Sabtu, 25 Mei 2019

BERSIH DUSUN/ RASULAN DUSUN PLARUNG, DESA SAWAHAN, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, D.I. YOGYAKARTA



Oleh    : Tyas Saraswati
NIM    : 2017015027
Abstrak
Bersih desa merupakan salah satu tradisi turun temurun kebudayaan masyarakat tertentu. Kegiatan bersih desa digunakan sebagai wujud rasa syukur warga sebuah desa atas berkat yang diberikan Tuhan kepada masyarakat desa, baik dari hasil panen, kesehatan, dan kesejahteraan yang telah diperoleh selama setahun dan juga sebagai permohonan akan keselamatan dan kesejahteraan warga desa untuk satu tahun mendatang. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan beberapa hal, yang mencakup kegiatan bersih dusun di Dusun Plarung, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
Penelitian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh kesimpulan, yaitu: bersih dusun dilaksanakan setiap tahun. Bersih dusun bertujuan untuk menghormati atau membantu mengirim do'a untuk penjaga desa yang tidak nyata. Untuk rasa syukur kepada Tuhan YME atas berkah yang diberikan selama ini dan sebagai ritual tolak bala agar terhindar dari mara bahaya. Melalui pola-pola kebudayaan ini manusia menafsirkan lingkungan alam dengan seluruh isinya, sebagai wujud bersatunya manusia dengan alam. Kerja bakti dengan seluruh warga dalam salah satu kegiatan bersih dusun merupakan contoh salah satu upaya yang harus dilakukan.
Kata Kunci: bersih desa.

 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Upacara
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman kebudayaan di Indonesia merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai, dimana kekayaan itu perlu dilestarikan dan dikembangkan sehingga sifat kebineka tunggalikaan yang ada di Indonesia itu dapat dipahami terus dari generasi ke generasi.
Menurut Koentjaraningrat (1993:9), kebudayaan adalah “keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, berserta keseluruhan dari hasil budi dan karya”. Upacara tradisional sangat penting untuk orang jawa yang masih melestarikan tradisi leluhur. Upacara yang merupakan warisan leluhur yang telah berumur ratusan tahun sampai saat ini masih terjaga secara utuh, setiap 2 masyarakat memiliki tradisi dimana tradisi itu ada yang masih berlangsung hingga sekarang, ada juga yang hampir hilang bahkan ada yang telah hilang ditelan zaman. Upacara tradisi merupakan perwujudan bagian tradisi masyarakat yang sesungguhnya merupakan implementasi kebudayaan dari suatu masyarakat. Upacara tradisi merupakan upaya penyampaian pesan budaya yang telah lama digunakan jauh sebelum manusia mengenal tulisan, bahkan sebagian besar masyarakat tetap mempertahankan atau melestarikan upacara tradisi sebagai upaya berbagai kepentingan termasuk mempertahankan atau melestarikan budaya yang ada di masyarakat sesuai perkembangan globalisasi .
Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam budaya tradisi yang masih diselenggarakan secara turun temurun di tengah-tengah masyarakat, serta ditengah berkembangnya budaya manca negara yang bisa membuat lupa akan adat ketimuran, namun di wilayah ini di tiap desa mempunyai upacara tradisi yang tetap dilestarikan dan diselenggarakan secara rutin sampai sekarang. Seperti di dusun Plarung, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, yang mempunyai tradisi bersih dusun dan sedekah bumi yang dinamakan Rasulan. Setiap warga memasak aneka olahan makanan, kemudian warga membawa masakan dibawa ke balai dusun yang digunakan sebagai tempat diadakannya kenduri dan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh dusun. Ritual bersih dusun Rasulan tersebut mengandung unsur-unsur simbolik yang memiliki makna tersendiri, di dalamnya termuat pesan-pesan tertentu yang ditujukan kepada individu atau kelompok. Simbol-simbol tersebut secara tidak langsung menghubungkan manusia dengan kekuatan yang ada di sekitarnya dan dengan Tuhan. Upacara ritual bersih dusun Rasulan merupakan pengungkapan rasa syukur kepada Tuhan, sebelum pelaksanaan upacara bersih dusun penduduk dusun mengadakan persiapan yang cermat yang dipimpin olek sesepuh dan dibantu oleh panitia. Penduduk dusun bersama-sama membersihkan dusunnya secara fisik antara lain memperbaiki jalan , saluran irigrasi, membersihkan sungai dan pohon besar yang ada di sungai yang mereka sebut dengan Resan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui prosesi bersih desa/ Rasulan, ubarampe yang digunakan dalam prosesi bersih desa/ Rasulan tersebut,  nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan bersih desa/ Rasulan tersebut.
PEMBAHASAN
Banyak desa di Jawa yang masih setia melaksanakan upacara bersih desa, tetapi beberapa desa mempunyai waktu yang tetap untuk melakukan bersih desa tersebut berdasarkan bulan jawa, misalnya diadakan pada setiap bulan Suro atau Sapar. Oleh karena itu penting untuk mengetahui kalender Jawa, karena semua upacara tradisional dilaksanakan atas dasar perhitungan kalender Jawa. Menurut Negoro (2001:57-60), bersih desa adalah “upacara tradisional dimana para warga desa menyatakan syukur atas hasil panen yang baik sehingga mereka bisa hidup dengan bahagia mempunyai cukup sandang dan pangan, hidup selamat dan berkecukupan”. Kata lain untuk bersih desa adalah Merti Desa atau ada yang mengatakan Sedekah Bumi yang secara harfiah berarti sesaji kepada tanah (dimana mereka hidup).
Sebagai dusun yang masih memegang teguh nilai nilai budaya leluhur Dusun Plarung, Desa Sawahan, sangat memperhatikan kearifan nilai budaya lokal. Seperti pelaksanaan bersih dusun atau biasa disebut dengan Rasulan yang di laksanakan pada bulan Muharram atau bulan Suro meurut penanggalan Jawa. Disamping sebagai upaya pelestarian nilai nilai budaya lokal juga sebagai perwujudan dari rasa syukur kepada Tuhan Yang MAHA Esa yang telah memberikan ketentraman kepada masyarakat.
Ritual bersih dusun tidak selalu sama antara dusun satu dengan dusun yang lainya. Karena leluhur yang membawa tradisi tersebut berbeda beda. Bisa jadi ritual bersih dusun yang ada di dusun Plarung akan berbeda dengan ritual bersih dusun yang ada di luar dusun Plarung. Meski berbeda secara ritual  namun tujuannya adalah sama sebagai perwujudan sinerginya manusia  dengan alam.

Bersih dusun atau Rasulan di dusun Plarung dilaksanakan dalam tahapan:
1.      Sajen
Membuat sajen berupa ingkung, uduk (nasi uduk), kelapa muda (degan), banyu kendi (air kendi), jadah (dari beras ketan), pisang raja 1 tangkep, wajik (dari beras ketan), lempeng (dari singkong), jungkat suri cupu (sisir), panjang ilan (sajen berupa makanan-makanan).
Sajen-sajen tersebut kemudian dibawa ke pohon besar yang ada di sungai atau biasa disebut Resan, untuk disajikan kepada arwah nenek moyang yang berada di tempat tersebut. Filosofi dari adanya sajen adalah untuk menyedekahkan hasil bumi, sebagai bentuk rasa syukur karena telah diberi hasil panen yang melimpah dan berkah.
2.      Genduri
Genduri dilaksanakan di balai dusun Plarung yang dihadiri oleh semua warga masyarakat dusun tersebut. Namun, yang boleh menghadiri acara genduri tersebut hanya kaum laki-laki saja. Kegiatan genduri dimulai pukul 16.00 waktu setempat sampai dengan selesai. Para warga menghadiri genduri dengan membawa nasi dan ingkung (ayam yang dipanggang) lalu diletakkan di sebuah wadah yang terbuat dari anyaman bambu atau biasa disebut tampah.
Setelah seluruh warga berkumpul, seluruh nasi ingkung tadi dikumpulkan jadi satu kemudian acara genduri dipimpin oleh ketua adat/ pemangku adat dengan membacakan do’a-do’a tertentu. Selanjutnya setelah selesai dido’akan oleh pemangku adat, seluruh nasi ingkung dibagi-bagi sesama warga yang menghadiri acara tersebut dengan filosofi supaya warga saling merasakan hasil panennya. Jika acara sudah selesai, warga masyarakat berbondong-bondong untuk pulang ke rumah masing-masing dengan membawa nasi ingkung yang telah mereka tukar sesame warga tadi.


3.      Tayub/ Ledekan
   Setelah acara genduri selesai, kemudian dilanjutkan dengan seni pertunjukkan tari atau disebut Tayub/ Ledekan. Kata  tayub  dari  bahasa  Jawa  terdiri  dari mataya yang  berarti  tari,dan guyub yang  artinya  rukun  bersama. Artinya,  pertunjukan  tayub  adalah  tari  yang  disajikan secara   bersama-sama   antara   penari   wanita   dengan   pengibing   sebagai   simbol kesuburan.   Relasi   antara   pelaku  upacara   dengan   warga   masyarakat   merupakan prasyarat  sahnya  sebuah  upacara,  terutama  makna  simbolis  penari  tayub  sebagai media  pengantar  upacara  dan pengibing sebagai  wakil  jemaat,  yakni  sebuah  ritus yang  bersifat  magis  simpatetis  atau  magis  yang  mempengaruhi  kesuburan  manusia  dan  alam  sekitarnya. Di  samping  fungsi  ritualnya,  kesenian  tayub  memiliki  fungsi sosial    sebagai  sebuah  hiburan  bagi  masyarakat,  terutama  para  pengibing  dari kalangan  laki-kali,  sehingga  kesenian  tayub  juga  disebut  sebagai  tari  pergaulan  pria dan    wanita.  Eksistensi    tayub    sebagai    ekspresi    kolektif    pada    hakekatnya mencerminkan aktualisasi eksistensi estetis, eksistensi etis, dan eksistensi religious.
Nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan bersih dusun/ Rasulan:
1.      Nilai Sosial
Dengan adanya kegiatan bersih dusun/ Rasulan dapat menumbuhkan sikap gotong royong masyarakat, sehingga silaturohmi antar warga dapat terbina dengan baik dan mempererat tali persaudaraan dalam masyarakat.
2.      Nilai Budaya
Dengan adanya kegiatan bersih dusun/Rasulan dapat menambah keanekaragaman budaya tradisional di dusun Plarung, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
3.      Nilai Pendidikan
Menambah pengetahuan bagi masyarakat lokal maupun masyarakat lain tentang keanekaragaman budaya yang ada di sekitar kita.
4.      Nilai Spiritual
Dengan diadakannya kegiatan bersih dusun tersebut, masyarakat menjadi lebih bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah diberikan ketentraman di dusun tersebut, dan juga bersyukur karena telah diberikan hasil bumi yang berkah.
5.      Nilai Ekonomis
Dalam kegiatan bersih dusun ini, masyarakat lebih banyak memanfaatkan atau menggunakan bahan dari hasil panen/ hasil bumi mereka, sehingga menjadi lebih ekonomis.
6.      Nilai Hiburan
Masyarakat setempat atau daerah lain merasa terhibur dengan adanya kegiatan bersih dusun ini, karena pada malam hari terdapat tayub/tarian yang dilaksanakan di balai dusun. Biasanya maasyarakat menyaksikan pertunjukan tersebut dengan keluarga maupun sanak saudaranya.
            Kegiatan bersih dusun/ Rasulan ini memiliki makna atau filosofis, yaitu sebagai perwujudan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan ketentraman pada masyarkat tersebut, diberi kesehatan, dan diberi hasil yang baik disetiap pekerjaan yang dilakukan masyarakat tersebut. 

Ritual bersih dusun tidak selalu sama antara dusun satu dengan dusun yang lainya.Karena leluhur yang membawa tradisi tersebut berbeda beda.Bisa jadi ritual bersih dusun yang ada di dusun Plarung akan berbeda dengan ritual bersih dusun yang ada di luar dusun Plarung. Meski berbeda secara ritual  namun tujuannya adalah sama sebagai perwujudan sinerginya manusia  dengan alam. Bersih dusun atau Rasulan di dusun Plarung dilaksanakan dalam tahapan: Pemberian sajen, genduri, dan tayub/ledekan.
Dari uraian diatas penulis berharap agar pembaca dapat mengetahui kebudayaan di daerah masing-masing, berusaha melestarikan kebudayaan tersebut, dan bangga akan keanekaragaman budaya di Indonesia.
  
http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/pengertian-kebudayaan-menurut-para-ahli.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRADISI NYADRAN DI MAKAM SEWU DIWIJIRWJO PANDAK BANTUL

Oleh : Febriana SiskaWati (2017015260) Febrianasiska123@gmail.com Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ABSTRAK Tulisan ini m...