Oleh:
Ersa Eka Desvianti (2017015006)
Paes
Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta adalah sebuah riasan adat tradisional dari
provinsi Yogyakarta yang dipakai oleh sepasang pengantin. Konon katanya, Paes
Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta bukan
sembarang riasan, ia memiliki makna dan pesan yang sangat mendalam dan sakral.
Bahkan perias paes ageng harus melakukan puasa sebelum melakukan
tugasnya. Persoalan yang hendak dikaji dalam penelitian
tersebut yaitu makna dan pesan Paes
Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta. Untuk mengungkapkan persoalan tersebut,
digunakan metode penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan data mengenai
makna dan pesan Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan pendekatan budaya dan berlandasan teori. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara dan observasi secara langsung. Data dilakukan
pemeriksaan keabsahannya, Penyajian sekaligus analisis data untuk kemudian
dilakukan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Paes
Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta dimaknai sebagai makna yang berdimensi vertikal
maupun horizontal, dimana makna vertikal adalah makna yang menunjukan hubungan
antar manusia dengan Tuhannya, sedangkan makna horisontal adalah makna yang
menunjukkan hubungan antara manusia dengan sesamanya atau individu dan individu
dengan lingkungan sosialnya, juga hubungan antar individu dengan alam dan
lingkungan fisiknya.Yang artinya merupakan salah satu tatanan sosial
bermasyarakat sekaligus sebagai bentuk pengharapan dan doa. Bertitik tolak dari
penelitian ini, rekomendasi yang diperkirakan dapat menjadi bahan pertimbangan
adalah (1) Masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta tetap mempertahankan kebudayaan
yang telah diwariskan oleh leluhur dan diharapkan generasi muda dapat
melestarikan kebudayaan dalam bentuk riasan pengantin ini.(2) Perlu
keterlibatan pelaku budaya atau seperti perias pengantin untuk lebih sering
mengadakan workshop tentang makna dan pesan Pada Paes Ageng Kebesaran Gaya
Yogyakarta, sebagai bentuk melestarikan budaya dalam bentuk seni rias tersebut.
(3) Penelitian ini terbatas pada persoalan pemaknaan dan proses komunikasinya,
sementara aspek-aspek keterlibatan pelaku budaya (perias dan pengantin) sejauh
mana sampai tingkat partisipasi masyarakat tidak digali oleh peneliti. Ada
baiknya penelitian-penelitian selanjutnya melakukan penelitian lanjutan
dibidang komunikasi budaya pada Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta.
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Pendidikan
sangat trategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang diperlukan untuk
meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh di Indonesia. Indonesia terkenal
dengan keanekaragaman suku dan budaya. Satu diantara keanekaragaman tersebut
nampak pada tata rias pengantin. Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam kehidupan manusia karena pernikahan bukan hanya merupakan
peristiwa yang harus ditempuh atau dijalani oleh dua individu yang berlainan
jenis kelamin, tetapi lebih jauh pernikahan sesungguhnya proses yang melibatkan
beban dan tanggung jawab dari banyak orang, baik itu tanggung jawab keluarga,
kaum kerabat bahkan kesaksian dari seluruh masyarakat yang ada dilingkungannya.
Untuk itu, pengantin dirias sedemikian rupa supaya berbeda dengan kesehariannya
dan disesuaikan dengan kebudayaan Jawa kedudukannya sebagai raja, ratu sehari
,tata rias pengantin yang paling banyak diminat konsumen saat ini adalah tata
rias jogja paes ageng. Dengan demikian, diperlukan tata rias khusus dengan
aturan yang khusus dan penuh dengan makna serta pesan-pesan , untuk kedua
mempelai agar kedepanya dalam kehidupan keduanya mampu menerapkan segala
pengharapan yang sudah disampaikan lewat pesan dan makna pada riasan pengantin.
Corak Paes Ageng Kebesaran merupakan tata rias pengantin yang memiliki
kedudukan tertinggi atau agung. Paes Ageng berasal dari kata Paes yaitu riasan
dan Ageng yang berarti besar, jika digabungkan berarti riasan yang besar atau
mewah. Tata rias tersebut semula hanya dikenakan oleh putra-putri dalem Sri
Sultan pada upacara perkawinan agung dalam keraton Yogyakarta, misalnya
dikenakan pada saat upacara panggih pengantin yang dikaitkan dengan pesta
resepsi . lalu , sebenarnya apakah memang ada pesan-pesan dan makna yang terkandung
dalam sebuah riasan tersebut? Melihat fenomena diatas maka dalam hal ini
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”MAKNA DAN PESAN
RIASAN PENGANTIN PAES AGENG KEBESARAN GAYA YOGYAKARTA”.
B. Tujuan
Observasi
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, tujuan observasi
ini adalah untuk mengetahui makna pesan-pesan yang terkandung pada
riasan pengantin Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta.
C. Tujuan
Penulisan Artikel
-
Untuk menjadi bahan informasi bagi
pembaca dan dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang lain.
-
Untuk menambah ragam penelitian dalam bidang
kebudayaan.
-
Untuk memenuhi tugas mata kuliah “
Kebudayaan Daerah”
Pembahasan
Salah satu bagian dari
rangkaian upacara perkawinan adat Jawa adalah riasan pengantin. Bagian ini
merupakan bagian yang sangat penting dalam rangkaian upacara panjang dan rumit,
mengapa demikian? Bagaimanapun juga pusat perhatian para tamu dalam upacara
pernikahaan adalah sepasang pempelai pengantin. Seluruh rangkaian upacara tidak
lepas dari tujuan agar kedua mempelai tampak cantik, anggun, ceria, dan
bahagia, selamat serta sejahtera Begitupula pada riasan pengantin Paes Ageng
Kebesaran Gaya Yogyakarta. Paes Ageng mempunyai arti dari Paes yaitu riasan dan
Ageng yaitu besar atau mewah. Jadi Paes Ageng secara garis besar diartikan
sebagai riasan pengantin yang besar dan mewah.
Dalam sejarah khazanah
kebudayaan Yogyakarta, Paes Ageng dahulu hanya diperuntungkan pada pernikahan
putera dan puteri raja Keraton Yogyakarta, karena pada dasarnya Paes Ageng
sendiri mempunyai nilai-nilai pesan dan makna yang sangat sakral bagi kedua
mempelai pengantin. Baru pada tahun 1940 pada masa pemerintahan Hamengkubuwono
IX, Paes Ageng diperbolehkan bagi khalayak umum dengan tujuan agar masyarakat
jawa senantiasa melestarikan Paes Ageng dikarenakan pesan dan makna yang
terkandung didalamnnya. Dari beragam perlengkapan dan merupakan ciri khas Paes
Ageng Yogyakarta, peneliti ingin melihat lebih dalam lagi makna pesan
didalamnnya menggungakan teori yang ada serta menuangkan dalam teks yang
terpilih sehingga pesan dan makna dapat tersampaikan dengan baik. Pada
penelitian ini riasan pengantin berbentuk Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta
dimana mempunyai ciri khas yang cukup menonjol pada bagian mata, dan
busanannya. Yang tentu saja banyak sekali makna pesan yang terkandung dan jika
dapat disampaikan dengan baik,.Pemakaian busana paes ageng sangat rumit,
memerlukan ketekunan dan ketelitian yang didalamnya terkandung kesakralan maupun makna filosofi dalam setiap detail
rias wajah, busana, dan asesorinya. Untuk itu segala sesuatu yang berhubungan
dengan paes dipercayakan pada seorang juru rias paes pengantin. Baik perias
maupun pengantin putri yang dirias wajib berpuasa sebelum menjalankan acara.
Tujuan utamanya adalah mengendapkan perasaan untuk membersihkan jiwa dan
menguatkan batin agar dapat melaksanakan tugas dengan baik dan terhindar dari
malapetaka. Masyarakat Jawa percaya bahwa kebersihan dan kekuatan batin juru
rias akan menjadikan pengantin yang diriasnya cantik molek dan bersinar.Sejak
zaman raja-raja Mataram, pengantin putri selalu menjadi pusat pandang karena
setiap detail yang dipakainya mengandung makna filosofi yang sangat agung dan
tidak semua orang mengetahuinya.
A. Tahap-Tahap
Merias Wajah
Berikut ini uraian
tahap-tahap merias gaya paes ageng beserta sajen sekaligus makna filosofinya
1. Ratusan
Proses pengasapan bahan ratus yaitu wewangian
tradisional pada rambut agar harum
2. Halup-Halupan
(cukur rambut)
Paes Ageng
Pembersihan wajah pengantin dengan cara mencukur
rambut halus yang tumbuh di dahi atau memotong rambut menjuntai ke dahi
sehingga wajah tampak bersih dan siap untuk dibuat pola wajah
3. Cengkorongan
Merupakan pembuatan pola wajah paes ageng gaya
Yogyakarta. Penentuan bentuk dan pembuatan cengkorong ini dikerjakan dengan
pensil dan hasil akhirnya berupa gambar samar-samar / tipis
Cengkorong meliputi :
-
citak pada dahi, yaitu bentuk belah ketupat kecil dari daun sirih pada
pangkal hidung di antara dua alis. Ada beberapa versi mengenai makna filosofinya,
antara lain bahwa citak sebagai reflesi mata Dewa Syiwa yang merupakan pusat
panca indra sehingga menjadi pusat keseluruhan ide. Pendapat lain mengatakan
bahwa citak sebagai pemberi watak pada keseluruhan ide paes
-
panunggul, pangapit, panitis, godeg
panunggul dibuat di atas citak, ditengah-tengah
dahi, berbentuk meru melambangkan Trimurti (tiga kekuatan dewa yang manunggal).
Ditengah-tengah panunggul diisi hiasan
berbentuk capung atau kinjengan, yaitu seekor binatang yang selalu bergerak
tanpa lelah dengan harapan agar pengantin selalu ulet dalam menjalani hidup.
Panunggul berasal dari kata tunggal, yaitu terkemuka
atau tertinggi, mengandung makna dan harapan agar seorang wanita ditinggikan
atau dihormati
Pengapit terletak di kiri kanan panunggul berbentuk
seperti meru (gunung) namun langsing
Penitis terletak di antara pengapit dan godheg
Pengapit, panitis, godheg dibuat sebagai
keseimbangan wajah, maka diletakkan
simetris dengan panunggul
Alis dibuat berbentuk menjangan ranggah (tanduk
rusa). Rusa merupakan symbol kegesitan, dengan demikian kedua pengantin
diharapkan dapat bertindak cekatan, trampil, dan ulet dalam menghadapi
persoalan rumah tangga
Daerah sekeliling mata dibiarkan tidak terjamah oleh
boreh, diberi gambaran yang disebut jahitan. Untuk membentuk mata lebih tajam
dan anggun sehingga orang-orang akan mengaguminya.
4. Kandelan
Setelah cengkorongan selesai dibuat sesuai pola
dasar dan tampak pantas (layak), baru kemudian paes wajah diselesaikan dengan
menebalkan garis-garis yang samar menjadi paesan dadi (paes jadi)
5. Dados
Selesai kandelan, dilanjutkan dengan dandos jangkep
pengantin (pengantin berdandan lengkap) yang meliputi sanggul pengantin,
perhiasan pengantin, kain pengantin, baju pengantin, dan dandosan (berbusana)
lain selengkapnya
a.Hiasan Sanggul.
Tata rambut pengantin dibuat seperti bokor tengkurap
sehingga dinamakan bokor mengkurep.
Sanggul rambut diisi dengan irisan daun pandan dan ditutup rajut bunga melati.
Perpaduan daun pandan dan bunga melati
memancarkan keharuman yang berkesan religius, sehingga pengantin diharapkan
dapat membawa nama harum yang berguna bagi masyarakat.
Gelung bokor mengkurep disempurnakan lagi dengan
jebehan, yaitu 3 bunga korsase warna merah-kuning-biru (hijau) yang dirangkai
menjadi satu dan dipasang di sisi kiri - kanan gelung. Tiga warna bunga itu
melambangkan Trimurti (dewa Syiwa-Brahma-Wisnu).
Ditengah sanggul dihias dengan bunga merah disebut
ceplok, dan di kiri – kanan ceplok itu disematkan masing-masing satu bros emas
permata
Pada bagian bawah agak ke arah kanan sanggul
dipasang untaian melati berbentuk belalai gajah sepanjang 40 cm, diberi nama
gajah ngoling. Hiasan ini bermakna bahwa pemakainya menunjukkan
kesucian/kesakralan baik sebagai putri maupun kesucian niat dalam menjalani
hidup yang sakral pula.
b.Asesori Paes Ageng
Perhiasan yang dipergunakan pengantin putri disebut pula dengan nama
raja keputren. Semua terbuat dari emas bertahtakan berlian yang dirancang
dengan seni tinggi dan sangat halus. Set
perhiasan ini berupa :
- Cunduk
Menthul
5 tangkai bunga dipasang di atas sanggul menghadap belakang, menggambarkan
sinar matahari yang berpijar memberi kehidupan, sering juga dikaitkan dengan
lima hal yang menjadi dasar kerajaan Mataram Islam ini, seperti yang tercantum
dalam Kitab Suci.
-
Pethat/sisir berbentuk gunung
Hiasan berupa sisir terbuat dari emas diletakkan di
atas sanggul berbentuk seperti gunun, sebagai simbol kesakralan. Dalam mitologi
Hindu, gunung adalah tempat bersemayam nenek moyang dan tempat tinggal para
dewa serta pertapa.
- Kalung
Sungsun (kalung terdiri 3 susun)
Melambangkan 3 tingkatan kehidupan manusia dari
lahir, menikah, meninggal. Hal ini dihubungkan dengan konsepsi Jawa tentang
alam baka, alam antara, dan alam fana
- Gelang
Binggel Kana
Berbentuk melingkar tanpa ujung pangkal yang
melambangkan kesetiaan tanpa batas
- Kelat Bahu
(perhiasan pada pangkal lengan)
Berbentuk seekor naga, kepala dan ekornya membelit.
Melambangkan bersatunya pola rasa dan pikir yang mendatangkan kekuatan dalam
hidup. Dalam mitologi Jawa, Naga merupakan hewan suci yang dipercaya menyangga
dunia
- Centhung
Perhiasan berupa sisir kecil bertahtakan berlian di
letakkan diatas dahi pada sisi kiri dan kanan. Melambangkan bahwa pengantin
putri telah siap memasuki pintu gerbang kehidupan rumah tangga
- Cincin
Menurut beberapa serat yang ditulis sejak jaman
Sultan Agung seperti serat Centhini, serat Wara Iswara (Sunan PB IX) ditulis
bahwa para putrid tidak diperkenankan memakai cincin di jari tengah. Karena sebagai
symbol satu perintah untuk diunggulkan, yaitu milik Tuhan. Cincin di jari manis
sebagai symbol untuk senantiasa bertutur kata manis. Cincin di jari kelingking
symbol untuk selalu trampil dan giat dalam mengerjakan pekerajaan rumah tangga.
Cincin di ibu jari sebagai symbol untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan
ikhlas dan terbaik
B. Busana
dalam Paes Ageng terdiri dari
Adapun
nilai budaya/ pendidikan yang dapat dipetik dalam sebuah pakaian adat tersebut
adalah menyebabkan seorang pengamat menikmati
atau memperoleh kepuasan dari ciri indrawi yang disajikan oleh suatu karya
seni, menyebabkan seseorang menghargai atau mengagumi bentuk besar (struktur)
dan bentuk kecil (tekstur) dalam karya seni , dan menyebabkan seseorang
menyadari kenyataan, pengalaman pribadi, dan perasaannya
PENUTUP
KESIMPULAN
C. Salah
satu bagian dari rangkaian upacara perkawinan adat Jawa adalah riasan
pengantin. Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting dalam rangkaian
upacara panjang dan rumit, mengapa demikian? Bagaimanapun juga pusat perhatian
para tamu dalam upacara pernikahaan adalah sepasang pempelai pengantin. Seluruh
rangkaian upacara tidak lepas dari tujuan agar kedua mempelai tampak cantik,
anggun, ceria, dan bahagia, selamat serta sejahtera Begitupula pada riasan
pengantin Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta. Paes Ageng mempunyai arti dari
Paes yaitu riasan dan Ageng yaitu besar atau mewah. Paes Ageng Kebesaran Gaya
Yogyakarta adalah sebuah riasan adat tradisional dari provinsi Yogyakarta yang dipakai
oleh sepasang pengantin. Konon katanya, Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta bukan sembarang riasan, ia memiliki makna
dan pesan yang sangat mendalam dan sakral. Bahkan perias paes ageng harus
melakukan puasa sebelum melakukan tugasnya. . Masyarakat Jawa
percaya bahwa kebersihan dan kekuatan batin juru rias akan menjadikan pengantin
yang diriasnya cantik molek dan bersinar.Sejak zaman raja-raja Mataram,
pengantin putri selalu menjadi pusat pandang karena setiap detail yang
dipakainya mengandung makna filosofi yang sangat agung dan tidak semua orang
mengetahuinya. Tahap-tahap merias wajah dan busana dalam Paes Ageng memiliki
makna dalam setiap prosesnya. Adapun nilai budaya/ pendidikan yang dapat
dipetik dalam sebuah pakaian adat tersebut adalah menyebabkan seorang pengamat
menikmati atau memperoleh kepuasan dari ciri indrawi yang disajikan oleh suatu
karya seni, menyebabkan seseorang menghargai atau mengagumi bentuk besar
(struktur) dan bentuk kecil (tekstur) dalam karya seni , dan menyebabkan seseorang
menyadari kenyataan, pengalaman pribadi, dan perasaannya
D. Saran
Adapun
saran yang ingin penyusun sampaikan kepada pembaca adalah agar makalah ini
dapat menambah pengetahuan mengenai “ Baju Adat Paes Ageng Gaya Yogyakarta”.
Selain itu , diharapkan juga agar dapat para pembaca dapat mengenal atau
mengetahui kebudayaan yang ada di Indonesia. Sehingga , kita dapat bersama-
sama melestarikan budaya Indonesia yang ada.
REFERENSI
Hasil
dari wawancara dengan pengantin dan tukang rias pengantin
Vony
F.S Hartini Hippj, Sulistiami. 2017. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN LANGSUNG MEMBUAT PAES PROPOSIONAL PADA
PENGANTIN INDONESIA JOGJA.
69(2):22-23
LAMPIRAN





Tidak ada komentar:
Posting Komentar