Ayu Puspitasari Dewi 2016015045
Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
ABSTRAK
Dolalak
merupakan seni tari gabungan dua kultur barat jaman Belanda dengan daerah timur
Jawa yang lebih tepatnya pesisir laut selatan Purworejo yang sudah ada sejak
jaman Belanda. Tari Dolalak ini terinspirasi dari pesta serdadu Belanda, karena
pada saat pesta mereka menari-nari secara berulang hingga pada akhirnya gerakan
yang dilakukan ditiru oleh orang pribumi. Tarian ini biasanya dilakukan dalam
acara besar-besaran seperti pada acara hajatan pernikahan, perayaan hajatan
sunatan, pada acara perayaan hari kemerdekaan, gebyar budaya daerah, dan masih
banyak lainnya. Pertunjukan tari dolalak yang biasanya di lakukan berkelompok
yang bisa di ikuti oleh pria maupun wanita tetapi tidak boleh campur. Yang
identik dengan tarian ini adalah pakaian yang dikenakan oleh para penarinya
menggunakan kostum ala tentara jaman Belanda, kemudian di tambahkan dengan aksesoris
lainnya yang gemerlap dan yang terakhir yang menjadi ciri seni tari menggunakan
sampur atau selendang dipergunakan sebagai pelengkap pakaian saat akan tampil
atau pentas. Setelah melakukan berbagai observasi langsung dan tidak langsung
saya mendapatkan informasi bahwa pada akhirnya
untuk mematenkan kebudayaan daerah ini, pada tahun 2012 pemerintah Kabupaten
Purworejo melalui Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pariwisata
mendapatkan hak paten bahwa Kesenian Tari Dolalak merupakan kesenian asli
daerah Purworejo yang menunjuk desa Kaliharjo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten
Purworejo sebagai desa wisata seni budaya Dolalak.
Kata Kunci: Dolalak,
Purworejo, Kesenian Tradisional
I.
PENDAHULUAN
Kebudayaan
didefinisikan sebagai buah budi manusia, yang merupakan hasil dari dua pengaruh
besar yaitu alam dan kodrat masyarakat. Ini juga merupakan sebuah bukti
kejayaan kehidupan manusia untuk dapat mengatasi kesulitan di dalam hidupnya
agar keselamatan dan kebahagyaan bisa tercapai. Nantinya, sifat tertib dan
damai juga akan terlahir dari sini (Ki Hadjar Dewantara).
Dengan adanya kebudayaan daerah seperti kesenian daerah, upacara adat, dolanan
tradisional menjadikan masing-masing daerah harus memiliki daya tarik yang
dapat melekat dan dijadikan ikon (simbol) daerah pada kancah kota, kabupaten,
maupun provinsi supaya mudah dikenali. Agar menjadi suatu kesenian tradisonal
pada daerahnya, tentunya harus ada ciri pada masing-masing kesenian daerah
supaya bisa dipatenkan menjadi hak milik daerah tersebut. Misalnya saja dengan
Kesenian Tradisional Tari Dolalak di
Kabupaten Purworejo.
Kabupaten
Purworejo secara memiliki luas wilayah 1.034,8752 km2, batas wilayah
di sisi utara yang berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Wonosobo, sedangkan
disebelah timur berbatasan dengan Daerah Iatimewa Yogyakarta, disisi barat
berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan sebelah selatan dengan Samudera
Indonesia. Posisi kabupaten Purworejo sangat strategis karena dilewati jalur
nasional dan dekat dengan kota-kota terkenal dengan pariwisatanya seperti
Wonosobo dengan Tradisinya Potong Rambut Gimbal, Yogyakarta dengan berbagai
keseniannya. Namun sayangnya, Purworejo hanya dijadikan sebagai tempat transit
tanpa diketahui adakah kesenian tradisional yang sebenarnya dapat dinikmati dan
dipelajari. Maka dari itu, purworejo mengembangkan sayapnya dengan menjadikan
tari Dolalak sebagai destinasi kesenian tradisional yang dapat dipilih untuk
menjadi ikon kesenian di Kabupaten Purworejo.
Menurut
Jono (54 th) kesenian Dolalak memiliki keunikan pada gerakan tariannya, karena
merupakan perpaduan antara gerakan tari Jawa, pencak silat, baris berbaris dan
dansa. Pada awal kemunculannya Dolalak hanya ditarikan oleh kaum pria dan masih
terbatas pada wilayah tertentu saja. Pada masa itu ada anggapan tabu dari
masyarakat apabila kaum perempuan tampil di depan umum. Sejak tahun 1976,
pertunjukan kesenian Dolalak mulai ditarikan oleh kaum perempuan dan hal ini
mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat Purworejo.
Ada
beberapa hal yang menarik jika dikupas dari hasil observasi yang dilakukan
untuk mengetahui lebih dalam apa itu tari dolalak dan bagaimana tari dolalak
dipentaskan baik dari segi penampilan, gerakan maupun musik yang mengiringinya.
Terdapat unsur yang melekat pada tarian dolalak ini terbawa dari jaman Belanda
yang sampai saat ini sudah mengalami banyak perubahan dan penambahan supaya
ciri yang melekat benar-benar pure dari
daerah Purworejo. Dalam tari dolalak yang menjadikan ciri menonjol dari tarian
tunggalnya yang biasanya hanya dilakukan
oleh satu penari yang mengalami kesurupan atau dalam Bahasa Jawanya
adalah Mendem, penari tersebut menari dengan tidak beraturan dan akan meminta
berbagai sesajen untuk memenuhi keinginannya.
Perkembangannya, tari dolalak ini tidak lepas dari
perhatian pemerintah kabupaten Purworejo dengan memperkenalkan Tari
Dolalak ini di berbagai event yang ada. Selain itu tarian ini juga di jadikan
mata pelajaran khusus bagi pendidikan dasar agar regenerasi yang ada tidak
pernah melupakan tari tradisional ini.
Tari Dolalak tidak hanya terkenal di Purworejo dan Jawa tengah saja. Namun
tarian ini juga sering mewarnai panggung pentas kesenian tingkat nasional yang
biasanya ditampilkan oleh paguyuban di suatu kota atau daerah di luar Purworejo
yang memiliki sanggar tari Dolalak, bahkan terkadang mendatangkan penari asli
dari Purworejo untuk pentas.
II.
PEMBAHASAN
Bentuk kesenian
Dolalak merupakan perpaduan tari, musik dan lagu vokal (koor) sedangkan isi
yang dituangkan dalam tarian mengandung nilai kehidupan kebersamaan atau
gotong-royong, menggambarkan sikap kegagahan, disiplin sekaligus suasana
kegembiraan. Mengacu pada Laporan Proyek Pembina Kesenian Jawa Tengah tahun 1992/1993
dengan judul Deskripsi Kesenian Dolalak, nama tari Dolalak berasal dari kata
“do” dan “la-la” yaitu ucapan notasi lagu diatonis yang dinyanyikan oleh
serdadu-serdadu Belanda dalam tangsi untuk mengiringi atau dinyanyikan sambil
menari-nari. Ucapan do la la yaitu notasi lagu 1 – 6 – 6, oleh masyarakat
Purworejo yang dekat dengan tangsi ditirukan menjadi Ndolalak (lidah Jawa),
termasuk juga meniru gerak-gerak serdadu-serdadu Belanda dan bentuk/motif yang
diterapkan pada busananya.
Busana
penari Dolalak sepintas mirip pakaian prajurit Belanda. Busana bagian atas
berupa baju lengan panjang dan bagian bawah celana pendek dengan warna dasar
hitam, menggunakan rumbai-rumbai pada kedua sisi pundaknya, geblekan pada
bagian dada dan punggung, menggunakan motif untu walang pada bagian ujungnya
(untuk menunjukkan kewibawaan) dengan kombinasi motif kembang teki. Penutup
kepala menggunakan topi pet berwarna hitam dengan hiasan berbentuk bintang
dengan kacamata hitam sebagai penutup mata. Sampur diikatkan pada bagian
pinggang sebelah kiri, menggunakan kaos kaki setinggi betis sebagai alas
kakinya. Rias pada penari Dolalak adalah rias sederhana pada bagian wajah,
paling dominan menggunakan bedak dan pemerah pipi (Prihatini).
Seiring dengan perkembangan jaman,
mulai banyak modifikasi dari Tari Dolalak ini agar lebih menarik dan agar
telepas dari budaya Belanda yang masih merekat pada tarian ini untuk
menciptakan ciri khas tersendiri. Pengembangan tersebut terlihat dari musik pengiring,
lagu yang di bawakan, gerakan tari dan kostum yang digunakan. Berikut
pembahasan terkait dengan kesenian tradisional Tari Dolalak :
1.
Gerakan
Gerakan dalam tarian ini merupakan
gerak keprajuritan yang di dominasi dengan gerakan yang kompak dan dinamis.
Yang menjadi ciri khas dari Tari Dolalak adalah gerakan “kirig“, yaitu
gerakan bahu yang cepat pada saat tertentu. Gerakan dalam Tari Dolalak ini
mempunyai istilah yang bermacam - macam. Pada gerakan kaki mempunyai istilah
seperti adeg, tanjak, hayog, sered, mancad, jinjit, sepak dan
lain – lain. pada gerakan tangan mempunyai istilah seperti ngruji,
teweng, gregem, bapangan, wolak walik, tangkisan dan lain – lain. pada
gerakan badan mempunyai istilah seperti ogek, entrag dan geblag.
Pada gerakan leher mempunyai istilah seperti tolehan, lilingan dan coklekan. Dan
pada gerakan bahu seperti kirig dan kedher.
Dolalak memiliki keunikan pada gerakan
tariannya, karena merupakan perpaduan antara gerakan tari Jawa, pencak silat,
baris berbaris dan dansa. Pada awal kemunculannya Dolalak hanya ditarikan oleh
kaum pria dan masih terbatas pada wilayah tertentu saja. Pada masa itu ada
anggapan tabu dari masyarakat apabila kaum perempuan tampil di depan umum.
Sejak tahun 1976, pertunjukan kesenian Dolalak mulai ditarikan oleh kaum
perempuan dan hal ini mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat
Purworejo.
2.
Pementasan
Pada
pertunjukan tarian tunggal Dolalak biasanya
di warnai dengan keadaan trance para penari (Mendhem), yaitu
keadaan dimana penari mengalami kesurupan karena sudah larut dalam gerakan tari
dan iringan musiknya. Keadaan trance tersebut sering menimbulkan tingkah lucu
para penari dan membuat masyarakat tertarik dengan tontonan tersebut. Dalam
pertunjukannya, Tari Dolalak juga di damping oleh dukun yang
bertugas menyembuhkan penari yang kesurupan dan melakukan ritual lainnya. Tidak
hanya penari yang mengalami trance,
tetapi biasanya ada tokoh sesepuh di tempat pentas yang akan mengalami trance juga. Dalam pertunjukan Tari
Dolalak awalnya bisa di pentaskan selama berjam – jam. Namun dalam
perkembangannya tarian tersebut di modifikasi dengan mengurangi durasinya, agar
tidak terlalu banyak gerakan yang di ulang – ulang dan membuat gerakan tari
yang disajikan menjadi padat dan bervariasi.

Gambar pertunjukan tari Doalalak

Gambar
penari mendhem
Pada
pertunjukannya, Tari Dolalak awalnya hanya di iringi dengan acapela saja.
Namun seiring dengan perkembangannya, tarian ini juga di iringi dengan alat
musik seperti kendang, terbangan, bedug, kecer, dan organ.
Selain itu juga lagu yang di nyanyikan untuk mengiringi pertunjukan Tari
Dolalak sangat beragam, diawali dengan lagu pembuka hingga lagu parikan
atau pantun bahkan sampai lagu jenis pop, dangdut, dan campursari di
kemas sesuai dengan gerakan para penari. Syair lagu yang di bawakan
bertema tentang agama, sindiran sosial, kegembiraan, percintaan dan nasehat
kehidupan.
3.
Kostum


Gambar
kostum yang dimodifikasi Gambar
kostum pada umumnya
4.
Sesajen pelengkap pementasan
Ada yang unik dari pentas
tari Dolalak, biasanya salah satu penari akan mengalami mendhem (kerasukan roh)
saat berlangsungnya pentas. Biasanya untuk menyadarkan kembali penari yang
mendhem aka nada sesajen seperti air kelapa hijau, bunga mawar, dan lainnya
yang disesuaikan dengan masing-masing ketua dolalak tetapi yang paling utama
tentunya akan ditangani dengan doa-doa yang memohon perlindngan kepada yang
Maha Kuasa. Tidak hanya penari yang dapat mengalami mendhem, tetapi biasanya
para tokoh tetua di tempat adanya pentas akan bisa mengalami mendhem yang
biasanya dimasuki oleh arwah leluhur Desa tersebut. Sesajen yang diminta
biasanya sama seperti para penari yaitu air kelapa hijau, ada juga yang meminta
wedhang jembawuk yang racikannya adalah air santan kelapa dicampurkan dengan
kopi dan gula jawa. Biasanya sang arwah leluhur akan keluar dari tubuh yang
dirasukinya setelah mendapatkan apa yang dimau atau setelah menyampaikan
sesuatu yang ingin disampaikan. Berbeda dengan penari saat ingin sembuh dari
mendhem yang hanya didoakan, biasanya arwah leluhur minta badan yang
dimasukinya dipukul menggunakan daun kelapa yang masih muda (janur).
5.
Nilai yang terkandung
Nilai yang terkandung dalam
tari Dolalak merujuk pada beberapa karakter yang dapat diajarkan pada anak-anak
dan masyarakat luas diantaranya adalah nilai kebersamaan dimana para penari
yang bersama-sama menari dengan bahagia, nilai toleransi didapatkan dimana saat
penari bersama-sama menari mereka tidak akan memandang yang menari bersama itu
beragama apa dan berasal dari mana, nilai cinta tanah air disini bisa berasal
daripada tari Dolalak ini merupakan wujud kebudayan daerah yang seharusnya
memang dilestarikan sebagai wujud cinta tanah air, dengan mempelajari tari
tradisional di daerah maka akan menumbuhkan rasa bangga dan cinta memiliki seni
yang berasal dari daerahnya. Dengan adanya kejadian mendhem kita diajarkan
bahwasanya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa kita meminta pertolongan dari
apapun yang terjadi, dari sini kita mendapatkan nilai religius.
III. KESIMPULAN
Dolalak bukan hanya kesenian tradisional biasa yang mudah
diakui oleh masyarakat selain masyarakat Purworejo, sebab Dolalak merupakan
Kesenian tradisional khas yang dimiliki Kabupaten Purworejo. Kesenian ini sudah ada sejak jaman Belanda
dan masih eksis sampai sekarang. Tidak mudah untuk mempertahankan kekayaan
daerah ini, berbagai cara selalu dilakukan untuk terus memancarkan kejayaan
tari Dolalak, mulai dari memasukkan ke dalam
muatan pelajaran daerah di sekolah dasar, membuat paguyuban,hingga
pementasan lokal, nasional bahkan internasional yang dilakukan demi
mempertahkankan ketenaran kesenian ini.
Terdapat keunikan yang ada
pada tari Dolalak ini baik dari segi pementasan, kostum, iringan musik, sesajen
dan para penarinya. Dahulu tari ini hanya dilakukan oleh kaum pria saja, tetapi
seiring berkembangnya jaman, kedatangan penari wanitapun sangat disambut
antusias oleh masyarakat luas. Hingga pada jaman sekarang sangat langka ditemui
tari dolalak yang ditampilkan oleh penari pria. Tetapi pada sejatinya walaupun
penari pria sudah jarang sekari pentas, mereka bekerja dibalik layar untuk
selalu melatih, mengembangkan, dan mengajarkan tari Dolalak kepada
penerus-penerus muda yang diharapkan dapat terus melestarikan tari Dolalak.
Saat pementasan
berlangsung banyak gerakan yang tercipta dari variasi dansa, pencak silat, dan
juga baris-berbaris yang dikolaborasikan dengan cantik diiringi iringan musik
dan lagu yang membuat suasana semakin meriah. Tidak hanya penari tidak jarang
penonton ada yang berminat untuk ikut menari bersama dengan penari Dolalak.
Saat penari melayani kemauan penonton tarian biasanya tidak lagi berpatokan
pada gerakan tarian pada umunya tetapi hanya asal menari saja untuk mengimbangi
pasangan penari yang bukan sebenarnya.
Hingga saat ini tari
Dolalak masih sangat eksis dan banyak diuri-uri (dilestarikan) oleh gadis-gadis
cantik sebagai penarinya, mereka tidak malu melakukan tarian yang sejatinya
adalah kesenian tradisional, padahal jika dilihat pada jaman sekarap banyak
anak muda yang menggandrungi tarian hip hop, tarian KPOP seperti budaya korea
dan masih banyak lainnya. Semoga dengan adanya penerus muda yang tetap
melestarikan tari Dolalak,kesenian tradisional ini akan tetap ada dan tidak
hilang termakan pergerakan jaman.
SUMBER/ REFERENSI
Prihartini, Nanik Sri. Dolalak: Tari Tradisi Masyarakat Purworejo, Surakarta:ISI Press Solo, 2007.
Setiawan, Budi Agus. (2016). Kesenian Tari Dolalak Sebagai Brand Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Jurnal
Kalatanda, Vol 1 (2). Diakses pada 20 April 2019
WAWANCARA
Mariman 47 Th. Ketua Dolalak
Ngandagan. Wawancara 18 April 2019, di rumah bapak Mariman Ngandagan.
Bardi 60 Th. Warga Desa
Sukogelap Purworejo. Wawancara 20 April 2019, di rumah bapak Bardi Sukogelap.
Jono, 54 th. Ketua kelompok
Dolalak Budi Santoso, Kaligesing, Purworejo. Wawancara 17 April 2019, di Desa Kaliharjo, Kaligesing,
Kabupaten Purworejo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar