Oleh: Bayu Aditya Rahman/ 2017015145
Abstrak
Mengenal
kebudayaan daerah sendiri adalah hal yang mungkin kurang menarik bagi sebagian
orang. Kebudayaan sekitar kadang lebih berbobot daripada kebudayaan hura-hura
dan individualistis orang barat. Pergantian bregada jaga atau Upacara Ganti
Dwaja adalah kegiatan budaya yang dilaksanakan di Pura Pakualaman Yogyakarta
yang rutin diadakan setiap 35 hari sekali pada hari Sabtu Kliwon. Pergantian
jaga dilakukan oleh pasukan penjaga Bregada Lombok Abang dengan Bregada
Plangkir. Bregada Lombok abang adalah pasukan khas pakualaman dengan sragam
dominan warna merah, merupakan pasukan garis depan dengan senjata tombak.
Bregada Plangkir adalah pasukan khas pakualaman dengan seragam dominan warna
hitam, merupakan pasukan garis belakang karena bersenjatakan senapan laras
panjang. Prosesi utama dari upacara ini adalah upacara mengganti Dwaja
oleh kedua pasukan di dalam Pura Pakualaman dilanjutkan kirab mengelilingi
Beteng Pakualaman. Pergantian Bregada Jaga atau Upacara Ganti Dwaja mengandung
berbagai makna filosofis dan budaya karena mengusung perlengkapan Legiun
Pakualaman yang masih otentik sejak lebih dari satu abad silam. Sekarang
pergantian bregada jaga didukung oleh dinas kebudayaan untuk menarik minat
wisatawan untuk datang ke Pura Pakualaman. Kegiatan dibuat sebuah serangkaian
dan disediakan panggung kesenian dan pasar kaget supaya lebih meriah.
Keywords: Pakualaman, Bregada, Ganti Dwaja, Lombok
Abang, Plangkir
PENDAHULUAN
Gajah di pelupuk mata tidak tampak sedangkan semut
diseberang lautan tampak. peribahasa tersebut bukan hanya berlaku bagi
kesalahan, namun juga dalam berbagai hal. Budaya dan kesenian disekitar kita
kadang lolos dari pengamatan padahal mungkin lebih bagus dan berbobot daripada
kebudayaan dari luar. Hingar bingar budaya hedonisme orang barat kadang lebih
menarik daripada budaya daerah kita yang dianggap kuno. Pura Pakualaman adalah
istana yang jarang dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Istana ini juga jarang diliput oleh media cetak maupun elektronik karena
biasanya hanya pada saat grebeg atau jika ada acara besar lainnya. Pergantian
Bregada Jaga adalah acara rutin yang dilaksanakan setiap 35 hari sekali yang
bersifat intern. Saat ini pengelola Pura Pakualaman bekerjasama dengan Dinas
Kebudayaan Yogyakarta dalam memeriahkan acara Pergantian Bregada Jaga. Tujuan
ditulisnya artikel ini adalah agar kegiatan kebudayaan di sekitar kita dapat
menggaung dan menarik orang-orang untuk memeriahkan kegiatan kebudayaan dalam
hal ini tentang Pergantian Bregada Jaga Pura Pakualaman Yogyakarta. Mengetahui
sisi filosofis dari acara Pergantian Bregada Jaga Pura Pakualaman Yogyakarta.
Serta melihat arti perlengkapan Pasukan Bregada Jaga Pakualaman Yogyakarta.
PEMBAHASAN
Pura Pakualaman adalah cagar budaya yang berada di
sebelah timur laut dari Kraton Yogyakarta. Pergantian bregada jaga atau upacara
tradisi Ganti Dwaja berarti pergantian pasukan jaga yang secara simbolis
menjaga istana/ pura pakualaman. Pergantian dilakukan setiap tiga puluh lima
hari sekali berdasarkan kalender jawa yaitu setiap Sabtu Kliwon. Semisal
sebelumnya dijaga Bregada Lombok Abang maka akan digantikan oleh Bregada
Plangkir sampai 35 hari selanjutnya. Dilaksanakan hari Sabtu Kliwon dikarenakan
hari tersebut merupakan pasaran lahir Adipati Pakualam X, Kanjeng Gusti
Pangeran Adipati Aryo Pakualam X. hal ini berkaitan dengan mitos weton atau
pasaran lahir merupakan hari sial atau hari dimana si pemilik weton memiliki
pertahanan batin yang melemah. Oleh karena itu Ganti Dwaja ini dilakukan karena
pada saat pergantian adalah saat pertahanan terlemah sekaligus terkuat karena
ada banyak orang yang menjaga. Bahwa pasukan penjaga akan selalu siap siaga
menjaga keselamatan rajanya. Makna Bregada Jaga sendiri yaitu pertanda siap
dalam melakukan penjagaan secara sungguh-sungguh
Ada dua prajurit jaga di Pura Pakualaman yang
masing-masing memiliki sebanyak 50 prajurit yaitu Bregada Lombok Abang dan
Bregada Plangkir. Dibentuk pada tahun 1813 pada masa pemerintahan Pakualam I
sebagai pasukam tempur bernama Legiun Pakualaman. Pada saat itu juga berfungsi
sebagai prajurit cadangan bagi tentara Inggris dan Belanda sehingga pasukan
Legiun Pakualaman dilatih dengan gaya, taktik perang, persenjataan, dan
perpangkatan gaya Eropa.
Bregada Lombok Abang

Bregada Lombok Abang berseragam merah-merah sebagai
ciri khasnya, merupakan kesatuan yang berbeda dari pasukan berjuluk Lombok
Abang (Wirabraja) Keraton Yogyakarta yang bertopi lancip seperti cabai. Bregada
Lombok Abang membawa senjata tombak yang juga diberi warna merah. Berbaris
empat banjar dengan diawali satu orang pemimpin membawa pedang komando, satu
orang pembawa panji lalu barisan serdadu terdiri dari empat orang pembawa
pembawa tambur, empat orang pembawa seruling, dua orang pembawa bendhe, dan
satu orang pembawa kempyeng, dan sisanya tentu pasukan pembawa tombak. Secara
filosofis warna merah diartikan keberanian mutlak, begitu juga dengan bregada
lombok abang adalah pasukan paling pemberani. Pasukan Lombok Abang merupakan pasukan pengawal
pribadi raja yang senantiasa melindungi raja. Bregada Lombok Abang memiliki
Dwaja/ bendera berwarna merah warna merah juga melambangkan karakter api yang
membawa makna garang. Tombak memiliki makna filosofis menghindarkan segala mara
bahaya, selalu lurus atau fokus dalam berpikir serta menjalani kehidupan
senantiasa di jalan yang benar.
Bregada Plangkir

Acara dimulai sudah sejak Jumat malam yaitu
sarasehan dan karawitan. Kemudian dari pagi hari stand-stand makanan (pasar
kaget) akan memenuhi pinggir jalan dan alun-alun depan Pura Pakualaman. Pada Sabtu
(20/04) nampak disediakan panggung kesenian
dan atraksi berupa Jathilan atau tarian tradisional dari
Kulonprogo bahkan kadang ada juga atraksi Jemparingan atau seni memanah
ala Jawa untuk memeriahkan acara. Diawali dari prajurit berbaris keluar dari
Masjid Pura Pakualaman
menuju halaman istana. Lalu upacara di pura pakualaman, memancang bendera
kebesaran dan membaca janji dan dilanjutkan kirab keliling beteng pakualaman.
Lalu malamnya kadang diadakan pertunjukan wayang di panggung yang telah
disediakan.
PENUTUP
Pergantian Bregada Jaga pada Pura Pakualaman
merupakan kegiatan rutin setiap 35 hari sekali yang diadakan di kompleks Pura
Pakualaman untuk menandai pergantian tugas jaga pasukan penjaga. Dilaksanakan
dengan kegiatan inti berupa upacara, mengganti bendera (Ganti Dwaja) dan kirab mengelilingi
Beteng Pura Pakualaman. Dilaksanakan oleh Bregada Lombok Abang dan Bregodo
Plangkir untuk saling bergantian dalam menjaga Pura Pakualaman.
Pergantian Bregada Jaga merupakan simbol
kesiap-siagaan prajurit Pura Pakualaman untuk senantiasa menjaga keselamatan
dan keamanan rajanya yaitu Sri Pakualam X. dilaksankan tiap pasaran lahir Sri
Pakualam X karena disimbolkan hari pasaran lahir adalah hari dimana melemahnya
pertahanan fisik dan bathin orang tersebut. Pergantian berarti titik kelemahan
sekaligus kekuatan disaat bersamaan.
Atribut Bregada Lombok Abang didominasi warna merah
agar terkesan berani, garang dan kuat. Senjata tombaknya berarti perlindungan
dari segala marabahaya dan ketetapan hati dalam hidup di jalan yang lurus.
Sedangkan atribut Bregada Plangkir didominasi warna hitam yang terkesan tegas
dan kuat serta pendirian yang kokoh serta warna putih pada celana sebagai
penetral bahwa hidup selalu seimbang jika ada keburukan pasti ada kebaikan.
Bedhil dan bayonet artinya satunya hati dan ucapan akan membawa serta tindakan dan
konsekuensi yang harus diterima seseorang.
SUMBER/ REFERENSI
Artikel ini bersumber dari observasi penulis di
cagar budaya Pura Pakualaman pada hari Sabtu Kliwon 20 April 2019 pukul 15.12
WIB
Rochmana, Fatma. 2015. Makna Simbolik Atribut
Prajurit Kadipaten Pakualaman Yogyakarta. Skripsi. Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Budaya dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar