Jumat, 24 Mei 2019

BAJU ADAT PAES AGENG KEBESARAN GAYA YOGYAKARTA


Oleh:
Ersa Eka Desvianti (2017015006)
 Abstrak
Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta adalah sebuah riasan adat tradisional dari provinsi Yogyakarta yang dipakai oleh sepasang pengantin. Konon katanya, Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta bukan sembarang riasan, ia memiliki makna dan pesan yang sangat mendalam dan sakral. Bahkan perias paes ageng harus melakukan puasa sebelum melakukan tugasnya.  Persoalan yang hendak dikaji dalam penelitian tersebut  yaitu makna dan pesan Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta. Untuk mengungkapkan persoalan tersebut, digunakan metode penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan data mengenai makna dan pesan Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan budaya dan berlandasan teori. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi secara langsung. Data dilakukan pemeriksaan keabsahannya, Penyajian sekaligus analisis data untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta dimaknai sebagai makna yang berdimensi vertikal maupun horizontal, dimana makna vertikal adalah makna yang menunjukan hubungan antar manusia dengan Tuhannya, sedangkan makna horisontal adalah makna yang menunjukkan hubungan antara manusia dengan sesamanya atau individu dan individu dengan lingkungan sosialnya, juga hubungan antar individu dengan alam dan lingkungan fisiknya.Yang artinya merupakan salah satu tatanan sosial bermasyarakat sekaligus sebagai bentuk pengharapan dan doa. Bertitik tolak dari penelitian ini, rekomendasi yang diperkirakan dapat menjadi bahan pertimbangan adalah (1) Masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta tetap mempertahankan kebudayaan yang telah diwariskan oleh leluhur dan diharapkan generasi muda dapat melestarikan kebudayaan dalam bentuk riasan pengantin ini.(2) Perlu keterlibatan pelaku budaya atau seperti perias pengantin untuk lebih sering mengadakan workshop tentang makna dan pesan Pada Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta, sebagai bentuk melestarikan budaya dalam bentuk seni rias tersebut. (3) Penelitian ini terbatas pada persoalan pemaknaan dan proses komunikasinya, sementara aspek-aspek keterlibatan pelaku budaya (perias dan pengantin) sejauh mana sampai tingkat partisipasi masyarakat tidak digali oleh peneliti. Ada baiknya penelitian-penelitian selanjutnya melakukan penelitian lanjutan dibidang komunikasi budaya pada Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta.


Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Pendidikan sangat trategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang diperlukan untuk meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh di Indonesia. Indonesia terkenal dengan keanekaragaman suku dan budaya. Satu diantara keanekaragaman tersebut nampak pada tata rias pengantin. Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena pernikahan bukan hanya merupakan peristiwa yang harus ditempuh atau dijalani oleh dua individu yang berlainan jenis kelamin, tetapi lebih jauh pernikahan sesungguhnya proses yang melibatkan beban dan tanggung jawab dari banyak orang, baik itu tanggung jawab keluarga, kaum kerabat bahkan kesaksian dari seluruh masyarakat yang ada dilingkungannya. Untuk itu, pengantin dirias sedemikian rupa supaya berbeda dengan kesehariannya dan disesuaikan dengan kebudayaan Jawa kedudukannya sebagai raja, ratu sehari ,tata rias pengantin yang paling banyak diminat konsumen saat ini adalah tata rias jogja paes ageng. Dengan demikian, diperlukan tata rias khusus dengan aturan yang khusus dan penuh dengan makna serta pesan-pesan , untuk kedua mempelai agar kedepanya dalam kehidupan keduanya mampu menerapkan segala pengharapan yang sudah disampaikan lewat pesan dan makna pada riasan pengantin. Corak Paes Ageng Kebesaran merupakan tata rias pengantin yang memiliki kedudukan tertinggi atau agung. Paes Ageng berasal dari kata Paes yaitu riasan dan Ageng yang berarti besar, jika digabungkan berarti riasan yang besar atau mewah. Tata rias tersebut semula hanya dikenakan oleh putra-putri dalem Sri Sultan pada upacara perkawinan agung dalam keraton Yogyakarta, misalnya dikenakan pada saat upacara panggih pengantin yang dikaitkan dengan pesta resepsi . lalu , sebenarnya apakah memang ada pesan-pesan dan makna yang terkandung dalam sebuah riasan tersebut? Melihat fenomena diatas maka dalam hal ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”MAKNA DAN PESAN RIASAN PENGANTIN PAES AGENG KEBESARAN GAYA YOGYAKARTA”.




B.     Tujuan Observasi
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, tujuan observasi  ini adalah untuk mengetahui makna pesan-pesan yang terkandung pada riasan pengantin Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta.
C.     Tujuan Penulisan Artikel
-          Untuk menjadi bahan informasi bagi pembaca dan dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang lain.
-           Untuk menambah ragam penelitian dalam bidang kebudayaan.
-          Untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Kebudayaan Daerah”
Pembahasan
                    Salah satu bagian dari rangkaian upacara perkawinan adat Jawa adalah riasan pengantin. Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting dalam rangkaian upacara panjang dan rumit, mengapa demikian? Bagaimanapun juga pusat perhatian para tamu dalam upacara pernikahaan adalah sepasang pempelai pengantin. Seluruh rangkaian upacara tidak lepas dari tujuan agar kedua mempelai tampak cantik, anggun, ceria, dan bahagia, selamat serta sejahtera Begitupula pada riasan pengantin Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta. Paes Ageng mempunyai arti dari Paes yaitu riasan dan Ageng yaitu besar atau mewah. Jadi Paes Ageng secara garis besar diartikan sebagai riasan pengantin yang besar dan mewah.
                    Dalam sejarah khazanah kebudayaan Yogyakarta, Paes Ageng dahulu hanya diperuntungkan pada pernikahan putera dan puteri raja Keraton Yogyakarta, karena pada dasarnya Paes Ageng sendiri mempunyai nilai-nilai pesan dan makna yang sangat sakral bagi kedua mempelai pengantin. Baru pada tahun 1940 pada masa pemerintahan Hamengkubuwono IX, Paes Ageng diperbolehkan bagi khalayak umum dengan tujuan agar masyarakat jawa senantiasa melestarikan Paes Ageng dikarenakan pesan dan makna yang terkandung didalamnnya. Dari beragam perlengkapan dan merupakan ciri khas Paes Ageng Yogyakarta, peneliti ingin melihat lebih dalam lagi makna pesan didalamnnya menggungakan teori yang ada serta menuangkan dalam teks yang terpilih sehingga pesan dan makna dapat tersampaikan dengan baik. Pada penelitian ini riasan pengantin berbentuk Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta dimana mempunyai ciri khas yang cukup menonjol pada bagian mata, dan busanannya. Yang tentu saja banyak sekali makna pesan yang terkandung dan jika dapat disampaikan dengan baik,.Pemakaian busana paes ageng sangat rumit, memerlukan ketekunan dan ketelitian yang didalamnya terkandung kesakralan  maupun makna filosofi dalam setiap detail rias wajah, busana, dan asesorinya. Untuk itu segala sesuatu yang berhubungan dengan paes dipercayakan pada seorang juru rias paes pengantin. Baik perias maupun pengantin putri yang dirias wajib berpuasa sebelum menjalankan acara. Tujuan utamanya adalah mengendapkan perasaan untuk membersihkan jiwa dan menguatkan batin agar dapat melaksanakan tugas dengan baik dan terhindar dari malapetaka. Masyarakat Jawa percaya bahwa kebersihan dan kekuatan batin juru rias akan menjadikan pengantin yang diriasnya cantik molek dan bersinar.Sejak zaman raja-raja Mataram, pengantin putri selalu menjadi pusat pandang karena setiap detail yang dipakainya mengandung makna filosofi yang sangat agung dan tidak semua orang mengetahuinya.
A.    Tahap-Tahap Merias Wajah
                    Berikut ini uraian tahap-tahap merias gaya paes ageng beserta sajen sekaligus makna filosofinya
1.      Ratusan
Proses pengasapan bahan ratus yaitu wewangian tradisional pada rambut agar harum
2.      Halup-Halupan (cukur rambut)
Paes Ageng
Pembersihan wajah pengantin dengan cara mencukur rambut halus yang tumbuh di dahi atau memotong rambut menjuntai ke dahi sehingga wajah tampak bersih dan siap untuk dibuat pola wajah
3.      Cengkorongan
Merupakan pembuatan pola wajah paes ageng gaya Yogyakarta. Penentuan bentuk dan pembuatan cengkorong ini dikerjakan dengan pensil dan hasil akhirnya berupa gambar samar-samar / tipis
Cengkorong meliputi :
-         citak pada dahi, yaitu bentuk belah ketupat kecil dari daun sirih pada pangkal hidung di antara dua alis. Ada beberapa versi mengenai makna filosofinya, antara lain bahwa citak sebagai reflesi mata Dewa Syiwa yang merupakan pusat panca indra sehingga menjadi pusat keseluruhan ide. Pendapat lain mengatakan bahwa citak sebagai pemberi watak pada keseluruhan ide paes
-         panunggul, pangapit, panitis, godeg
panunggul dibuat di atas citak, ditengah-tengah dahi, berbentuk meru melambangkan Trimurti (tiga kekuatan dewa yang manunggal). Ditengah-tengah  panunggul diisi hiasan berbentuk capung atau kinjengan, yaitu seekor binatang yang selalu bergerak tanpa lelah dengan harapan agar pengantin selalu ulet dalam menjalani hidup.
Panunggul berasal dari kata tunggal, yaitu terkemuka atau tertinggi, mengandung makna dan harapan agar seorang wanita ditinggikan atau dihormati
Pengapit terletak di kiri kanan panunggul berbentuk seperti meru (gunung) namun langsing
Penitis terletak di antara pengapit dan godheg
Pengapit, panitis, godheg dibuat sebagai keseimbangan wajah, maka  diletakkan simetris dengan panunggul
Alis dibuat berbentuk menjangan ranggah (tanduk rusa). Rusa merupakan symbol kegesitan, dengan demikian kedua pengantin diharapkan dapat bertindak cekatan, trampil, dan ulet dalam menghadapi persoalan rumah tangga
Daerah sekeliling mata dibiarkan tidak terjamah oleh boreh, diberi gambaran yang disebut jahitan. Untuk membentuk mata lebih tajam dan anggun sehingga orang-orang akan mengaguminya.
4.      Kandelan
Setelah cengkorongan selesai dibuat sesuai pola dasar dan tampak pantas (layak), baru kemudian paes wajah diselesaikan dengan menebalkan garis-garis yang samar menjadi paesan dadi (paes jadi)
5.      Dados
Selesai kandelan, dilanjutkan dengan dandos jangkep pengantin (pengantin berdandan lengkap) yang meliputi sanggul pengantin, perhiasan pengantin, kain pengantin, baju pengantin, dan dandosan (berbusana) lain selengkapnya
a.Hiasan Sanggul.
Tata rambut pengantin dibuat seperti bokor tengkurap sehingga dinamakan  bokor mengkurep. Sanggul rambut diisi dengan irisan daun pandan dan ditutup rajut bunga melati. Perpaduan  daun pandan dan bunga melati memancarkan keharuman yang berkesan religius, sehingga pengantin diharapkan dapat membawa nama harum yang berguna bagi masyarakat.
Gelung bokor mengkurep disempurnakan lagi dengan jebehan, yaitu 3 bunga korsase warna merah-kuning-biru (hijau) yang dirangkai menjadi satu dan dipasang di sisi kiri - kanan gelung. Tiga warna bunga itu melambangkan Trimurti (dewa Syiwa-Brahma-Wisnu).
Ditengah sanggul dihias dengan bunga merah disebut ceplok, dan di kiri – kanan ceplok itu disematkan masing-masing satu bros emas permata
Pada bagian bawah agak ke arah kanan sanggul dipasang untaian melati berbentuk belalai gajah sepanjang 40 cm, diberi nama gajah ngoling. Hiasan ini bermakna bahwa pemakainya menunjukkan kesucian/kesakralan baik sebagai putri maupun kesucian niat dalam menjalani hidup yang sakral pula.
b.Asesori Paes Ageng
            Perhiasan yang dipergunakan pengantin putri disebut pula dengan nama raja keputren. Semua terbuat dari emas bertahtakan berlian yang dirancang dengan seni tinggi dan sangat halus. Set  perhiasan  ini berupa :
-   Cunduk Menthul
5 tangkai bunga dipasang di atas  sanggul menghadap belakang, menggambarkan sinar matahari yang berpijar memberi kehidupan, sering juga dikaitkan dengan lima hal yang menjadi dasar kerajaan Mataram Islam ini, seperti yang tercantum dalam Kitab Suci.
-   Pethat/sisir berbentuk gunung
Hiasan berupa sisir terbuat dari emas diletakkan di atas sanggul berbentuk seperti gunun, sebagai simbol kesakralan. Dalam mitologi Hindu, gunung adalah tempat bersemayam nenek moyang dan tempat tinggal para dewa serta pertapa.
-   Kalung Sungsun (kalung terdiri 3 susun)
Melambangkan 3 tingkatan kehidupan manusia dari lahir, menikah, meninggal. Hal ini dihubungkan dengan konsepsi Jawa tentang alam baka, alam antara, dan alam fana
-   Gelang Binggel Kana
Berbentuk melingkar tanpa ujung pangkal yang melambangkan kesetiaan tanpa batas
-   Kelat Bahu (perhiasan pada pangkal lengan)
Berbentuk seekor naga, kepala dan ekornya membelit. Melambangkan bersatunya pola rasa dan pikir yang mendatangkan kekuatan dalam hidup. Dalam mitologi Jawa, Naga merupakan hewan suci yang dipercaya menyangga dunia
 -   Centhung
Perhiasan berupa sisir kecil bertahtakan berlian di letakkan diatas dahi pada sisi kiri dan kanan. Melambangkan bahwa pengantin putri telah siap memasuki pintu gerbang kehidupan rumah tangga
-   Cincin
Menurut beberapa serat yang ditulis sejak jaman Sultan Agung seperti serat Centhini, serat Wara Iswara (Sunan PB IX) ditulis bahwa para putrid tidak diperkenankan memakai cincin di jari tengah. Karena sebagai symbol satu perintah untuk diunggulkan, yaitu milik Tuhan. Cincin di jari manis sebagai symbol untuk senantiasa bertutur kata manis. Cincin di jari kelingking symbol untuk selalu trampil dan giat dalam mengerjakan pekerajaan rumah tangga. Cincin di ibu jari sebagai symbol untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan ikhlas dan terbaik
B.     Busana dalam Paes Ageng terdiri dari
        Adapun nilai budaya/ pendidikan yang dapat dipetik dalam sebuah pakaian adat tersebut adalah menyebabkan seorang pengamat menikmati atau memperoleh kepuasan dari ciri indrawi yang disajikan oleh suatu karya seni, menyebabkan seseorang menghargai atau mengagumi bentuk besar (struktur) dan bentuk kecil (tekstur) dalam karya seni , dan menyebabkan seseorang menyadari kenyataan, pengalaman pribadi, dan perasaannya






PENUTUP
                                                      KESIMPULAN
C.     Salah satu bagian dari rangkaian upacara perkawinan adat Jawa adalah riasan pengantin. Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting dalam rangkaian upacara panjang dan rumit, mengapa demikian? Bagaimanapun juga pusat perhatian para tamu dalam upacara pernikahaan adalah sepasang pempelai pengantin. Seluruh rangkaian upacara tidak lepas dari tujuan agar kedua mempelai tampak cantik, anggun, ceria, dan bahagia, selamat serta sejahtera Begitupula pada riasan pengantin Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta. Paes Ageng mempunyai arti dari Paes yaitu riasan dan Ageng yaitu besar atau mewah. Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta adalah sebuah riasan adat tradisional dari provinsi Yogyakarta yang dipakai oleh sepasang pengantin. Konon katanya, Paes Ageng Kebesaran Gaya Yogyakarta bukan sembarang riasan, ia memiliki makna dan pesan yang sangat mendalam dan sakral. Bahkan perias paes ageng harus melakukan puasa sebelum melakukan tugasnya. . Masyarakat Jawa percaya bahwa kebersihan dan kekuatan batin juru rias akan menjadikan pengantin yang diriasnya cantik molek dan bersinar.Sejak zaman raja-raja Mataram, pengantin putri selalu menjadi pusat pandang karena setiap detail yang dipakainya mengandung makna filosofi yang sangat agung dan tidak semua orang mengetahuinya. Tahap-tahap merias wajah dan busana dalam Paes Ageng memiliki makna dalam setiap prosesnya. Adapun nilai budaya/ pendidikan yang dapat dipetik dalam sebuah pakaian adat tersebut adalah menyebabkan seorang pengamat menikmati atau memperoleh kepuasan dari ciri indrawi yang disajikan oleh suatu karya seni, menyebabkan seseorang menghargai atau mengagumi bentuk besar (struktur) dan bentuk kecil (tekstur) dalam karya seni , dan menyebabkan seseorang menyadari kenyataan, pengalaman pribadi, dan perasaannya
D.    Saran
Adapun saran yang ingin penyusun sampaikan kepada pembaca adalah agar makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai “ Baju Adat Paes Ageng Gaya Yogyakarta”. Selain itu , diharapkan juga agar dapat para pembaca dapat mengenal atau mengetahui kebudayaan yang ada di Indonesia. Sehingga , kita dapat bersama- sama melestarikan budaya Indonesia yang ada.
REFERENSI
Hasil dari wawancara dengan pengantin dan tukang rias pengantin
Vony F.S Hartini Hippj,  Sulistiami. 2017. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN LANGSUNG MEMBUAT PAES PROPOSIONAL PADA PENGANTIN INDONESIA JOGJA. 69(2):22-23

















LAMPIRAN

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRADISI NYADRAN DI MAKAM SEWU DIWIJIRWJO PANDAK BANTUL

Oleh : Febriana SiskaWati (2017015260) Febrianasiska123@gmail.com Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ABSTRAK Tulisan ini m...