebut. Dan dengan begitu kekhasan ini dapat
melestarikan budaya yang ada.

Biasanya tarian Hudog ini ditarikan oleh kaum
laki-laki karena properti dan kostum yang digunakan cukup banyak sehingga
memerluan fisik yang kuat dan tenaga yang banyak. Fisik yang kuat diperlukan
karena selain kostumdari rumbai daun pisangdan topeng yang terbuat dari kayu
yang cukup berat, mereka juga harus mengelilingi kampung sebagai bentuk
perlindungan agar terhindar dari segala macam bencana. Terdapat beberapa
pantangan yang berkaitan dengan penari hudog, yaitu penari tidak boleh terkena
siraman air saat sedang menari , jika penari terkena siraman air maka penari
tersebut akan terkena penyakit yang hanya bisa disembuhkan oleh orang yang telah
diberikan rahmat kemampuan mengobati penyakit itu. Pantangan lainnya adalah
penonton tidak boleh memukul penari Hudoq,setakut apapun penonton pada penari
Hudoq mereka tidak boleh memukul penari Hudoq karena Hudoq adalah penjelmaan
roh dewa sehingga imbasnya adalah penonton yang secara sengaja atau tidak
sengaja memukul penari maka ia akan ketulahan dan sakit,
![]() |
Dalam festival hudog ini penari tidak hanya menggunakan topeng saja tetapi menggunakan baju yang terbuat dari kulit pohon yang dihiasi dengan rumbai berwarna hijau yang terbuat dari daun pisang atau daun kelapa. Baju ini menyimbolkan dedaunan yang di harapkan terus menghijau agar tanaman yang mereka tanam tumbuh subur seperti yang di harapkan dan menggambarkan kehidupan yang terus tumbuh dan berkembang ke atas sesuai dengan kehidupan. Manusia mendapatkan perlindungan dan kesejahteraan dari daun yang hidup.

Topeng yang mereka gunakan adalah topeng yang terbuat dari kayu dengan ukiran dan bentuk yang berbeda – beda sesuai dengan perwujudan yang ingin di tampilkan. Tidak ketinggalan, penutup kepala yang di hiasi dengan bulu burung enggang yang telah menjadi ciri khas dan memiliki arti khusus bagi masyarakat suku Dayak. Ini adalah salah satu yang berada di Musium Mulawarman, Tenggarong

Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari
Hudoq ini terbilang sederhana,terdiri dari dua gong dan satu gendang. Dua alat
musik ini merupakan alat musik yang menjadi ciri khas masyarakat suku Dayak.

PENUTUP
Kesimpulan
Hudoq
dalam bahasa Dayak di artikan sebagai topeng, yaitu sesuatu alat yang di buat
untuk menggambarkan suatu jenis makhluk tertentu yang di anggap keramat. Jadi
yang dimaksudkan dengan Hudoq adalah topeng penggambaran makhluk yang di anggap
keramat. Tari Hudoq erat hubungannya dengan kehidupan padi dan perladangan. Ini
merupkan salah satu kesenian yang berpengaruh sebagai sarana komunikasi dengan
roh nenek moyang. Tarian topeng bagi suku atau etnis Dayak dipercaya sebagai
tarian kedatangan para dewa utusan sang pencipta ke dalam dunia, untuk menjaga
dan melindungi kehidupan dan tanaman padi yang baru ditanam. Tarian ini
dilakukan setiap setahun sekali sekitar bulan September-Oktober dalam menjelang
Menugal tiba.
Pakaian
yang dikenakan berupa daun pisang yang berwarna hijau yang menggambarkan
kesejukan, kesuburan, keselamatan, yang dikaitkan dengan musim penananman padi.
Referensi
1. Wawancara
2. Risna
H.2014.”Makna Simbolik Tari Hudoq Pada Upacara Panen Bagi Masyarakat Suku Dayak
Kabupaten Berau Kalimantan Timur”.Skripsi.Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
https://eprints.uny.ac.id/16590/1/Risna%20Herjayanti%2010209241039.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar