Ian Aulia Fatimah
Arditiyani
2016016003 – 6A
PGSD
FKIP Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Email: Ianaulia8@gmail.com
ABSTRAK
Makanan khas yang berasal dari Gunungkidul Yogyakarta adalah tiwul,
gatot, belalang goreng, ulat jati goreng dan kepompongnya. Tiwul dan gatot
adalah makanan yang terbuat dari olahan singkong ini kaya akan manfaat bagi
tubuh. Makanan ini sudah terkenal sejak jaman dahulu dan menjadi salah satu
warisan kuliner bagi masyarakat Yogyakarta terutama daerah Gunungkidul yang
turun temurun. Proses dan penyajiannya juga masih tradisional sesuai tata cara
yang sudah turun temurun sejak jaman dahulu. Makanan ini mudah kita jumpai di
pasar-pasar tradisional atau di toko Yu Tum yang khusus menjual makanan
tradisional khas Gunungkidul. Selain tiwul dan gatot, ada juga belalang goreng,
puthul goreng, laron, ulat jati beserta ungkrungnya yang akan menghiasi
santapan masyarakat Gunungkidul. Hewan-hewan tersebut hanya bisa diburu ketika
musim penghujan tiba. Dan masyarakat Gunungkidul telah menjadikan perburuan
tersebut menjadi kebiasaan dan menjadikannya tradisi.
I.
PENDAHULUAN
Indonesia
merupakan satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan berbagai macam
kebudayaan. Keanekaragaman kebudayaan dapat menjadi cirri khas suatu
daerah.Menurut Marwanti (2000; 112) makanan tradisional merupakan makanan pokok
yang menjadi makanan sehari-hari, baik yang berupa makanan selingan, atau
sajian khusus dan sudah ad secara turun temurun dari zaman nenek moyang.oleh
karena itu, makanan tradisional merupakan bagian dari unsur budaya yang sangat
penting.
Makanan tradisional atau makanan
lokal merupakan salah satu identitas suatu kelompok masyarakat yang sangat
mudah untuk ditemukan dan mudah untuk dikenali. Setiap wilayah di Indonesia
memiliki kekayaan kuliner yang menjadi ci ri khas atau identitas daerah
tersebut. Makanan tradisional atau kuliner lokal adalah jenis makanan yang
berkaitan erat dengan suatu daerah dan diwariskan dari generasi ke generasi
sebagai bagian dari tradisi daerah tersebut.
Makanan
lokal khas daerah-daerah di Indonesia sudah ada sejak lama dan masih bertahan
sampai saat ini sehingga sangat dihargai sebagai warisan budaya. Resep yang
digunakan juga sudah diturunkan dari generasi ke generasi, bahkan cara
memasaknya juga masih melestarikan cara lama. Walaupun sudah ada modifikasi
atau variasi, namun bahan utama dan prosedur memasaknya tidak berubah.Karena
menjadi bagian suatu daerah, maka makanan-makanan tradisional ini sangat mudah
ditemukan, bahkan menjadi ikon pariwisata di tempat tersebut, seperti tiwul dan
gatot dari Gunungkidul. Selain tiwul dan gatot juga ada makanan khas berupa
belalang goreng dan ulat jati goreng. Dimana makanan itu ada bila musim
penghujan tiba.
Tiwul dan
Gatot adalah makanan tradisional dari Gunungkidul yang terbuat dari olahan
singkong. Makanan ini sudah terkenal sejak jaman dahulu dan menjadi salah satu
warisan kuliner bagi masyarakat Yogyakarta terutama daerah Gunungkidul. Pada
abad modern peranan makanan tradisional sudah mulai tergantikan dengan berbagai
macam model makanan baru, terlihat dengan munculnya bnayk makanan yang
tergolong dalam istilah dast food (makanan cepat saji) seperti burger,
stick, pizza, dan lain-lain. Fast food memiliki keunggulan yaitu cara penyajiannya
tidak terlalu lama, bentuknya menarik dan menjadi gaya hidup masyarakat kota
pada umumnya. Berbeda dengan tiwul dan gatot yang membutuhkan waktu yang tidak
sedikit dalam pembuatannya dan juga tidak bisa bertahan lama masa penyajiannya.
Orang pada zaman modern lebih memilih
untuk mengonsumsi makanan fast food karena makanan tradisional daerah
susah didapatkan dan dianggap ketinggalan zaman atau kuno. Minimnya masyarakat
yang membuat makanan tradisional dan makanan tradisional yang tidak bisa
bertahan lama hanya dapat bertahan pagi sampai sore atau satu hari satu malam
juga menjadi faktor penyebab utama makanan tidak dijual pada hari-hari biasa.
Jika dibiarkan,
bukan tidak mungkin hal ini akan menyebabkan menghilangnya makanan tradisional
daerah yang mulai tergantikan oleh makanan modern. Dalam upaya melestarikan
makanan tradisional tiwul dan gatot khas Gunungkidul maka dalam hal ini akan
dijelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tiwul dan gatot.Sehingga
orang pada jaman sekarang dapat dengan mudah mengenal makanan khas dari
Gunungkidul dan mampu membuatnya sendiri.
II.
PEMBAHASAN
Tiwul adalah makanan tradisional
dari Gunungkidul yang terbuat dari bahan olahan singkong.Makanan yang unik ini,
selain rasanya yang sangat khas tiwul juga dapat dijadikan sebagai makanan
pengganti nasi.Makanan ini sudah terkenal sejak jaman dahulu dan menjadi salah
satu warisan kuliner bagi masyarakat Yogyakarta terutama daerah Gunungkidul
yang turun temurun dari generasi ke generasi.
Jika ditelusuri sejarahnya, tiwul sudah
ada sejak jaman dahulu.Konon menurut sejarahnya, pada jaman penjajahan dahulu,
makanan ini dijadikan makanan pokok bagi masyarakat penduduk gunungkidul dan
sekitarnya dikarenakan pada jaman tersebut beras sangatlah mahal untuk dibeli
oleh penduduk berkalangan menengah kebawah.Pada jaman tersebut, tiwul dimakan
bersama lauk pauk serta sayuran.Setelah jaman penjajahan pun, makanan ini masih
berfungsi sebagai makanan pokok apabila stok beras habis sebelum masa panen.
Tiwul memiliki rasa yang sedikit madis dan
memiliki aroma alami dari singkong, sehingga memiliki cita rasa yang khas pada
makanan ini.Selain itu teksturnya yang pulen dan menggumpal memberikan sensasi
tersendiri saat kita menyantapnya.Tiwul ini sangat dipercaya sangat berguna bag
tubuh kita.Karena mempunya kandungan kalori yang lebih rendah dari pada
nasi.Kita bisa menjumpai tiwul di daerah Yogyakarta dan Gunungkidul yang biasa
dijual di pasar tradisional maupun di warung makanan khusus seperti warung Yu
Tum yang menjual berbagai makanan khas Gunungkidul seperti tiwul dan gatot.
Tiwul dibuat melalui beberapa proses. Dalam proses tersebut pertama
singkong dikupas dan dijemur gingga kering. Singkong yang sudah kering tersebut
oleh masyarakat Jawa disebut Gaplek.Gaplek kemudian ditumbuk hingga halus dan
menjadi seperti tepung. Lalu tepung tersebut
dikukus hingga matang dan menjadi tiwul.
Resep untuk
membuat nasi tiwul
Bahan-bahan:
1.
350 gram singkong yang sudah dikeringkan
2.
150 gram gula merah
3.
200 gram kelapa parut
4.
2 lembar daun pandan yang panjangnya sekitar 20
cm, diikat simpul
5.
1 lembar daun pisang
6.
350 ml gelas air
7.
Garam secukupnya
Cara memasak
:
1.
Singkong yang sudah dikeringkan (gaplek)
ditumbuk sampai jadi sepeti tepung, kemudian percikkan sedikit air, lalu tumbuk
lagi sampai didapatkan butiran kecil-kecil. Sisihkan dahulu, karena ini
merupakan bahan utamanya.
2.
Panaskan dandang atau kukusan, jangan lupa alasi
engan menggunakan daun pisang.
3.
Masukkan butiran kecil singkong tadi ke dalam
dandang.

4.
Tambah gula merah yang sudah diserut di atas
gaplek, harus rata ya, tapi nggak semua kena gula merahnya juga nggak apa-apa,
lalu kukus selama kurang lebih 1 jam, kemudian angkat.
5.
Setelah itu kukus kelapa parut bersama dengan
daun pandan dan tambahkan garam secukupnya, selama kurang lebih 15 menit,
kemudian angkat.
6.
Nasi tiwul siap disajikan bersama dengan kelapa
parut.
Manfaat
mengonsumsi tiwul :
1.
Ada karbohidrat yang tinggi. Kadar kalori
singkong lebih besardari pada nasi.
2.
Kaya akan serat, sehingga sangat mudah diserap
dan mudah mengenyangkan.
3.
Sebagai sumber energi. Hal ini karena tiwul ini
memiliki asam butiran. Selain sebagai sumber energi juga bermanfaat menghambat
dan menekan pertumbuhan sel kanker.
4.
Menyehatkan pencernaan, karena kaya akan serat
juga ada pati yang tinggi. Pati yang dihasilkan adalah hasil dari proses yang
panjang. Dan pati juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita.
Gatot adalah makanan khas
Gunungkidul, Yogyakarta.Gatot juga terbuat dari olahan singkong.Gotot juga
merupakan makanan pengganti nasi.Tanah di Gunungkidul cenderung kurang subur,
kering, berdaya dukung rendah sehingga hanya tanaman tertentu seperti jagung,
kacang-kacangan, dan singkong yang berhasil dibudidayakan.Semenjak tahun 1996,
terjadi perubahan pola konsumsi nasi sebagai makanan pokok akibat perkembangan
zamandan urbanisasi.Kedua makanan tradisional inipun tergeser menjadi makanan
cemilan.
Cara pengolahan
gatot juga mudah, gaplek kering diendam semalaman, lalu dikukus sampai empuk
sekitar satu jam.Kemudian ditaburi dengan parutan kelapa.Rasa gatot cenderung
tawar dan teksturnya kenyal dan yang membuat gatot menarik adalah warnanya yang
hitam dan aromanya yang khas dari singkong.
Resep membuat gatot
Bahan:
1.
750 gram gaplek
2.
1 butir kelapa
3.
1 sdm garam
Cara
membuat gatot:
1.
Rendam gaplek beberapa hari hingga muncul warna
hitam lalu iris tipis dn kukus hingga masak.

2.
Bersihkan kelapa lalu parut memanjang
3.
Tambahkan garam
4.
Sajikan gaplek yang sudah masak dengan kelapa
parut
Belalang Goreng adalah makanan khas Gunungkidul yang sekarang
menjadi destinasi kuliner yang banyak diburu oleh banyak kalangan. Banyak yang
menjual belalang goreng di pinggir jalan kawasan Wonosari-Tepus. Belalang yang
biasa di buru adalah belalang kayu. Belalang ini biasa hidup di pohon jati dan
semak yang banyak tumbuh di Gunungkidul.
Makanan ini biasa dijual dengan varian rasa gurih dan pedas manis.
Bumbu yang digunakan untuk menggoreng belalang cukup sederhana, yakni bawang
putih, tumbar, garam. Untuk rasa pedas manis ditambahkan cabai. Sebelum
digoreng, belalang harus bersih dari kotoran yang ada di dalam tubuh belalang.
Selain itu belalang digoreng hingga kering, kemudian dimasak bersama bumbu
cabai untuk rasa belalang yang pedas manis. Seluruh bagian tubuh belalang bisa
dinikmati, termasuk kepala dan kaki. Namun sebelum dimasak kaki belalang tang
ada durinya harus dihilangkan terlebih dahulu agar tidak melukai apabila
dimakan. Belalang ini bisa bertahan selama satu bulan, sehingga cocok untuk
menjadi oleh-oleh khas dari Gunungkidul.

Ulat jati dan kepompongnya adalah sama halnya belalang goreng
yang hanya ada apabila pusim penghujan tiba. Cara menyantapnya pun dengan cara,
ulat jati dan kepompongnya direbus terlebih dahulu, kemudian di kasih bumbu
bawng putih dan garam atau apabila ingin rasa manis ya dikasih gula atau bisa
disebut baceman. Setelah bumbu meresap barulah digoreng dan siap untuk di
makan.


III.
PENUTUP
Jadi kesimpulan dari pembahasan di
atas adalah makanan tiwul, gatot, belalang goreng, ulat jati dan kepompongnya
adalah makanan tradisional yang menjadi makanan khas dari Gunungkidul dan
Yogyakarta.Makanan ini sudah terkenal sejak jaman dahulu dan menjadi salah satu
warisan kuliner bagi masyarakat Yogyakarta terutama daerah Gunungkidul yang
turun temurun dari generasi ke generasi.
Tiwul dan gatot, makanan khas yang
sama-sama terbuat dari olahan singkong dan memiliki manfaat yang hampir sama
ini menjadi pengganti nasi pada jaman dahulu.
Perbedaan dari kedua makanan ini:
1.
Tiwul masaknya dari tepung singkong dicampur
gula merah dan dikukus, sedangkan gatot singkongnya hanya dipotong kecil kecil
kemudian direbus pakai gula merah.
2.
Tiwul bisa bertahan sampai tiga hari sedangkan
gatot Cuma bisa tahan dalam semalam saja.
Untuk
mendapatkan tiwul dan gatot biasanya dijual di pasar-pasar tradisional daerah
Gunungkidul dan Yogyakarta atau bisa mengunjungi toko Yu Tum yang menjual
berbagai makanan khas Gunungkidul.
Sedangkan untuk
mendapatkan belalang goreng dan ulat jati biasanya dijual di pinggir jalan
kawasan Wonosari – Tepus.
IV.
SUMBER REFERENSI
Marwanti, 2000.Pengetahuan
Masakan Indonesia.Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Wawancarapribadi dengan simbah
Wasilah selaku warga yang sering membuat tiwul dan gatot, Wonosari,21 April
2019.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar