Jumat, 17 Mei 2019

Kebudayaan Daerah Lombok Bau Nyale Di Pantai Kute Mandalika Lombok Timur



Nama       : Yogi Purwono
NIM         : 2015015208

Abstrak :
Di setiap tanggal 20, bulan 10, penanggalan Suku Sasak, ribuan masyarakat di Lombok, Nusa Tenggara Barat, merayakan tradisi Bau Nyale. Bau Nyale merupakan tradisi turun temurun. Dalam tradisi ini, ribuan orang menangkap cacing laut di sepanjang pantai Pulau Lombok. Cacing-cacing laut ini dikenal dengan sebutan nyale, yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Mandalika dikenal sebagai putri cantik yang memilih menceburkan diri ke laut lepas, menghindari peperangan antar pangeran yang memperebutkan dirinya. Legenda Putri Mandalika ini dikenal hampir di seluruh penjuru Pulau Lombok. Meskipun belum ada lontar Lombok yang ditemukan mengenai Mandalika yang melegenda tersebut.


Pendahuluan
Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan keanekaragaman dankeunikannya.Kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakaan kebudayan yang majemuk dan sangat kaya ragamnya. Di setiap budaya tersebut terdapat nilai-nilai sosial dan seni yang tinggi. Salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia yakni tradisi
          Bau Nyale Suku Sasak di Lombok. Bau Nyale adalah salah satu tradisi sekaligus identitas suku Sasak di Lombok .Olehsebab itu,tradisi ini masih dilakukan oleh suku Sasak sampai saat ini.Tradisi mencari hewanyang tergolong cacing laut ini sudah diwariskan secara turun temurun dalam masyarakatsuku Sasak.Tradisi
        Bau Nyale biasa dilakukan selama dua kali dalam satu tahun olehmasyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai di pulau Lombok selatan, khususnya dipantai selatan Lombok Tengah seperti di pantai Seger, Kuta dan pantai sekitarnyaDalam penelitian sebelumnya, mengatakan bahwa Penyelenggaraan Bau Nyale mengajak masyarakat mengenang kembali sejarah leluhur dan pemimpin lainnya yangpernah berjasa terhadap tradisi Bau Nyale
          Masyarakat Lombok percaya bahwa nyale ituberasal dari penjelmaan rambut Putri Manadalika. Putri Mandalika merupakan tokohsentral, maupun tokoh figur yang syarat dengan nilai-nilai moral yang hakiki yaitu kearifandan kesediaan untuk berkorban. Kearifan dan kesediaan berkorban justru datang dariseorang perempuan. Sementara para pangeran terjebak kepicikan dan egoisme. Sebelumterjun ke laut, Putri Mandalika menyampaikan pesan-pesan kepada para pangeran danseluruh masyarakat Sasak yang hadir pada saat pengumuman yang disampaikan, agar setiaptanggal 19 dan 20 setiap bulan sepuluh, datang ke pantai selatan untuk menangkap nyale
sebagai penjelmaannya (Purna, 2018 : 108)
Tujuan Observasi: tujuan observasi adalah mengaetahui kebudayaan kebudayaan yang ada di Nusa Tenggara Barat terutama Lombok.



Tradisi Bau Nyale

.       Sejarah tradisi Bau NyalePada zaman dahulu, di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yangbernama Tonjang Beru. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang Raja yang arif dan memilikiseorang Putri yang bernama Putri Mandalika. Putri Mandalika terkenal dengan parasnyayang cantik,matanya yang jelita, dan rambutnya yang bagaikan mayang terurai. Tidakhanya kecantikan fisik saja,tutur katanya yang sopan,baik, dan lembut serta ramah terhadapsemua orang semakin membuat ia menjadi kebanggaan dimata rakyatnya. Karenakecantikan itulah Putri Mandalika mampu memikat hati seluruh pemuda di belahan bumiPulau Lombok.Seluruh pangeran dari berbagai kerajaan berdatangan untuk melamar sang putri.Tak hanya itu, para pemuda dari rakyat biasapun berlomba-lomba untuk mendapatkan cintanya.
     Namun, tak satupun diantara mereka yang diterima lamarannya. Karena kekecewaan para pangeran dengan keputusan Putri Mandalika, membuat mereka untukmelakukan berbagai cara agar sang putri memilih satu diantara mereka. Mulai darisayembara,hingga melakukan peperangan, maka tak heran banyak permusuhan yangterjadi.Setelah sekian lama sang putri terjebak dalam pilihan yang berat, ia telah membuatsuatu keputusan. Ia tidak mau melihat perpecahan di bumi tempat kelahiran yang ia cintaiitu. Akan terjadi sebuah bencana apabila ia memilih satu diantara sekian pemuda yangmelamarnya. Akhirnya Putri Mandalika meminta agar seluruh rakyat untuk berkumpul diPantai Seger Kute sebelum adzan subuh berkumandang.
         Akhirnya pada saat itu parapemuda yang ingin meminangnya berbondong-bondong berdatangan ketempat itu, takterlupakan pula seluruh rakyat yang mengagung-agungkan dirinya tersebut. Mulai dariorang tua,dewasa, bahkan anak kecil berdatangan seraya ingin tahu siapa gerangan yangmemikat hati sang putri dan tentu saja yang ia pilih menjadi suaminya.Setelah semua tamu undangan berkumpul, semua rakyat terkejut dan lega seakanmenjadi obat dahaga bagi mereka karena kedatangan Putri Mandalika yang diiringi olehpara prajurit.
        Seluruh rakyat senang karena sang putri menepati janjinya. Akhirnya ditempat yang gelap dan hanya diterangi oleh cahaya bulan tersebut Putri Mandalika mengumumkan keputusannya. Dengan pidato yang singkat dan jelas ia menyampaikan bahwa tidak lain seperti impiannya, sang putri hanya ingin melihat ketentraman tumbuhdiatas bumi Pulau Lombok antar sesama manusia. Oleh karena itu sang putri mengajak seluruh rakyat untuk menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan tanpa adanyaperselisihan yang merusak keharmonisan dan hubungan kekeluargaan. “Oleh karena itula aku memutuskan diriku untuk kalian semua, aku akan menerima semua lamaran dan memberika seluruh perhatian dan cintaku untuk semua orang” Ucap sang putri dengan suara lantang ditengah derasnya suara ombak.
      Mendengar ucapan Putri Mandalika tadi, tentu saja membuat seluruh rakyat yangada disana kebingungan dan tak mengerti akan apa yang dimaksud dan bagaimana bisa ia menerima semua lamaran. Semua saling berpandangan dan suara bisikan-bisikan kecil terdengar. Kemudian sang putri melanjutkan bicaranya, “ Wahai Ayahanda dan Ibunda serta seluruh rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kalian semua, aku tidak dapat memilih satu diantara kalian dan takdir sudah menghendaki agar aku menjadi Nyale yang kalian dapat nikmati bersama”. Pada saat itu kilap dan petir menggelegar disertai angin kencang dan bersamaan dengan itu tiba-tibasang putri yang berdiri diatas bukit dan diiringi oleh para prajurit menjatuhkan dirinya dengan sekejap dan tanpa penerangan apapun. Seluruh rakyat langsung panik dan segera berbondong-bondong untuk menyelamatkan sang putri, namun Putri Mandalika hilangbagaikan ditelan bumi. Tidak ada lagi tanda-tanda sang putri ada di tempat itu.Tiba-tiba muncullah binatang kecil yang sangat banyak jumlahnya di tempat itu. Binatang tersebut berkilauan dan berbentuk seperti cacing panjang yang berwarna-warni. Masyarakat percaya bahwa itu adalah jelmaan dari Putri Mandalika yang merupakan wujud dari kasih sayang sang putri yang kemudian binatang tersebut diberi nama “Nyale”. Hingga kini, binatang tersebut masih hidup dan menjadi buruan oleh masyarakat Lombok dan menjadi tradisi tiap tahunnya antara bulan Februari dan Maret yang disebut “Tradisi Bau Nyale”. “Bau” dalam bahasa Lombok artinya “Mengambil” atau“Menangkap”, oleh karena itu masyarakat Lombok mengambil Nyale sebanyak-banyaknya dan memaknai Tradisi Bau Nyale tersebut sebagai wujud rasa cinta terhadap Putri Mandalika dan berbondong-bondong mendapatkan perhatian sang putri. Beberapa waktu sebelum Nyale keluar hujan turun deras di malam hari diselingi kilat dan petir disertai dengan tiupan angin.
       Diperkirakan pada hari keempat setelah purnama malam menjelang Nyale hendak keluar, hujan menjadi reda dan berganti dengan hujan rintik-rintik, suasana menjadi demikian tenang. Kemudian pada dini hari Nyale mulai menampakkan diri bergulung-gulung bersama ombak dan secepat itu pula Nyale berangsur-angsur lenyap daripermukaan laut bersamaan dengan fajar menyingsing di ufuk timur. Dari kisah tentang Putri Mandalika di atas yang sekaligus menjadi tonggak sejarah diadakannya Tradisi Bau Nyale (Diani, 2016 : 1).
      Seiring perkembangan zaman, tradisi menangkap cacing ini dijadikan festival kebudayaan tahunan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan antusiasme dari masyarakat lokal serta upaya menjaga kearifan lokal di Lombok (Soviani dkk, 2016 : 11-12).C.2 waktu pelaksanaan tradisi Bau Nyale Keluarnya  nyale ke permukaan laut yang hanya dua kali dalam setahun, yaitu padatanggal 19 dan 20 bulan kesepuluh, dan tanggal 19, dan 20 bulan kesebelas kalender Sasak(bulan Februari).
          Akan tetapi, pada penyelenggaraan tradisi Bau Nyale tahun 2017, nyale keluar tanggal 15 dan 16 Februari. Sedangkan puncak acara. dijadwalkan tanggal 16 dan 17Februari.Menurut informasi di lapangan, bahwa nyale keluar antara tanggal 15 dan 16 Februari merupakan kesepakatan kalender adat yang sudah disetujui oleh empat pemangku yakni, pemangku dari empat penjuru mata angin (utara, timur, selatan dan barat) dan ahliperbintangan, ahli kelautan, ahli pertanian, serta tokoh budaya, agama dan masyarakat. Adapun pemilihan tanggal 16 dan 17 Februari 2017 merupakan pemilihan dari pihak pemerintah.
Kesepakatan jadwal penyelenggaraan ditentukan pada “Sangkep Wariga”, yang diselenggarakan oleh krama adat dan pemerintah. Setiap keluar nyale hanyaberlangsung antara fajar terbit sampai matahari terbit (antara pukul 04.00 selalu diiringi oleh hujan rintik-rintik. Sedangkan sebelumnya didahului hujan lebat yang turun hampir setiaphari. Sungguh suatu keajaiban, kemudian setelah selesai penangkapan nyale hujan turunberhari-hari pula lamanya. Kemudian berhenti sebagai musim masa peralihan antara musim.
https://html1-f.scribdassets.com/8kg89v7mf46o4wle/images/8-c4f8cc030b.jpg

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari artikel ini yakni :
Bau nyale merupakan tradisi suku sasak,suku asli pulau Lombok ,NTB yangmerupakan tradisi mencari cacing Nyale.tradisi ini berkaitan dengan cerita rakyatyang berkembang yakni Putri mandalika yang konon katanya mengorbankan dirinyauntuk ketentraman pulau Lombok dengan melompat ke laut dan berubah menjadicacing nyale . Hingga kini, binatang tersebut masih hidup dan menjadi buruan olehmasyarakat Lombok dan menjadi tradisi tiap tahunnya antara bulan Februari dan Maret yang disebut “Tradisi Bau Nyale”.
“Bau” dalam bahasa Lombok artinya“Mengambil” atau “Menangkap”, oleh karena itu masyarakat Lombok mengambil Nyale sebanyak-banyaknya dan memaknai Tradisi Bau Nyale tersebut sebagaiwujud rasa cinta terhadap Putri Mandalika dan berbondong-bondong mendapatkanperhatian sang putri2. Menurut informasi di lapangan, bahwa nyale keluar antara tanggal 15 dan 16Februari merupakan kesepakatan kalender adat yang sudah disetujui oleh empatpemangku yakni, pemangku dari empat penjuru mata angin (utara, timur, selatandan barat) dan ahli perbintangan, ahli kelautan, ahli pertanian, serta tokoh budaya,agama dan masyarakat3. Ada beberapa fungsi tradisi bau nyale bagi masyarakat Lombok antara lain:
1. Wadah Pembinaan Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Mahaesa
                2. Wadah Integrasi dan Membangkitkan Solidaritas
3. Wadah Enkulturasi Budaya
4. Fungsi Historis
5. Bau Nyale sebagai Event Pariwisata


DAFTAR PUSTAKA
 Purna, I. M. (2018). Bau Nyale: Tradisi Bernilai Multikulturalisme dan Pluralisme. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 10(1), 99.
  doi:10.30959/patanjala.v10i1.327.https://doi.org/10.30959/patanjala.v10i1.327. diakses 6 November 2018. Saharudin, S. (2016). Perilaku Liminal Masyarakat Sasak-Lombok Dalam Bekayaq Bau Nyale dan Pataq Pare. Sasdaya: Gadjah Mada Journal of Humanities, 1(1), 87. doi:10.22146/sasdayajournal.17036.https://doi.org/10.22146/sasdayajournal.17036 .diakses 6 November 2018.
 Jekti, D. S. D., Yulianti, E., Suryawati, H., Maswan, M., & Kastoro, W. (2016). Jenis-Jenis Polychaeta di Pulau Lombok dan Peristiwa Baunyale. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia,1(1), 21-32.http://jai.ipb.ac.id/index.php/jippi/article/view/11744  .diakses 6 November 2018. Wilan, S. (1993). Pemertahanan Bahasa dan Kestabilan Kedwibahasaan pada Penutur Bahasa Sasak di Lombok. Jurnal Linguistik Indonesia Tahun ke,28 , 23-29.
 http://www.mlindonesia.org/images/files/28%20No.%2001%20Feb%202010.compressed.pdf#page=26 .diakses 6 november 2018
Bazar arifin,dkk.”makalah pendidikankewarganegaraan.http://www.academia.edu/12505619/Makalah-kebudayaan .diakses 6 november 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRADISI NYADRAN DI MAKAM SEWU DIWIJIRWJO PANDAK BANTUL

Oleh : Febriana SiskaWati (2017015260) Febrianasiska123@gmail.com Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ABSTRAK Tulisan ini m...