Endah
Kusuma Rini (2017015215)
Pendidikan
Guru Sekolah Dasar
Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa
ABSTRAK
Kebudayaan
Jawa merupakan salah satu kebudayaan penting diantara kebudayaan daerah lain
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara baik pada masa lampau maupun saat ini.
Dalam kebudayaan dan kehidupan Jawa terkandung nilai-nilai yang menjadi pedoman
dan pegangan hidup bermasayarakat. Masyarakat Islam dalam memperingati Bulan
Suci Ramadhan, seringkali melakukan suatu kebiasaan untuk menyambut bulan
tersebut. Masyarakat Desa Bonorowo ini melaksanakan salah satu kebiasaan yang
ada yakni penyambutan datangnya Bulan Suci Ramadhan yang disebut dengan
punggahan. Punggahan merupakan sebuah tradisi penyambutan Bulan Suci Ramadhan
dengan serangkaian acara yaitu berseh diri, berseh makam, dan
kenduri(punggahan) dimaksudkan sebagai bentuk rasa syukur dengan mengirimkan
doa baik bagi para leluhur, anak cucu, maupun cikal bakal Desa Bonorowo. Punggahan
dilaksanakan di kediaman juru kunci sebagai sesepuh yang dituakan oleh
masyarakat Desa Bonorowo. Dalam pelaksaannya, masyakarat dianjurkan duduk
melingkar kemudian dilaksanakannya prosesi doa, dan pembagian tumpeng. Penelitian
ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif dan menggunakan teknik
pengumpulan data berupa wawancara, dan sumber sekunder yang berdasarkan kajian
literature seperti jurnal, buku, dll. Dalam penelitian ini, penulis mencoba
menceritakan dan menjelaskan bagaimana prosesi punggahan di Desa Bonorowo.
Selanjutnya, peneliti juga akan mengungkapkan makna ubarampe (alat, barang) yang digunakan, serta nilai-nilai budaya
atau pendidikan yang dapat dipetik dari tradisi punggahan tersebut.
Keyword:
Punggahan, berseh, dan ubarampe
PENDAHULUAN
Kebudayaan
adalah buah budi manusia berupa cipta, rasa, dan karsa manusia (masayakat).
Karya yang dihasilkan dapat berupa ide, benda, kesenian, maupun lainnya.
Kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai keseluruhan yang kompleks yang di
dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan yang terdapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Masyarakat dan kebudayaan sangat erat hubungannya.
Masyarakat merupakan orang yang hidup berkelompok atau bersama yang dapat
menghasilkan kebudayaan. Masyarakat sebagai tempat berkembangnya suatu
kebudayaan yang ada. Terdapat berbagai suku di Indonesia, yang mana masing-masing
memiliki bahasa, identititas, dan tradisi yang berbeda-beda. Diantaranya suku
Jawa yang berada pada Masyarakat Desa Bonorowo, Kecamatan Bonorowo, Kabupaten
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
Tradisi
merupakan suatu pola kebiasaan yang melahirkan kebudayaan dalam sekelompok
masyarakat. Kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan penting diantara
kebudayaan daerah lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara baik pada masa
lampau maupun saat ini. Dalam kebudayaan dan kehidupan Jawa terkandung
nilai-nilai yang menjadi pedoman dan pegangan hidup bermasayarakat.
Masyarakat
Indonesia mayoritas menganut agama Islam. Dimana, masyarakat diwajibkan untuk
melakukan perintah dan menjauhi larangan yang diatur dalam ajarannya. Dalam
kehidupan sehari- hari, manusia diwajibkan menaati beberapa hal seperti
mengucapkan syahadat, sholat, puasa, zakat, dan naik haji bagi yang mampu.
Selain hal tersebut juga terdapat banyak hal yang dapat dilakukan agar menambah
pahala atau seringkali disebut dengan sunnah. Terlepas dari hal tersebut,
manusia akan dipertemukan oleh Bulan Suci Ramadhan, dimana manusia diwajibkan
berpuasa sebulan penuh. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh hikmah,
berkah, dan memiliki kedudukan yang Agung diantara bulan-bulan lainnya.
Masyarakat
Islam dalam memperingati Bulan Suci Ramadhan, seringkali melakukan suatu
kebiasaan untuk menyambut bulan tersebut. Masyarakat Desa Bonorowo ini
melaksanakan salah satu kebiasaan yang ada yakni penyambutan datangnya Bulan
Suci Ramadhan yang disebut dengan punggahan.
Dalam
pelaksaannya, masyakarat dianjurkan duduk melingkar kemudian dilaksanakannya
prosesi doa, dan pembagian tumpeng. Berbeda dengan tradisi ramadhan lainnya,
tumpeng dalam acara ini disebut dengan ambeng
tumpeng sekul suci sakumplite, yaitu nasi berbentuk tumpeng yang dikelilingi
lauk pauk seperti ingkung, telur rebus, tempe goreng, dan kerupuk, dan ada juga
aneka sayur seperti sayur lombok(berongkos),
mie, dan kacang, serta dilengkapi dengan kerupuk/peyek, apem, ketan, jenang abang, jenang putih, pasungdan pisang.
Tradisi
diatas merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan setiap tahunnya, yang
mana di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur dan kearifan budaya yang menjadi
ciri khas daerah setempat. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin menggali
lebih mendalam mengenai tradisi punggahan pada Desa Bonorowo dalam menyambut
Bulan Suci Ramadhan terkait prosesi, ubarampe,
makna tersirat, dan nilai-nilai budaya/
pendidikan yang ada pada tradisi tersebut.
PEMBAHASAN
A.
Prosesi Tradisi Punggahan
Punggahan adalah suatu tradisi yang diselenggarakan
pada akhir bulan ruwah, berfungsi untuk mengantarkan arwah munggah (naik kembali ke asalnya) dengan mengirimkan doa-doa
oleh setiap keluarga yang ditinggalkannya. Selain itu, punggahan juga dilakukan
sebagai bentuk rasa syukur dan suka cita dalam menyambut bulan ramadhan.
Tradisi punggahan ini dilakukan oleh sesepuh/ juru kunci masyarakat setempat
yang menggelar sebuah syukuran berupa kenduri sebagai lambang rasa syukurnya
kepada Alloh SWT. Kenduri dilaksanakan setelah warga menyelesaikan prosesi
berseh diri dan berseh makam yang dilaksanakan pada sore hari.
Berseh diri yakni membersihkan diri dari segala
kotoran serta membersihakan diri secara batin guna menyambut bulan yang suci.
Berseh diri biasanya dilakukan dengan mandi keramas serta saling memaafkan
antara satu sama lain sehingga saat Bulan Suci Ramadhan tiba, setiap orang
sudah bersih secara lahir maupun batinnya dan siap untuk menabung pahala
sebanyak mungkin pada bulan yang suci ini.
Berseh makam, dilaksanakan setelah berseh diri
dilakukan. Masyarakat Desa Bonorowo ini, beramai-ramai mengunjungi makam dengan
membawa alat bersih-bersih seperti arit, sapu, dan lainnya dimaksudkan
untuk membersihkan makam-makam para saudara, leluhur, dan lainnya dari
daun-daun yang berjatuhan maupun dari rumput- rumput liar yang tumbuh disekitar
makam.
Setelah berseh diri dan berseh makam dilakukan,
selanjutnya warga Desa Bonorowo menghadiri kenduri(punggahan) yang dilaksanakan
pada kediaman sesepuh/ juru kunci. Adapun ubarampe
dalam kenduri yaitu ambeng tumpeng sekul
suci sak kumplitane yang berisi nasi (berbentuk tumpeng), lauk pauk seperti
ingkung, telur rebus, tempe goreng, kerupuk, dan ada juga aneka sayur seperti
sayur lombok(berongkos), mie, dan
kacang, serta dilengkapi dengan kerupuk/peyek, apem, ketan, jenang abang,
jenang putih, pasung dan pisang yang mengelilingi tumpeng tersebut.
Masing-masing ubarampe memiliki
makna yang berbeda- beda, namun digunakan dalam tradisi yang sama.
Ubarampe tersebut
dibagikan secara merata pada masing-masing orang yang melaksanakan kenduri.
Dalam pembagiannya, biasanya dilakukan oleh saudara-saudara dari sesepuh/ juru
kunci tersebut. Hal ini dimaksudkan agar dalam pembagiannya dapat dibagi secara
adil.
B. Ubarampe
yang Digunakan dalam Tradisi Punggahan
Dalam
tradisi punggahan yang harus dipersiapkan yaitu tumpeng yang disebut ambang tumpeng sekul suci sakumplite
yang mana didalamnya terdiri atas:
1. Nasi
putih
Nasi putih merupakan
komponen utama dalam tumpeng tersebut. Nasi putih yang telah disiapkan disusun
secara padat menyerupai gunung, diratakan kanan kirinya, kemudian ujung
tengahnya diberikan sebuah daun pisang yang berbentuk kerucut kecil lalu
dipasangkkan diatasnya.
2. Lauk
pauk
Lauk pauk yang terdapat
dalam tumpeng tersebut beraneka macam, seperti telur rebus, tempe goreng, dan
ingkung. Lauk pauk ini diletakkan pada sisi tumpeng, yang mana sudah
dikelompokkan sesuai jenis lauk yang ada.
3. Sayur
Sayur yang digunakan
tradisi ini yaitu sayur lombok (brongkos), mie, dan kacang. Sayur lombok
merupakan sayur yang wajib ada dalam setiap tradisi tak terkecuali pada tradisi
punggahan ini. Masayarakat Desa Bonorowo menganggap bahwa sayur lombok adalah
mempunyai nilai luhur tersendiri terkait dengan leluhur cikal bakal daerah
tersebut. Peletakkan sayur diposisikan tepat disisi tumpeng dan disebelah lauk
pauk, serta di kelompokkan sesuai dengan jenis sayur yang ada.
4. Kerupuk/
peyek
Kerupuk atau peyek
merupakan pelengkap yang digunakan dalam tumpeng tersebut. Kerupuk disajikan
atau ditempatkan secara terpisah yakni pada sebuah baskom besar yang telah disediakan.
5. Apem
Apem digunakan sebagai
simbol memaafkan, yakni sesama manusia kita harus saling memaafkan antara satu
sama lain serta bertaubat kepada Alloh.
6. Ketan
Ketan digunakan sebagai
simbol kesalahan, yakni setiap manusia pasti memiliki kesalahan baik besar
maupun kecil, baik pada dirinya sendiri, manusia lain, ataupun kepada Alloh.
7. Jenang
abang dan putih
Jenang abang dan putih
sebagai simbol permintaan keselamatan. Jenang abang simbol keselamatan orang
yang sudah meninggal agar di lapangkan kuburnya, mendapat pertolongan-Nya, dan
ditempatkan disisi-Nya. Sedangkan jenang putih digunakan sebagai simbol
keselamatan bagi orang yang ditinggalkannya/ kelurga yang masih hidup, baik
keselamatan bagi keluraganya, anak cucunya hingga cicitnya kelak.
8. Pasung
Pasung digunakan
sebagai simbol berpuasa. Setelah tradisi punggahan dilaksanakan, datanglah
Bulan Suci Ramadhan, diharapkan semua masyarakat Desa Bonorowo melakukan puasa
selama sebulan penuh sesuai ajaran bagi umat beragama Islam.
9. Pisang
Pisang digunakan
sebagai simbol hari yang akan datang. Hari yang akan datang pada tradisi ini
yaitu Bulan Suci Ramadhan dan seterusnya yang mana kita harus menjalaninya
sebaik mungkin dengan lahir mmaupun batin yang bersih.
C. Makna
tersirat dari tradisi punggahan (peralatan
dan perlengkapan dalam tradisi punggahan)
Makna tersirat dari tradisi punggahan yaitu kenduri
punggahan. Kenduri punggahan secara simbolis digunakan sebagai bentuk rasa
syukur, suka cita, dan pemanjatan doa yang dilakukan bersama pada kediaman
sesepuh/juru kunci Desa Bonorowo. Kenduri dilaksanakan setelah berseh diri, dan
berseh makam dimaksudkan agar dalam kenduri punggahan tersebut setiap warga
sudah dalam keadaan bersih baik jasmani dan rohani sehingga dalam pemanjatan
doa kenduri tersebut dapat dilaksanakan dengan hikmat, batin yang kuat dalam pelafalannya,
hal itu juga dimaksudkan sebagai simbol suka cita masyarakat dalam penyambutan
Bulan Suci Ramadhan agar pada bulan yang suci terdapat raga dan hati yang suci
pula.
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam
tradisi punggahan yaitu:
1. Ambeng tumpeng sekul suci sakumplite
Ambeng
tumpeng sekul suci
sakumplite yaitu tumpeng yang disusun dengan aneka macam lauk,
sayur di sekelilingnya, serta terdapat tambahan berupa apem, ketan, jenang
abang, jenang putih, pasung dan pisang yang ditata secara bersamaan dalam satu
tempat. Makna dari tumpeng sendiri yaitu melambangkan hubungan manusia dengan
tuhan, yang mana pucuk tumpeng diibaratkan tuhan dan alasnya digambarkan
sebagai manusia.
2. Tampah
Tampah
dalam tradisi punggahan ini digunakan untuk meletakkan tumpeng. Makna dari tampah ini yaitu “nampah” diartikan
sebagai menerima. Tampah digunakan warga setempat sebagai alat pemisah antara
kotoran dan beras yang terdapat pada beras yang digilingkan, oleh karena itu
sebagian masyarakat setempat juga mengartikan sebagai alat yang memisahkan yang
baik dan tidak baik. Jadi tampah dapat dimaknai dengan menerima yang baik.
3. Rinjing
Rinjing
adalah sebuah bakul yang terbuat dari anyaman, biasa digunakan oleh warga
setempat untuk meletakkan nasi. Rinjing dimaknai sebagai simbol keeratan
antar warga Desa Bonorowo yang dilambangkan dalam susunan anyaman pada rinjing
yang saling terkit dan erat.
4. Ceting
Ceting adalah
sebuah alat yang digunakan sebagai tempat nasi. Pada awalnya ceting yang
digunakan terbuat dari anyaman bambu, tetapi sejalan dengan berkembangnya
zaman, ceting yang digunakan warga yaitu ceting plastik. Ceting ini digunakan
sebagai simbol kecukupan, apabila cetingnya terisi diartikan bahwa kehidupannya
kecukupan, namun apabila ceting tersebut kosong berarti menandakan sebaliknya.
5. Arit
Arit
adalah pisau melengkung menyerupai bulan sabit. Arit dalam tradisi ini digunakan untuk membersihkan rumput yang
ada disekitar makam. Dilihat dari penggunaannya arit sering digunakan sebagai simbol keberanian oleh warga.
6. Sapu lidi
Sapu
merupakan alat kebersihan yang terbuat dari lidi. Makna sapu lidi yaitu manusia
harus memiliki hubungan yang erat dengan manusia lain, tidak saling menjatuhkan
ataupun memisahkan.
D. Nilai
Budaya atau Pendidikan yang Dapat di Petik dari Tradisi Punggahan
1. Nilai rukun
Mulder
(1983) menyebutkan, masyarakat Jawa memegang teguh bahwa rukun merupakan sebuah
kondisi untuk mempertahankan kondisi masyarakat yang harmonis, tentram, aman
dan tanpa perselisihan. Nilai rukun dalam tradisi ini tercermin dari kenduri
yang dilaksanakan di kediaman juru kunci Desa Bonorowo. Dalam kenduri ini,
semua orang berkumpul tanpa membeda-bedakan satu sama lain, berangkat bersama,
dan saling bercengkrama satu sama lain. Jadi kita sesama manusia tidak boleh
membeda-bedakan satu sama lain, tidak saling menjatuhkan, dan menghujat satu
sama lain.
2. Nilai gotong royong
Gotong
royong yaitu kegiatan saling membantu satu sama lain. Nilai gotong royong ini
tercermin pada persiapan masak kenduri dan berseh makam. Nilai yang dapat
dipetik yaitu kita harus memupuk sikap gotong royong dan membantu sesama yang
membutuhkan.
3. Nilai rasa hormat
Nilai
rasa hormat tercermin pada berseh makam, dimana kita sebagai manusia yang masih
hidup memberikan sebuah penghormatan kepada orang yang sudah meninggal dengan
membersihkan makamnya. Kita sudah sepatutnya menghormati semua orang baik yang sudah
meninggal maupun yang masih hidup, yang mana dapat kita ekspresikan dengan
berbagai cara.
PENUTUP
Punggahan
adalah suatu tradisi yang diselenggarakan pada akhir bulan ruwah, berfungsi
untuk mengantarkan arwah munggah
(naik kembali ke asalnya) dengan mengirimkan doa-doa oleh setiap keluarga yang
ditinggalkannya. Selain itu, punggahan juga dilakukan sebagai bentuk rasa
syukur dan suka cita dalam menyambut bulan ramadhan. Prosesi dalam tradisi punggahan ini yaitu berseh diri,
berseh makam, dan kenduri. Ubarampe yang harus dipersiapkan yaitu sebuah
tumpeng yang disebut dengan ambeng
tumpeng sekul suci sakumplite yang berisi nasi putih, lauk pauk, sayur,
kerupuk/peyek, apem, ketan, jenang abang, jenang putih, pasung, dan pisang. Alat
dan perlengkapan yang digunakan yaitu ambeng
tumpeng sekul suci sakumplite, rinjing, ceting, arit, tampah, dan sapu
lidi. Nilai yang dapat dipetik dalam tradisi ini ada tiga yakni nilai rukun,
gotong royong, dan nilai rasa hormat.
LAMPIRAN




Tidak ada komentar:
Posting Komentar