Oleh : Tyas Saraswati
NIM : 2017015027
Abstrak
Bersih
desa merupakan salah satu tradisi turun temurun kebudayaan masyarakat tertentu.
Kegiatan bersih desa digunakan sebagai wujud rasa syukur warga sebuah desa atas
berkat yang diberikan Tuhan kepada masyarakat desa, baik dari hasil panen,
kesehatan, dan kesejahteraan yang telah diperoleh selama setahun dan juga
sebagai permohonan akan keselamatan dan kesejahteraan warga desa untuk satu
tahun mendatang. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mendeskripsikan beberapa hal, yang mencakup kegiatan bersih dusun di Dusun
Plarung, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
Penelitian
ini dilakukan dengan metode pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil
analisis data tersebut, diperoleh kesimpulan, yaitu: bersih dusun dilaksanakan
setiap tahun. Bersih dusun bertujuan untuk menghormati atau membantu mengirim
do'a untuk penjaga desa yang tidak nyata. Untuk rasa syukur kepada Tuhan YME
atas berkah yang diberikan selama ini dan sebagai ritual tolak bala agar
terhindar dari mara bahaya. Melalui pola-pola kebudayaan ini manusia
menafsirkan lingkungan alam dengan seluruh isinya, sebagai wujud bersatunya
manusia dengan alam. Kerja bakti dengan seluruh warga dalam salah satu kegiatan
bersih dusun merupakan contoh salah satu upaya yang harus dilakukan.
Kata
Kunci: bersih desa.
A. Latar
Belakang Upacara
Masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman kebudayaan
di Indonesia merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai, dimana kekayaan itu
perlu dilestarikan dan dikembangkan sehingga sifat kebineka tunggalikaan yang
ada di Indonesia itu dapat dipahami terus dari generasi ke generasi.
Menurut
Koentjaraningrat (1993:9), kebudayaan adalah “keseluruhan gagasan dan karya
manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, berserta keseluruhan dari hasil
budi dan karya”. Upacara tradisional sangat penting untuk orang jawa yang masih
melestarikan tradisi leluhur. Upacara yang merupakan warisan leluhur yang telah
berumur ratusan tahun sampai saat ini masih terjaga secara utuh, setiap 2
masyarakat memiliki tradisi dimana tradisi itu ada yang masih berlangsung
hingga sekarang, ada juga yang hampir hilang bahkan ada yang telah hilang
ditelan zaman. Upacara tradisi merupakan perwujudan bagian tradisi masyarakat
yang sesungguhnya merupakan implementasi kebudayaan dari suatu masyarakat.
Upacara tradisi merupakan upaya penyampaian pesan budaya yang telah lama
digunakan jauh sebelum manusia mengenal tulisan, bahkan sebagian besar
masyarakat tetap mempertahankan atau melestarikan upacara tradisi sebagai upaya
berbagai kepentingan termasuk mempertahankan atau melestarikan budaya yang ada
di masyarakat sesuai perkembangan globalisasi .
Desa
Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam budaya
tradisi yang masih diselenggarakan secara turun temurun di tengah-tengah
masyarakat, serta ditengah berkembangnya budaya manca negara yang bisa membuat
lupa akan adat ketimuran, namun di wilayah ini di tiap desa mempunyai upacara
tradisi yang tetap dilestarikan dan diselenggarakan secara rutin sampai
sekarang. Seperti di dusun Plarung, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, yang
mempunyai tradisi bersih dusun dan sedekah bumi yang dinamakan Rasulan. Setiap
warga memasak aneka olahan makanan, kemudian warga membawa masakan dibawa ke
balai dusun yang digunakan sebagai tempat diadakannya kenduri dan doa bersama
yang dipimpin oleh sesepuh dusun. Ritual bersih dusun Rasulan tersebut
mengandung unsur-unsur simbolik yang memiliki makna tersendiri, di dalamnya
termuat pesan-pesan tertentu yang ditujukan kepada individu atau kelompok.
Simbol-simbol tersebut secara tidak langsung menghubungkan manusia dengan
kekuatan yang ada di sekitarnya dan dengan Tuhan. Upacara ritual bersih dusun
Rasulan merupakan pengungkapan rasa syukur kepada Tuhan, sebelum pelaksanaan
upacara bersih dusun penduduk dusun mengadakan persiapan yang cermat yang
dipimpin olek sesepuh dan dibantu oleh panitia. Penduduk dusun bersama-sama
membersihkan dusunnya secara fisik antara lain memperbaiki jalan , saluran
irigrasi, membersihkan sungai dan pohon besar yang ada di sungai yang mereka
sebut dengan Resan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui prosesi
bersih desa/ Rasulan, ubarampe yang digunakan dalam prosesi bersih desa/
Rasulan tersebut, nilai-nilai yang
terkandung dalam kegiatan bersih desa/ Rasulan tersebut.
PEMBAHASAN
Banyak
desa di Jawa yang masih setia melaksanakan upacara bersih desa, tetapi beberapa
desa mempunyai waktu yang tetap untuk melakukan bersih desa tersebut
berdasarkan bulan jawa, misalnya diadakan pada setiap bulan Suro atau Sapar.
Oleh karena itu penting untuk mengetahui kalender Jawa, karena semua upacara
tradisional dilaksanakan atas dasar perhitungan kalender Jawa. Menurut Negoro
(2001:57-60), bersih desa adalah “upacara tradisional dimana para warga desa
menyatakan syukur atas hasil panen yang baik sehingga mereka bisa hidup dengan
bahagia mempunyai cukup sandang dan pangan, hidup selamat dan berkecukupan”.
Kata lain untuk bersih desa adalah Merti Desa atau ada yang mengatakan Sedekah
Bumi yang secara harfiah berarti sesaji kepada tanah (dimana mereka hidup).
Sebagai
dusun yang masih memegang teguh nilai nilai budaya leluhur Dusun Plarung, Desa
Sawahan, sangat memperhatikan kearifan nilai budaya lokal. Seperti pelaksanaan
bersih dusun atau biasa disebut dengan Rasulan yang di laksanakan pada bulan
Muharram atau bulan Suro meurut penanggalan Jawa. Disamping sebagai upaya
pelestarian nilai nilai budaya lokal juga sebagai perwujudan dari rasa syukur
kepada Tuhan Yang MAHA Esa yang telah memberikan ketentraman kepada masyarakat.
Ritual bersih dusun tidak selalu sama
antara dusun satu dengan dusun yang lainya. Karena leluhur yang membawa tradisi
tersebut berbeda beda. Bisa jadi ritual bersih dusun yang ada di dusun Plarung
akan berbeda dengan ritual bersih dusun yang ada di luar dusun Plarung. Meski
berbeda secara ritual namun tujuannya adalah sama sebagai perwujudan
sinerginya manusia dengan alam.
Bersih dusun atau Rasulan di dusun Plarung dilaksanakan dalam
tahapan:
1.
Sajen
Sajen-sajen tersebut kemudian dibawa ke pohon besar
yang ada di sungai atau biasa disebut Resan,
untuk disajikan kepada arwah nenek moyang yang berada di tempat tersebut.
Filosofi dari adanya sajen adalah untuk menyedekahkan hasil bumi, sebagai
bentuk rasa syukur karena telah diberi hasil panen yang melimpah dan berkah.
2.
Genduri
3.
Tayub/
Ledekan
Setelah acara genduri selesai,
kemudian dilanjutkan dengan seni pertunjukkan tari atau disebut Tayub/ Ledekan. Kata tayub dari
bahasa Jawa terdiri
dari mataya yang berarti tari,dan guyub yang artinya
rukun bersama. Artinya, pertunjukan
tayub adalah tari
yang disajikan secara bersama-sama antara
penari wanita dengan
pengibing sebagai simbol kesuburan. Relasi
antara pelaku
upacara dengan warga
masyarakat merupakan
prasyarat sahnya sebuah
upacara, terutama makna
simbolis penari tayub
sebagai media pengantar upacara
dan pengibing sebagai wakil jemaat,
yakni sebuah ritus yang
bersifat magis simpatetis
atau magis yang
mempengaruhi kesuburan manusia dan
alam sekitarnya. Di samping
fungsi ritualnya, kesenian
tayub memiliki fungsi sosial sebagai
sebuah hiburan bagi
masyarakat, terutama para
pengibing dari kalangan laki-kali,
sehingga kesenian tayub
juga disebut sebagai
tari pergaulan pria dan
wanita. Eksistensi tayub
sebagai ekspresi kolektif
pada hakekatnya mencerminkan
aktualisasi eksistensi estetis, eksistensi etis, dan eksistensi religious.
Nilai-nilai yang
terkandung dalam kegiatan bersih dusun/ Rasulan:
1. Nilai Sosial
Dengan
adanya kegiatan bersih dusun/ Rasulan dapat menumbuhkan sikap gotong royong
masyarakat, sehingga silaturohmi antar warga dapat terbina dengan baik dan mempererat
tali persaudaraan dalam masyarakat.
2. Nilai Budaya
Dengan adanya kegiatan bersih
dusun/Rasulan dapat menambah keanekaragaman budaya tradisional di dusun
Plarung, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
3. Nilai Pendidikan
Menambah pengetahuan bagi masyarakat
lokal maupun masyarakat lain tentang keanekaragaman budaya yang ada di sekitar
kita.
4. Nilai Spiritual
Dengan diadakannya kegiatan bersih
dusun tersebut, masyarakat menjadi lebih bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah diberikan ketentraman di dusun tersebut, dan juga bersyukur karena
telah diberikan hasil bumi yang berkah.
5. Nilai Ekonomis
Dalam kegiatan bersih dusun ini,
masyarakat lebih banyak memanfaatkan atau menggunakan bahan dari hasil panen/
hasil bumi mereka, sehingga menjadi lebih ekonomis.
6. Nilai Hiburan
Masyarakat setempat atau daerah lain
merasa terhibur dengan adanya kegiatan bersih dusun ini, karena pada malam hari
terdapat tayub/tarian yang dilaksanakan di balai dusun. Biasanya maasyarakat
menyaksikan pertunjukan tersebut dengan keluarga maupun sanak saudaranya.
Kegiatan
bersih dusun/ Rasulan ini memiliki makna atau filosofis, yaitu sebagai
perwujudan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan
ketentraman pada masyarkat tersebut, diberi kesehatan, dan diberi hasil yang
baik disetiap pekerjaan yang dilakukan masyarakat tersebut.
Ritual
bersih dusun tidak selalu sama antara dusun satu dengan dusun yang
lainya.Karena leluhur yang membawa tradisi tersebut berbeda beda.Bisa jadi
ritual bersih dusun yang ada di dusun Plarung akan berbeda dengan ritual bersih
dusun yang ada di luar dusun Plarung. Meski berbeda secara
ritual namun tujuannya adalah sama sebagai perwujudan sinerginya
manusia dengan alam. Bersih dusun atau Rasulan di dusun Plarung
dilaksanakan dalam tahapan: Pemberian sajen, genduri, dan tayub/ledekan.
Dari uraian
diatas penulis berharap agar pembaca dapat mengetahui kebudayaan
di daerah masing-masing, berusaha melestarikan kebudayaan tersebut, dan bangga
akan keanekaragaman budaya di Indonesia.
http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/pengertian-kebudayaan-menurut-para-ahli.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar