Nama : Yogi Purwono
NIM : 2015015208
Abstrak :
Di setiap tanggal 20, bulan 10,
penanggalan Suku Sasak, ribuan masyarakat di Lombok, Nusa Tenggara Barat,
merayakan tradisi Bau Nyale. Bau Nyale merupakan tradisi turun temurun. Dalam
tradisi ini, ribuan orang menangkap cacing laut di sepanjang pantai Pulau
Lombok. Cacing-cacing laut ini dikenal dengan sebutan nyale, yang dipercaya
sebagai jelmaan Putri Mandalika. Mandalika dikenal sebagai putri cantik yang
memilih menceburkan diri ke laut lepas, menghindari peperangan antar pangeran
yang memperebutkan dirinya. Legenda Putri Mandalika ini dikenal hampir di
seluruh penjuru Pulau Lombok. Meskipun belum ada lontar Lombok yang ditemukan
mengenai Mandalika yang melegenda tersebut.
Pendahuluan
Indonesia adalah bangsa yang
terkenal dengan keanekaragaman dankeunikannya.Kebudayaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia merupakaan kebudayan yang majemuk dan sangat kaya
ragamnya. Di setiap budaya tersebut terdapat nilai-nilai sosial dan seni yang
tinggi. Salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia yakni tradisi
Bau Nyale
Suku Sasak di Lombok. Bau Nyale adalah salah satu tradisi sekaligus
identitas suku Sasak di Lombok .Olehsebab itu,tradisi ini masih dilakukan oleh
suku Sasak sampai saat ini.Tradisi mencari hewanyang tergolong cacing laut ini
sudah diwariskan secara turun temurun dalam masyarakatsuku Sasak.Tradisi
Bau Nyale
biasa dilakukan selama dua kali dalam satu tahun olehmasyarakat yang tinggal di
daerah pesisir pantai di pulau Lombok selatan, khususnya dipantai selatan
Lombok Tengah seperti di pantai Seger, Kuta dan pantai sekitarnyaDalam
penelitian sebelumnya, mengatakan bahwa Penyelenggaraan Bau Nyale mengajak masyarakat mengenang kembali
sejarah leluhur dan pemimpin lainnya yangpernah berjasa terhadap tradisi
Bau Nyale
Masyarakat Lombok percaya bahwa
nyale ituberasal dari penjelmaan rambut Putri Manadalika. Putri Mandalika
merupakan tokohsentral, maupun tokoh figur yang syarat dengan nilai-nilai moral
yang hakiki yaitu kearifandan kesediaan untuk berkorban. Kearifan dan kesediaan
berkorban justru datang dariseorang perempuan. Sementara para pangeran terjebak
kepicikan dan egoisme. Sebelumterjun ke laut, Putri Mandalika menyampaikan
pesan-pesan kepada para pangeran danseluruh masyarakat Sasak yang hadir pada
saat pengumuman yang disampaikan, agar setiaptanggal 19 dan 20 setiap bulan
sepuluh, datang ke pantai selatan untuk menangkap nyale
sebagai penjelmaannya (Purna, 2018 : 108)
Tujuan Observasi: tujuan observasi adalah mengaetahui
kebudayaan kebudayaan yang ada di Nusa Tenggara Barat terutama Lombok.
Tradisi Bau Nyale
. Sejarah tradisi Bau NyalePada zaman dahulu, di pantai selatan Pulau Lombok
terdapat sebuah kerajaan yangbernama Tonjang Beru. Kerajaan ini dipimpin oleh
seorang Raja yang arif dan memilikiseorang Putri yang bernama Putri Mandalika.
Putri Mandalika terkenal dengan parasnyayang cantik,matanya yang jelita, dan
rambutnya yang bagaikan mayang terurai. Tidakhanya kecantikan fisik saja,tutur
katanya yang sopan,baik, dan lembut serta ramah terhadapsemua orang semakin
membuat ia menjadi kebanggaan dimata rakyatnya. Karenakecantikan itulah Putri
Mandalika mampu memikat hati seluruh pemuda di belahan bumiPulau Lombok.Seluruh
pangeran dari berbagai kerajaan berdatangan untuk melamar sang putri.Tak hanya
itu, para pemuda dari rakyat biasapun berlomba-lomba untuk mendapatkan
cintanya.
Namun, tak satupun diantara mereka yang
diterima lamarannya. Karena kekecewaan para pangeran dengan keputusan Putri
Mandalika, membuat mereka untukmelakukan berbagai cara agar sang putri memilih
satu diantara mereka. Mulai darisayembara,hingga melakukan peperangan, maka tak
heran banyak permusuhan yangterjadi.Setelah sekian lama sang putri terjebak
dalam pilihan yang berat, ia telah membuatsuatu keputusan. Ia tidak mau melihat
perpecahan di bumi tempat kelahiran yang ia cintaiitu. Akan terjadi sebuah
bencana apabila ia memilih satu diantara sekian pemuda yangmelamarnya. Akhirnya
Putri Mandalika meminta agar seluruh rakyat untuk berkumpul diPantai Seger Kute
sebelum adzan subuh berkumandang.
Akhirnya pada
saat itu parapemuda yang ingin meminangnya berbondong-bondong berdatangan
ketempat itu, takterlupakan pula seluruh rakyat yang mengagung-agungkan dirinya
tersebut. Mulai dariorang tua,dewasa, bahkan anak kecil berdatangan seraya
ingin tahu siapa gerangan yangmemikat hati sang putri dan tentu saja yang ia
pilih menjadi suaminya.Setelah semua tamu undangan berkumpul, semua rakyat
terkejut dan lega seakanmenjadi obat dahaga bagi mereka karena kedatangan Putri
Mandalika yang diiringi olehpara prajurit.
Seluruh rakyat senang karena sang putri
menepati janjinya. Akhirnya ditempat yang gelap dan hanya diterangi oleh cahaya
bulan tersebut Putri Mandalika mengumumkan keputusannya. Dengan pidato yang
singkat dan jelas ia menyampaikan bahwa tidak lain seperti impiannya, sang putri
hanya ingin melihat ketentraman tumbuhdiatas bumi Pulau Lombok antar sesama
manusia. Oleh karena itu sang putri mengajak seluruh rakyat untuk menjunjung
tinggi nilai persatuan dan kesatuan tanpa adanyaperselisihan yang merusak
keharmonisan dan hubungan kekeluargaan. “Oleh karena itula
aku memutuskan diriku untuk kalian semua, aku akan menerima semua lamaran dan
memberika seluruh perhatian dan cintaku untuk semua orang” Ucap sang putri
dengan suara lantang ditengah derasnya suara ombak.
Mendengar
ucapan Putri Mandalika tadi, tentu saja membuat seluruh rakyat yangada disana
kebingungan dan tak mengerti akan apa yang dimaksud dan bagaimana bisa ia
menerima semua lamaran. Semua saling berpandangan dan suara bisikan-bisikan
kecil terdengar. Kemudian sang putri melanjutkan bicaranya, “ Wahai Ayahanda
dan Ibunda serta seluruh rakyat negeri
Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk
kalian semua, aku tidak dapat memilih satu diantara kalian dan takdir sudah
menghendaki agar aku menjadi Nyale yang kalian dapat nikmati bersama”. Pada
saat itu kilap dan petir menggelegar disertai angin kencang dan bersamaan
dengan itu tiba-tibasang putri yang berdiri diatas bukit dan diiringi oleh para
prajurit menjatuhkan dirinya dengan sekejap dan tanpa penerangan apapun. Seluruh
rakyat langsung panik dan segera berbondong-bondong untuk menyelamatkan sang
putri, namun Putri Mandalika hilangbagaikan ditelan bumi. Tidak ada lagi
tanda-tanda sang putri ada di tempat itu.Tiba-tiba muncullah binatang kecil
yang sangat banyak jumlahnya di tempat itu. Binatang tersebut berkilauan dan
berbentuk seperti cacing panjang yang berwarna-warni. Masyarakat percaya bahwa
itu adalah jelmaan dari Putri Mandalika yang merupakan wujud dari kasih sayang
sang putri yang kemudian binatang tersebut diberi nama “Nyale”. Hingga kini,
binatang tersebut masih hidup dan menjadi buruan oleh masyarakat Lombok dan
menjadi tradisi tiap tahunnya antara bulan Februari dan Maret yang disebut “Tradisi
Bau Nyale”. “Bau” dalam bahasa Lombok artinya “Mengambil” atau“Menangkap”, oleh
karena itu masyarakat Lombok mengambil Nyale sebanyak-banyaknya dan memaknai
Tradisi Bau Nyale tersebut sebagai wujud rasa cinta terhadap Putri Mandalika dan
berbondong-bondong mendapatkan perhatian sang putri. Beberapa waktu sebelum
Nyale keluar hujan turun deras di malam hari diselingi kilat dan petir
disertai dengan tiupan angin.
Diperkirakan pada hari keempat setelah purnama
malam menjelang Nyale hendak keluar, hujan menjadi reda dan berganti dengan
hujan rintik-rintik, suasana menjadi demikian tenang. Kemudian pada dini hari
Nyale mulai menampakkan diri bergulung-gulung bersama ombak dan secepat itu pula
Nyale berangsur-angsur lenyap daripermukaan laut bersamaan dengan fajar
menyingsing di ufuk timur. Dari kisah tentang Putri Mandalika di atas yang
sekaligus menjadi tonggak sejarah diadakannya Tradisi Bau Nyale (Diani, 2016 :
1).
Seiring
perkembangan zaman, tradisi menangkap cacing ini dijadikan festival kebudayaan
tahunan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah. Hal
ini dilakukan untuk meningkatkan antusiasme dari masyarakat lokal serta upaya
menjaga kearifan lokal di Lombok (Soviani dkk, 2016 : 11-12).C.2
waktu pelaksanaan tradisi Bau Nyale Keluarnya
nyale ke permukaan laut yang hanya dua kali dalam setahun, yaitu
padatanggal 19 dan 20 bulan kesepuluh, dan tanggal 19, dan 20 bulan kesebelas
kalender Sasak(bulan Februari).
Akan tetapi,
pada penyelenggaraan tradisi Bau Nyale tahun 2017, nyale keluar
tanggal 15 dan 16 Februari. Sedangkan puncak acara. dijadwalkan tanggal 16 dan
17Februari.Menurut informasi di lapangan, bahwa nyale keluar antara tanggal 15
dan 16 Februari merupakan kesepakatan kalender adat yang sudah disetujui oleh
empat pemangku yakni, pemangku dari empat penjuru mata angin (utara, timur,
selatan dan barat) dan ahliperbintangan, ahli kelautan, ahli pertanian, serta
tokoh budaya, agama dan masyarakat. Adapun pemilihan tanggal 16 dan 17 Februari
2017 merupakan pemilihan dari pihak pemerintah.
Kesepakatan
jadwal penyelenggaraan ditentukan pada “Sangkep Wariga”, yang diselenggarakan
oleh krama adat dan pemerintah. Setiap keluar nyale hanyaberlangsung antara
fajar terbit sampai matahari terbit (antara pukul 04.00 selalu diiringi oleh hujan
rintik-rintik. Sedangkan sebelumnya didahului hujan lebat yang turun hampir
setiaphari. Sungguh suatu keajaiban, kemudian setelah selesai penangkapan nyale
hujan turunberhari-hari pula lamanya. Kemudian berhenti sebagai musim masa
peralihan antara musim.

Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari artikel ini yakni :
Bau nyale merupakan
tradisi suku sasak,suku asli pulau
Lombok ,NTB yangmerupakan tradisi mencari cacing Nyale.tradisi ini
berkaitan dengan cerita rakyatyang berkembang yakni Putri mandalika yang konon
katanya mengorbankan dirinyauntuk ketentraman pulau Lombok dengan melompat ke
laut dan berubah menjadicacing nyale . Hingga kini, binatang tersebut masih
hidup dan menjadi buruan olehmasyarakat Lombok dan menjadi tradisi tiap
tahunnya antara bulan Februari dan Maret yang disebut “Tradisi Bau Nyale”.
“Bau” dalam bahasa Lombok artinya“Mengambil”
atau “Menangkap”, oleh karena itu masyarakat Lombok mengambil Nyale
sebanyak-banyaknya dan memaknai Tradisi Bau Nyale tersebut sebagaiwujud rasa
cinta terhadap Putri Mandalika dan berbondong-bondong mendapatkanperhatian sang
putri2. Menurut informasi di lapangan, bahwa nyale keluar antara tanggal 15 dan
16Februari merupakan kesepakatan kalender adat yang sudah disetujui oleh
empatpemangku yakni, pemangku dari empat penjuru mata angin (utara, timur,
selatandan barat) dan ahli perbintangan, ahli kelautan, ahli pertanian, serta
tokoh budaya,agama dan masyarakat3. Ada beberapa fungsi tradisi bau nyale bagi
masyarakat Lombok antara lain:
1. Wadah
Pembinaan Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Mahaesa
2. Wadah Integrasi dan Membangkitkan Solidaritas
3. Wadah
Enkulturasi Budaya
4. Fungsi
Historis
5. Bau Nyale
sebagai Event Pariwisata
DAFTAR PUSTAKA
Purna, I. M. (2018).
Bau Nyale: Tradisi Bernilai Multikulturalisme dan Pluralisme. Patanjala :
Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 10(1), 99.
doi:10.30959/patanjala.v10i1.327.https://doi.org/10.30959/patanjala.v10i1.327.
diakses 6 November 2018. Saharudin, S. (2016). Perilaku Liminal Masyarakat
Sasak-Lombok Dalam Bekayaq Bau Nyale dan Pataq Pare. Sasdaya: Gadjah Mada
Journal of Humanities, 1(1), 87.
doi:10.22146/sasdayajournal.17036.https://doi.org/10.22146/sasdayajournal.17036
.diakses 6 November 2018.
Jekti, D. S. D.,
Yulianti, E., Suryawati, H., Maswan, M., & Kastoro, W. (2016). Jenis-Jenis
Polychaeta di Pulau Lombok dan Peristiwa Baunyale. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan
dan Perikanan Indonesia,1(1), 21-32.http://jai.ipb.ac.id/index.php/jippi/article/view/11744
.diakses 6 November 2018. Wilan, S.
(1993). Pemertahanan Bahasa dan Kestabilan Kedwibahasaan pada Penutur Bahasa
Sasak di Lombok. Jurnal Linguistik Indonesia Tahun ke,28 , 23-29.
http://www.mlindonesia.org/images/files/28%20No.%2001%20Feb%202010.compressed.pdf#page=26 .diakses 6 november 2018
Bazar arifin,dkk.”makalah pendidikankewarganegaraan.http://www.academia.edu/12505619/Makalah-kebudayaan
.diakses 6 november 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar