Jumat, 17 Mei 2019

TARI DOLALAK SEBAGAI KESENIAN TRADISIONAL KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH



Ayu Puspitasari Dewi 2016015045
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
ABSTRAK
Dolalak merupakan seni tari gabungan dua kultur barat jaman Belanda dengan daerah timur Jawa yang lebih tepatnya pesisir laut selatan Purworejo yang sudah ada sejak jaman Belanda. Tari Dolalak ini terinspirasi dari pesta serdadu Belanda, karena pada saat pesta mereka menari-nari secara berulang hingga pada akhirnya gerakan yang dilakukan ditiru oleh orang pribumi. Tarian ini biasanya dilakukan dalam acara besar-besaran seperti pada acara hajatan pernikahan, perayaan hajatan sunatan, pada acara perayaan hari kemerdekaan, gebyar budaya daerah, dan masih banyak lainnya. Pertunjukan tari dolalak yang biasanya di lakukan berkelompok yang bisa di ikuti oleh pria maupun wanita tetapi tidak boleh campur. Yang identik dengan tarian ini adalah pakaian yang dikenakan oleh para penarinya menggunakan kostum ala tentara jaman Belanda, kemudian di tambahkan dengan aksesoris lainnya yang gemerlap dan yang terakhir yang menjadi ciri seni tari menggunakan sampur atau selendang dipergunakan sebagai pelengkap pakaian saat akan tampil atau pentas. Setelah melakukan berbagai observasi langsung dan tidak langsung saya mendapatkan informasi  bahwa pada akhirnya untuk mematenkan kebudayaan daerah ini, pada tahun 2012 pemerintah Kabupaten Purworejo melalui Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pariwisata mendapatkan hak paten bahwa Kesenian Tari Dolalak merupakan kesenian asli daerah Purworejo yang menunjuk desa Kaliharjo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo sebagai desa wisata seni budaya Dolalak.
Kata Kunci: Dolalak, Purworejo, Kesenian Tradisional

I.         PENDAHULUAN
Kebudayaan didefinisikan sebagai buah budi manusia, yang merupakan hasil dari dua pengaruh besar yaitu alam dan kodrat masyarakat. Ini juga merupakan sebuah bukti kejayaan kehidupan manusia untuk dapat mengatasi kesulitan di dalam hidupnya agar keselamatan dan kebahagyaan bisa tercapai. Nantinya, sifat tertib dan damai juga akan terlahir dari sini (Ki Hadjar Dewantara). Dengan adanya kebudayaan daerah seperti kesenian daerah, upacara adat, dolanan tradisional menjadikan masing-masing daerah harus memiliki daya tarik yang dapat melekat dan dijadikan ikon (simbol) daerah pada kancah kota, kabupaten, maupun provinsi supaya mudah dikenali. Agar menjadi suatu kesenian tradisonal pada daerahnya, tentunya harus ada ciri pada masing-masing kesenian daerah supaya bisa dipatenkan menjadi hak milik daerah tersebut. Misalnya saja dengan Kesenian Tradisional Tari Dolalak  di Kabupaten Purworejo.
Kabupaten Purworejo secara memiliki luas wilayah 1.034,8752 km2, batas wilayah di sisi utara yang berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Wonosobo, sedangkan disebelah timur berbatasan dengan Daerah Iatimewa Yogyakarta, disisi barat berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan sebelah selatan dengan Samudera Indonesia. Posisi kabupaten Purworejo sangat strategis karena dilewati jalur nasional dan dekat dengan kota-kota terkenal dengan pariwisatanya seperti Wonosobo dengan Tradisinya Potong Rambut Gimbal, Yogyakarta dengan berbagai keseniannya. Namun sayangnya, Purworejo hanya dijadikan sebagai tempat transit tanpa diketahui adakah kesenian tradisional yang sebenarnya dapat dinikmati dan dipelajari. Maka dari itu, purworejo mengembangkan sayapnya dengan menjadikan tari Dolalak sebagai destinasi kesenian tradisional yang dapat dipilih untuk menjadi ikon kesenian di Kabupaten Purworejo.
Menurut Jono (54 th) kesenian Dolalak memiliki keunikan pada gerakan tariannya, karena merupakan perpaduan antara gerakan tari Jawa, pencak silat, baris berbaris dan dansa. Pada awal kemunculannya Dolalak hanya ditarikan oleh kaum pria dan masih terbatas pada wilayah tertentu saja. Pada masa itu ada anggapan tabu dari masyarakat apabila kaum perempuan tampil di depan umum. Sejak tahun 1976, pertunjukan kesenian Dolalak mulai ditarikan oleh kaum perempuan dan hal ini mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat Purworejo.
Ada beberapa hal yang menarik jika dikupas dari hasil observasi yang dilakukan untuk mengetahui lebih dalam apa itu tari dolalak dan bagaimana tari dolalak dipentaskan baik dari segi penampilan, gerakan maupun musik yang mengiringinya. Terdapat unsur yang melekat pada tarian dolalak ini terbawa dari jaman Belanda yang sampai saat ini sudah mengalami banyak perubahan dan penambahan supaya ciri yang melekat benar-benar pure dari daerah Purworejo. Dalam tari dolalak yang menjadikan ciri menonjol dari tarian tunggalnya yang biasanya hanya dilakukan  oleh satu penari yang mengalami kesurupan atau dalam Bahasa Jawanya adalah Mendem, penari tersebut menari dengan tidak beraturan dan akan meminta berbagai sesajen untuk memenuhi keinginannya.
Perkembangannya, tari dolalak  ini tidak lepas dari perhatian pemerintah kabupaten Purworejo dengan memperkenalkan Tari Dolalak ini di berbagai event yang ada. Selain itu tarian ini juga di jadikan mata pelajaran khusus bagi pendidikan dasar agar regenerasi yang ada tidak pernah melupakan tari tradisional  ini. Tari Dolalak tidak hanya terkenal di Purworejo dan Jawa tengah saja. Namun tarian ini juga sering mewarnai panggung pentas kesenian tingkat nasional yang biasanya ditampilkan oleh paguyuban di suatu kota atau daerah di luar Purworejo yang memiliki sanggar tari Dolalak, bahkan terkadang mendatangkan penari asli dari Purworejo untuk pentas.
II.      PEMBAHASAN
Bentuk kesenian Dolalak merupakan perpaduan tari, musik dan lagu vokal (koor) sedangkan isi yang dituangkan dalam tarian mengandung nilai kehidupan kebersamaan atau gotong-royong, menggambarkan sikap kegagahan, disiplin sekaligus suasana kegembiraan. Mengacu pada Laporan Proyek Pembina Kesenian Jawa Tengah tahun 1992/1993 dengan judul Deskripsi Kesenian Dolalak, nama tari Dolalak berasal dari kata “do” dan “la-la” yaitu ucapan notasi lagu diatonis yang dinyanyikan oleh serdadu-serdadu Belanda dalam tangsi untuk mengiringi atau dinyanyikan sambil menari-nari. Ucapan do la la yaitu notasi lagu 1 – 6 – 6, oleh masyarakat Purworejo yang dekat dengan tangsi ditirukan menjadi Ndolalak (lidah Jawa), termasuk juga meniru gerak-gerak serdadu-serdadu Belanda dan bentuk/motif yang diterapkan pada busananya.
Busana penari Dolalak sepintas mirip pakaian prajurit Belanda. Busana bagian atas berupa baju lengan panjang dan bagian bawah celana pendek dengan warna dasar hitam, menggunakan rumbai-rumbai pada kedua sisi pundaknya, geblekan pada bagian dada dan punggung, menggunakan motif untu walang pada bagian ujungnya (untuk menunjukkan kewibawaan) dengan kombinasi motif kembang teki. Penutup kepala menggunakan topi pet berwarna hitam dengan hiasan berbentuk bintang dengan kacamata hitam sebagai penutup mata. Sampur diikatkan pada bagian pinggang sebelah kiri, menggunakan kaos kaki setinggi betis sebagai alas kakinya. Rias pada penari Dolalak adalah rias sederhana pada bagian wajah, paling dominan menggunakan bedak dan pemerah pipi (Prihatini).
Seiring dengan perkembangan jaman, mulai banyak modifikasi dari Tari Dolalak ini agar lebih menarik dan agar telepas dari budaya Belanda yang masih merekat pada tarian ini untuk menciptakan ciri khas tersendiri. Pengembangan tersebut terlihat dari musik pengiring, lagu yang di bawakan, gerakan tari dan kostum yang digunakan. Berikut pembahasan terkait dengan kesenian tradisional Tari Dolalak :

1.    Gerakan
Gerakan dalam tarian ini merupakan gerak keprajuritan yang di dominasi dengan gerakan yang kompak dan dinamis. Yang menjadi ciri khas dari Tari Dolalak adalah gerakan “kirig“, yaitu gerakan bahu yang cepat pada saat tertentu. Gerakan dalam Tari Dolalak ini mempunyai istilah yang bermacam - macam. Pada gerakan kaki mempunyai istilah seperti adeg, tanjak, hayog, sered, mancad, jinjit, sepak dan lain – lain. pada gerakan tangan mempunyai istilah seperti ngruji, teweng, gregem, bapangan, wolak walik, tangkisan dan lain – lain. pada gerakan badan mempunyai istilah seperti ogek, entrag dan geblag. Pada gerakan leher mempunyai istilah seperti tolehan, lilingan dan coklekan.  Dan pada gerakan bahu seperti kirig dan kedher.
Dolalak memiliki keunikan pada gerakan tariannya, karena merupakan perpaduan antara gerakan tari Jawa, pencak silat, baris berbaris dan dansa. Pada awal kemunculannya Dolalak hanya ditarikan oleh kaum pria dan masih terbatas pada wilayah tertentu saja. Pada masa itu ada anggapan tabu dari masyarakat apabila kaum perempuan tampil di depan umum. Sejak tahun 1976, pertunjukan kesenian Dolalak mulai ditarikan oleh kaum perempuan dan hal ini mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat Purworejo.

2.    Pementasan
Pada pertunjukan tarian tunggal  Dolalak biasanya di warnai dengan keadaan trance para penari (Mendhem), yaitu keadaan dimana penari mengalami kesurupan karena sudah larut dalam gerakan tari dan iringan musiknya. Keadaan trance tersebut sering menimbulkan tingkah lucu para penari dan membuat masyarakat tertarik dengan tontonan tersebut. Dalam pertunjukannya, Tari Dolalak juga di damping oleh dukun yang bertugas menyembuhkan penari yang kesurupan dan melakukan ritual lainnya. Tidak hanya penari yang mengalami trance, tetapi biasanya ada tokoh sesepuh di tempat pentas yang akan mengalami trance juga. Dalam pertunjukan Tari Dolalak awalnya bisa di pentaskan selama berjam – jam. Namun dalam perkembangannya tarian tersebut di modifikasi dengan mengurangi durasinya, agar tidak terlalu banyak gerakan yang di ulang – ulang dan membuat gerakan tari yang disajikan menjadi padat dan bervariasi. 








Gambar pertunjukan tari Doalalak

                                                Gambar penari mendhem
Pada pertunjukannya, Tari Dolalak awalnya hanya di iringi dengan acapela saja. Namun seiring dengan perkembangannya, tarian ini juga di iringi dengan alat musik seperti kendang, terbangan, bedug, kecer, dan organ. Selain itu juga lagu yang di nyanyikan untuk mengiringi pertunjukan Tari Dolalak sangat beragam, diawali dengan lagu pembuka hingga lagu parikan atau pantun bahkan sampai lagu jenis pop, dangdut, dan campursari di kemas sesuai dengan gerakan para penari. Syair lagu yang di bawakan bertema tentang agama, sindiran sosial, kegembiraan, percintaan dan nasehat kehidupan.
3.    Kostum
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvPWxXvwlXlW5ExLWUydonbB0XPDqVtbzL1xQuw3qYzZyBDhLc_SkQ4SdkfDw9OMsW5aZLyefq1oRq2O3sUEJ3EXPyDPf4Plt_dP-tCyf42NIa3i0KjPuXlGNXEgncUA0vI00GP7s0ycfH/s320/dolalak+2.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnDRbAytWXtWwo_cIrqVILMxutqsQolwyN7RYfygLJrULi0dVhqCLQdIg47KwR0r3Y1hjx_T_9YlCtj3ZNlLl6MfZZSoNIQUz0KiY3bq7Y3S6q89plmChEE-WBhmkzyfXvVicD_2wqG1W5/s320/dolalak+3.jpgKostum yang di gunakan pada Tari Dolalak ini biasanya menggunakan baju lengan panjang dan celana pendek hitam dengan coraknya yang khas dengan warna keemasan pada bagian dada dan punggung. Pada bagian kepala biasanya menggunakan topi pet hitam dengan hiasan seperti bulu yang berwarna – warni. Dan tidak lupa pada bagian kaki menggunakan kaos kaki dan sampur pinggang yang di ikat di sebelah kanan saja. Kostum yang di gunakan dalam Tari Dolalak ini juga telah mengalami berbagai modifikasi. Celana pendek yang awalnya di atas lutut di modifikasi sampai bawah lutut. Selain itu juga ada modifikasi gaya muslim denan menggunakan kerudung namun tetap menggunakan topi yang sama. Ciri khas dari kostum penari dolalak biasanya dengan adanya aksesoris pelengkap yang gemerlap

Gambar kostum yang dimodifikasi                             Gambar kostum pada umumnya

4.    Sesajen pelengkap pementasan
Ada yang unik dari pentas tari Dolalak, biasanya salah satu penari akan mengalami mendhem (kerasukan roh) saat berlangsungnya pentas. Biasanya untuk menyadarkan kembali penari yang mendhem aka nada sesajen seperti air kelapa hijau, bunga mawar, dan lainnya yang disesuaikan dengan masing-masing ketua dolalak tetapi yang paling utama tentunya akan ditangani dengan doa-doa yang memohon perlindngan kepada yang Maha Kuasa. Tidak hanya penari yang dapat mengalami mendhem, tetapi biasanya para tokoh tetua di tempat adanya pentas akan bisa mengalami mendhem yang biasanya dimasuki oleh arwah leluhur Desa tersebut. Sesajen yang diminta biasanya sama seperti para penari yaitu air kelapa hijau, ada juga yang meminta wedhang jembawuk yang racikannya adalah air santan kelapa dicampurkan dengan kopi dan gula jawa. Biasanya sang arwah leluhur akan keluar dari tubuh yang dirasukinya setelah mendapatkan apa yang dimau atau setelah menyampaikan sesuatu yang ingin disampaikan. Berbeda dengan penari saat ingin sembuh dari mendhem yang hanya didoakan, biasanya arwah leluhur minta badan yang dimasukinya dipukul menggunakan daun kelapa yang masih muda (janur).  

5.    Nilai yang terkandung
Nilai yang terkandung dalam tari Dolalak merujuk pada beberapa karakter yang dapat diajarkan pada anak-anak dan masyarakat luas diantaranya adalah nilai kebersamaan dimana para penari yang bersama-sama menari dengan bahagia, nilai toleransi didapatkan dimana saat penari bersama-sama menari mereka tidak akan memandang yang menari bersama itu beragama apa dan berasal dari mana, nilai cinta tanah air disini bisa berasal daripada tari Dolalak ini merupakan wujud kebudayan daerah yang seharusnya memang dilestarikan sebagai wujud cinta tanah air, dengan mempelajari tari tradisional di daerah maka akan menumbuhkan rasa bangga dan cinta memiliki seni yang berasal dari daerahnya. Dengan adanya kejadian mendhem kita diajarkan bahwasanya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa kita meminta pertolongan dari apapun yang terjadi, dari sini kita mendapatkan nilai religius.

III.   KESIMPULAN
Dolalak  bukan hanya kesenian tradisional biasa yang mudah diakui oleh masyarakat selain masyarakat Purworejo, sebab Dolalak merupakan Kesenian tradisional khas yang dimiliki Kabupaten Purworejo.  Kesenian ini sudah ada sejak jaman Belanda dan masih eksis sampai sekarang. Tidak mudah untuk mempertahankan kekayaan daerah ini, berbagai cara selalu dilakukan untuk terus memancarkan kejayaan tari Dolalak, mulai dari memasukkan ke dalam  muatan pelajaran daerah di sekolah dasar, membuat paguyuban,hingga pementasan lokal, nasional bahkan internasional yang dilakukan demi mempertahkankan ketenaran kesenian ini.

Terdapat keunikan yang ada pada tari Dolalak ini baik dari segi pementasan, kostum, iringan musik, sesajen dan para penarinya. Dahulu tari ini hanya dilakukan oleh kaum pria saja, tetapi seiring berkembangnya jaman, kedatangan penari wanitapun sangat disambut antusias oleh masyarakat luas. Hingga pada jaman sekarang sangat langka ditemui tari dolalak yang ditampilkan oleh penari pria. Tetapi pada sejatinya walaupun penari pria sudah jarang sekari pentas, mereka bekerja dibalik layar untuk selalu melatih, mengembangkan, dan mengajarkan tari Dolalak kepada penerus-penerus muda yang diharapkan dapat terus melestarikan tari Dolalak.
Saat pementasan berlangsung banyak gerakan yang tercipta dari variasi dansa, pencak silat, dan juga baris-berbaris yang dikolaborasikan dengan cantik diiringi iringan musik dan lagu yang membuat suasana semakin meriah. Tidak hanya penari tidak jarang penonton ada yang berminat untuk ikut menari bersama dengan penari Dolalak. Saat penari melayani kemauan penonton tarian biasanya tidak lagi berpatokan pada gerakan tarian pada umunya tetapi hanya asal menari saja untuk mengimbangi pasangan penari yang bukan sebenarnya.
Hingga saat ini tari Dolalak masih sangat eksis dan banyak diuri-uri (dilestarikan) oleh gadis-gadis cantik sebagai penarinya, mereka tidak malu melakukan tarian yang sejatinya adalah kesenian tradisional, padahal jika dilihat pada jaman sekarap banyak anak muda yang menggandrungi tarian hip hop, tarian KPOP seperti budaya korea dan masih banyak lainnya. Semoga dengan adanya penerus muda yang tetap melestarikan tari Dolalak,kesenian tradisional ini akan tetap ada dan tidak hilang termakan pergerakan jaman.

SUMBER/ REFERENSI
Prihartini, Nanik Sri. Dolalak: Tari Tradisi Masyarakat Purworejo, Surakarta:ISI Press Solo, 2007.
Setiawan, Budi Agus. (2016). Kesenian Tari Dolalak Sebagai Brand  Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Jurnal Kalatanda, Vol 1 (2). Diakses pada 20 April 2019

WAWANCARA
Mariman 47 Th. Ketua Dolalak Ngandagan. Wawancara 18 April 2019, di rumah bapak Mariman Ngandagan.
Bardi 60 Th. Warga Desa Sukogelap Purworejo. Wawancara 20 April 2019, di rumah bapak Bardi Sukogelap.
Jono, 54 th. Ketua kelompok Dolalak Budi Santoso, Kaligesing, Purworejo. Wawancara  17 April 2019, di Desa Kaliharjo, Kaligesing, Kabupaten Purworejo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRADISI NYADRAN DI MAKAM SEWU DIWIJIRWJO PANDAK BANTUL

Oleh : Febriana SiskaWati (2017015260) Febrianasiska123@gmail.com Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ABSTRAK Tulisan ini m...