Oleh : Yustika
Ningrum
2017015030
Abstrak
Merti
Dusun merupakan upacara tradisi warisan budaya leluhur yang diwariskan dari
generasi ke generasi memiliki maksud-maksud dan tujuan tertentu. Adapun maksud
dan tujuannya di antaranya untuk mengapresiasikan rasa syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan karunia berupa keselamatan dan kesejahteraan
hidup masyarakat serta memberinya rezeki melalui hasil tanaman. Penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan merti dusun di Dusun
Ngijo, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul.
Penelitian
ini dilakukan dengan metode pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan merti dusun dilaksanakan setiap tahun. Merti dusun
ini juga sebagai wahana pemersatu antara warga Dusun Ngijo dengan dusun yang
lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kegiatan ini masyarakat
mengamalkan budi pekerti yang luhur yaitu berdo’a bersama kepada Tuhan untuk
kebaikan semua dan sekaligus mendoakan leluhur, supaya diampuni dosanya dan
diterima amalnya.
Kata
Kunci : Merti dusun.
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural karena
masyarakatnya terdiri dari berbagai suku bangsa dengan budayanya masingmasing
yang berbeda-beda. Oleh karena itu di Indonesia berkembang berbagai budaya
lokal yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Budaya lokal itu merupakan
unsur pembentuk budaya nasional. Sehingga keseluruhan budaya lokal yang
berkembang di masyarakat Indonesia merupakan budaya nasional bangsa Indonesia.
Setiap generasi manusia adalah pewaris kebudayaan. Manusia lahir tidak membawa
kebudayaan dari alam, tetapi tumbuh dan berkembang menjadi dewasa dalam
lingkungan budaya tertentu di mana ia dilahirkan. Perkembangan manusia dibentuk
oleh kebudayaan di lingkungannya.
Menurut Koentjoroningrat (1985: 180), ”Kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar”. Kebiasaan yang
turun-temurun dalam suatu masyarakat itu disebut dengan tradisi. Kebudayaan
tradisi sering diklaim sebagai sesuatu yang statis, mistis dan mitologis. Tidak
disadari bahwa kebudayaan tradisi pun juga berkembang meskipun sangat lambat
dan dalam kurun waktu yang lama. Tradisi merupakan kebiasaan kolektif dan
kesadaran kolektif sebuah masyarakat. Tradisi merupakan mekanisme yang dapat
membantu memperlancar perkembangan pribadi anggota masyarakat, misalnya dalam
membimbing anak menuju kedewasaan. Tradisi juga penting sebagai pembimbing
pergaulan bersama di dalam masyarakat. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan
untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan.
Kebiasaan baik akan diakui dan dilaksanakan oleh orang banyak yang kemudian
dijadikan dasar bagi hubungan antar orang-orang tertentu, sehingga perbuatan
itu menimbulkan tatanan nilai, norma atau kaidah yang disebut adat istiadat.
Secara umum adanya tradisi dalam masyarakat merupakan salah satu faktor dalam
mewujudkan kehidupan harmonis. Tradisi dalam masyarakat membentuk sistem sosial
dan budaya yang menjadi panduan dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat
menggunakan sistem sosial dan budaya sebagai sumber nilai dalam berperilaku
sehari-hari. Di samping itu, sistem sosial dan budaya dalam suatu masyarakat,
dapat dipandang sebagai kearifan lokal yang bermanfaat dalam menata kehidupan
masyarakat. Tradisi, adat istiadat atau kesenian tersebut akan selalu diikuti
oleh masyarakat pengikutnya, dan selalu dijunjung tinggi. Seperti halnya yang
terjadi pada masyarakat di Dusun Ngijo Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan
Kabupaten Bantul dimana masyarakatnya masih menjunjung tinggi nilai-nilai
tradisi budaya leluhur mereka. Salah satu tradisi yang mereka pertahankan dalam
kurun waktu hingga sekarang pada setiap tahunnya adalah tradisi kirab budaya
merti dusun.
PEMBAHASAN
Setiap
generasi manusia adalah pewaris kebudayaan. Anak manusia lahir tidak membawa
kebudayaan dari alam Garbani, tetapi bertumbuh dan berkembang menjadi dewasa
dalam lingkungan budaya tertentu, di mana ia dilahirkan. Perkembangan manusia
dibentuk oleh kebudayaan yang melingkunginya. Memang dalam batas-batas tertentu
manusia mengubah dan membentuk kebudayaannya, tetapi pada dasarnya manusia
lahir dan besar sebagai penerima kebudayaan dari generasi yang mendahuluinya.
Berbicara tentang manusia sebagai makhluk membudaya mengandaikan dua pandangan
dasar tentang manusia. Pertama,
manusia adalah salah satu makhluk di antara makhluk-makhluk yang lain. Kedua, manusia memiliki keistimewaan
yang secara hakiki membedakan dirinya dengan makhluk-makhluk lain, yaitu
manusia membudaya, atau dengan kalimat lain, manusia menciptakan kebudayaan.
Seperti halnya yang terjadi pada masyarakat dusun Ngijo, mereka juga memperoleh
warisan dari nenek moyangnya. Hasil budaya yang diwariskan oleh nenek moyang
kepada generasinya yaitu salah satunya berupa tradisi ritual. Adapun tradisi
ritual yang selama ini masih dilestarikan oleh masyarakat Ngijo adalah tradisi
merti dusun.
Merti
dusun ini sebenarnya merupakan salah satu bentuk ritual dari slametan.
Masyarakat tidak dapat menceritakan sejak kapan dan siapa yang membawa tradisi
ini. Mereka hanya dapat mengatakan bahwa kegiatan ini sudah dilakukan oleh
nenek moyang terdahulu, kini mereka tinggal meneruskan tradisi leluhurnya.
Namun, pelaksanaan merti dusun ini dari zaman ke zaman selalu mengalami
perubahan dalam hal pelaksanaannya. Semula masyarakat dusun Ngijo melakukan
tradisi Merti Dusun dengan kenduri biasa yang diadakan di rumahnya
sendiri-sendiri.
Pada
pelaksanaan tradisi merti dusun sekarang ini unsur-unsur Islam sudah banyak
dimasukkan di dalamnya terutama dalam prosesi dan tujuan dari merti dusun
tersebut. Unsur Islam yang masuk dalam merti dusun ini dibawa oleh tokoh Islam
yang masuk dalam kepanitiaan merti dusun. Merti dusun merupakan upacara tradisi
warisan budaya leluhur yang diwariskan dari generasi ke generasi memiliki
maksud-maksud dan tujuan tertentu. Adapun maksud dan tujuannya di antaranya
untuk mengapresiasikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia berupa keselamatan dan kesejahteraan hidup masyarakat serta
memberinya rezeki melalui hasil tanaman. Oleh karena itu, masyarakat merasa
perlu menyajikan sebagian kecil dari hasil yang diterima untuk dishadaqahkan
kepada sesama masyarakat. Merti dusun ini juga sebagai wahana pemersatu antara
warga dusun Ngijo dengan dusun yang lainnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebab masyarakat dusun Ngijo terdiri dari beberapa masyarakat yang mempunyai
status sosial, status ekonomi, kepercayaan, agama yang berbeda-beda. Sehingga
dengan adanya merti dusun ini seluruh masyarakat dusun Ngijo dapat berkumpul
menjadi satu di suatu tempat tanpa membedakan status sosial, status ekonomi,
kepercayaan, agama, derajat, pangkat, dan lain sebagainya. Dalam acara
berkumpul ini masyarakat mengamalkan budi pekerti yang luhur yaitu berdo’a
bersama kepada Tuhan untuk kebaikan semua dan sekaligus mendoakan leluhur,
supaya diampuni dosanya dan diterima amalnya.
Kegiatan merti dusun ini
dilaksanakan pada hari Minggu, 28 Apri 2018 pada pukul 09.00. Jodang-jodang
yang berisi hasil-hasil bumi dari berbagai RT di wilayah dusun
Ngijo dibawa berkumpul di lokasi upacara yaitu di halaman rumah gedung TKA-TPA.
Setiap jodang di bawa oleh 4 orang dan didampingi oleh 2 sampai 4 orang menuju
ke lokasi upacara. Kemudian jodang-jodang itu diletakkan di sebelah utara menghadap
ke selatan. Pada acara upacara merti dusun itu yang memberikan sambutan di
antaranya yang pertama yaitu dari kepala dusun Ngijo yang berisi tentang maksud
dan tujuan dari merti dusun ini, sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT yang
telah memberikan rezeki kepada masyarakat, sehingga untuk mewujudkan rasa
syukur itu warga membuat sebuah gunungan untuk di shadaqahkan kepada sesama
warga. Dengan berakhirnya sambutan dari kepala dusun, selanjutnya dilaksanakan
inti upacara yaitu kenduri tasyakuran doa yang dipimpin oleh bapak Mento.
Namun, sebelum doa dimulai bapak Mento menyampaikan kultum Inti dari
kultum serta membacakan ayat-ayat
al-Qur’an. Kemudian setelah kultum selesai dilanjutkan dengan doa yang intinya
merupakan puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan dan memohon perlindungan,
keselamatan, dan nikmat yang telah diberikan-Nya selama ini. Begitu juga doa
untuk para leluhur, baik yang sudah hidup maupun yang sudah meninggal agar
selalu diberi keselamatan dan ampunan, sehingga dalam hidup dan kematian selalu
mendapat perlindungan-Nya. Setelah doa selesai dimulailah pembagian jodang dan
gunungan yang berupa hasil kebun dan hasil sawah kepada masyarakat yang ada di
lokasi tersebut, baik orang tua maupun anak-anak. Setelah mereka mendapatkan
apa yang mereka ambil, kemudian dimakan di tempat, tetapi ada pula yang dibawa
pulang untuk dimakan bersama keluarganya. Acara ini berakhir kurang lebih pukul
12.00 WIB. Para warga masyarakat Ngijo meninggalkan lapangan upacara dan
kembali ke rumah masing-masing.
Nilai-nilai
yang terkandung dalam kegiatan merti dusun ini adalah:
1.
Nilai Budaya
Dengan diadakannya kegiatan merti dusun
ini, masyarakat sudah melakukan pelestarian budaya agar kegiatan ini tetap ada
dan tidak punah, dan kegiatan merti dusun ini dapat menambah keanekaragaman
budaya di dusun Ngijo.
2.
Nilai Pendidikan
Kegiatan merti dusun ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan masyarakat di dusun Ngijo dan sekitarnya terutama
anak-anak muda untuk selalu melestarikan kebudayaan yang ada di sekitar kita.
3.
Nilai Ekonomi
Dalam kegiatan merti dusun ini,
masyarakat lebih banyak menggunakan bahan dari hasil panen mereka, hal ini
tentunya dapat menjadikan nilai ekonomis bagi mereka.
4.
Nilai Sosial
Kegiatan ini dapat menumbuhkan sikap
saling menghargai, saling bekerja sama, sehingga dapat terjalin hubungan
silaturahmi yang baik antara masyarakat.
5.
Nilai Spiritual
Dengan kegiatan merti dusun ini, dapat
menjadikan masyarakat lebih bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan Yang
Maha Esa.
6.
Nilai Hiburan
Kegiatan merti dusun ini membuat
masyarakat di dusun Ngijo maupun lainnya terhibur, karena banyak masyarakat
yang menyaksikan saat masyarakat dusun Ngijo kirab di jalanan.
PENUTUP
Merti
dusun merupakan salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat dusun
Ngijo. Tradisi ini sudah ada sejak nenek moyang. Masyarakat tidak mengetahui
sejak kapan merti dusun ini mulai dirayakan dan menjadi sebuah agenda rutin di
dusun Ngijo. Merti dusun merupakan tradisi ungkapan rasa syukur masyarakat
kepada Tuhan.
Dari
paparan diatas, penulis berharap agar pembaca dapat mengetahui
kebudayaan-kebudayaan yang ada disekitarnya, serta dapat melestarikan
kebudayaan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
https://www.google
.com/amp/s/farhadthlb..wordpress.com/2013/10/02/pengertian-kebudayaan-dan-unsur-unsur-kebudayaan-indonesia/amp
diakses tanggal 29 April 2019
Setyawati, Anisa
Ayu.2016.Partisipasi Masyarakat dalam Upacara Merti Dusun.Universitas Negeri
Yogyakarta
LAMPIRAN




Tidak ada komentar:
Posting Komentar