Sabtu, 25 Mei 2019

TRADISI JODANGAN DI DUSUN SRUNGGO SELOPAMIORO IMOGIRI


Arma Rohmawan
2017015026/6B
Abstract
Tradisi merupakan suatu bentuk upacara tradisonal yang dilakukan oleh masyarakat dan upacara ini mempunyai makna yaitu sebagai kesanggupan untuk kewajiban melestarikan warisan dari nenek moyang. Salah satu dari budaya dan tradisi yang masih dilestarikan di daerah Imogiri bantul hingga saat ini yakni Tradisi Jodangan. Tradisi Jodangan merupakan tradisi atau budaya membawa makanan dengan tandu dan biasanya diiringi oleh beberapa kesenian seperti gejog lesung, shalawatan, dan jathilan. dilaksanakan di pelataran Goa Cerme di perbukitan Imogiri yang terletak di Dusun Srunggo Selopamioro Imogiri Bantul. Tradisi Jodangan dilaksanakan Minggu Pahing di bulan Besar (Dzulhijjah) menurut kalender Islam Jawa. Di dalam jodang tersebut berisi masi beserta lauk pauk untuk kenduri yang di bungkus menggunakan sarang, sedangkan sayur mayur, buah-buahan serta padi yang sudah menguning untuk menghias Jodang. Seluruh isi jodang itu melambangkankemakmuran di Dusun Srunggo, Mereka bersyukur atas limpahan rahmat, berkat dan rezeki. Mereka juga berdoa dan memohon agar di tahun-tahun yang akan datang tetap mendapatkan limpahan rezeki, kemakmuran, sehat, berkat dan rahmat Tuhan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tradisi adalah kebiasaan, suatu aktivitas turun temurun dari leluhur kita, yang biasanya dilakukan warga masyarakat dengan melakukan semacam ritual. Sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini suatu tradisi akan punah. Tradisi juga berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini.
Luar biasa keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya ada sistem religi maupun sistem kepercayaan yang hidup dan dihayati oleh masyarakat di setiap suku bangsa. Khususnya di pulau Jawa yang masih melestarikan budaya dan tradisinya, Masyarakat Jawa memiliki kebudayaan yang beragam, hal ini dikarenakan oleh kondisi sosial budaya masyarakat antara yang satu dengan yang lainnya berbeda. Kebudayaan adalah cara berfikir dan cara manusia untuk menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan kelompok yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu, Kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia dan memiliki keunikan tersendiri, Dan salah satunya tradisi Jodangan yang sampai saat ini masih di lestarikan yang berada di Dusun Srunggo Selopamioro Imogiri Bantul, dan tepatnya di daerah Goa Cerme yang berada di pegunungan pantai selatan, tidak jauh dari makam raja-raja di imogiri. Tradisi Jodangan dilaksanakan Minggu Pahing di bulan Besar (Dzulhijjah). Tradisi Jodangan dilaksanakan di pelataran Goa Cerme. Goa Cerme berada di perbatasan antara Bantul dengan Gunung Kidul. Gua Cerme dulunya digunakan oleh para Wali sanga untuk menyebarkan agama Islam di Jawa.Konon, Goa Cerme yang menemukan adalah Wali Sanga. Sehingga tempat tersebut dijadikan tempat untuk peristirahatan, tempat musyawarah, dan tempat beribadah beliau. Oleh karena itu, Goa Cerme sampai saat ini tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Dusun Srunggo.

Tujuan Penulisan Artikel
1.      Untuk mengetahui latar belakang Tradisi Jodangan
2.      Untuk mengetahui proses pelaksanaan dan simbol-simbol dalam Tradisi Jodangan
3.      Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Jodangan

PEMBAHASAN
            Tradisi jodangan adalah sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keutuhan dan kesatuan Dusun Srunggo. Tradisi Jodangan ini tradisi yang dilaksanakan secata turun-temurun yang di warisi oleh nenek moyang, untuk kenyamanan,ketentraman Dusun Srunggo agar terhindar dari berbagai ancaman bencana alam seperti tanah longsor, gunung meletus, sunami, dan bencana lainya yang mengancam Dusun Srunggo. Supaya diberikan hasil panen yang melimpah bagi petani di Dusun Srunggo, karena sebagian besar di sana berperofesi sebagai petani. Ada macam-macam hasil dari petani semisal, padi, sayur sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan lainya. Selanjutnya sebagai kebersihan Dusun Srunggo.  Dusun Srunggo ini melaksanakan Tradisi Jodangan ini setiap setahun sekali tepatnya pada Minggu Pahing  Bulan Dzulhijjah atau Bulan Haji, dan apabila di bulan tersebut tidak ada  hari Minggu Pahing, maka dilaksanakan nubdur di bulan berikutnya  Bulan Suro. Awal dari Tradisi Jodangan adalah Merti Dusun. Dengan yaman semakin berkembang ini maka Merti Dusun ini menjadi Tradisi Jodangan yang dikemas oleh Dinas Pariwisata dan di sepakati oleh Dusun Srunggo pada tahun 1997.
            Pelaksanaan Tradisi Jodangan, dalam pelaksanaan Tradisi Jodangan tersebut acara yang sangat di tunggu-tunggu masyarakat Dusun Srunggo maupun dari luar daerah adalah acara puncak karena diyakini akan mendapatkan berkah. Yang hadir dalam pelaksanakan itu tak hanya dari Dusun Srunggo saja melainkan dari dusun lainya bahkan dari daerah lain. Yang hadirpun dari berbagai usia mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan orang tua, dari semua kalangan usia hadir memeriahkan acara tersebut yang puncaknya di Pelataran/halaman Goa Cerme. Dalam pelaksanaan  Tradisi Jodangan ini, warga Dusun Srunggo setiap kepala keluarga membuat sedekahan dua sarang/besek entah maupu kaya maupun kurang mampu sama tidak di beda-bedakan. Namun apabila jika ada yang akan membuat lebih dari yang di wajibkan diperbolehkan, itupun bukan dari bagian Tradisi jodangan melainkan dari suka rela atau keikhlasan warga Dusun Srunggodan dari warga Dusun srunggo itu di bagi-bagi untuk membuat gunungan hasil dari panen raya, dan di bentuk seperti rumah/gunungan yang di sebut jodang. Lalu mereka mengaraknya bersama warga masyarakat Dusun Srunggo menuju pelataran/halaman di Goa Cerme. Mereka di sana
melaksanakan doa-doa bersama, dan ada berbagai pentas seni seperti jatilan, gejluk lesung. Sholawatan, dan lainya masih banyak. Dari acara jatilan, gejluk lesung, sholawtan itu semuanya hasil karya dari Dusun Srunggo.

            Suasana pada saat prosesi iring-iringan dari Desa Srunggo menuju Goa Cerme, uniknya pada saat irin-iringan itu tidak jalan kaki, melainkan menggunakan mobil box terbuka, itu di karenakan Dusun Srunggo itu di atas pegunungan dan menuju Goa Cerme yang berada di atas Dusun Srunggo. Semisal mereka berjalan kaki tidak kuat menopang berat itu menuju Goa Cerme




Suasana saat penyambutan Tradisi Jodangan yang menampilkan berbagai kesenian ada jatilan, sholawatan, dan lain sebagainya yang ada di Dusun Srunggo

            Suasana saat berada di pelataran Goa Cerme, mereka berdoa bersama mengirim doa kepada leluhur yang sudah mendauli, mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melipahkan Rahmatnya.




            Suasana Tradisi Jodangan di saat berebut yang berada di jodang berbagai macam sayuran buah-buahan, supaya mendapatkan berkah atau barokah



            dalam pelaksanaan Tradisi Jodangan terdapat simbol-simbol yang diyakini oleh masyarakat Dusun Srunggo memiliki makna dan arti tertentu. Simbol dalam Tradisi Jodangan seperti Sega gurih/ Sega Wuduk mempunyai makna atau simbol yaitu untuk mengenang Rasulullah dan pemimpin atau panutan umat Islam. Sega liwet/sega jawa maknanya untuk menambah berkah bagi masyarakat Dusun Srunggo. tumpeng yang mempunyai makna atau lambang untuk selalu mengingat Allah SWT. Tukon Pasar/Jajan Pasar seperti pisang Raja yang melambangkan jari tangan yang sedang berdoa dan buah-buahan serta sayuran merupakan isi dari doa tersebut.  Ingkung ayam melambangkan sikap pasrah dan penyerahan diri secara utuh kepada Allah SWT. Dan Sega Golong yang mempunyai makna atau simbol yaitu supaya orang tersebut mempunyai tekad yang bulat, maka cita-citanya akan tercapai dan supaya bersatu padu walau beda agama dan pendapat
           
Tradisi Jodangan ini merupakan upacara tradisional yang mengandung makna bagi masyarakat Dusun Srunggo dan sekitar yang mencakup berbagai nilai-nilai diantaranya nilai ekonomi, nilai sosial-budaya, dan nilai keagamaan.Dalam tradisi ini juga mencakup berbagai faktor dilestarikannya tradisi Jodangan tersebut sebagai wujud penghormatan kepada para leluhurnya, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, dan mempererat tali slaturahmi. Faktor lain yang menyebabkan tradisi Jodangan ini tetap dilestarikan dan dipertahankan karena sebagai aset yang membuka peluang perekonomian bagi masyarakat Dusun Srunggo dengan adanya usaha parkir, dan berjualan makanan dan lain-lain. Selain itu, pelaksanaan Tradisi Jodangan diadakan di Pelataran Goa Cerme, maka Goa Cerme akan semakin dikenali oleh banyak orang dan membantu menambah aset wisata yang semakin terkenal


PENUTUP
Kesimpulan
            Dari artikel tentang Tradisi Jodangan di Dusu Srunggo Selopamioro Imogiri Bantul dapat di simpulkan, Tradisi Jodangan adalah Tradisi turun temurun yang di wariskan oleh nenek moyang, Tradisi Jodangan sebagi ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rizki yang di berikanya, seta untuk melestarikan budaya, dan untuk mendoakan arwah leluhur yang sudah meninggal. Yang di laksanakan pada setiap tahun sekali pada tepatnya  hari Minggu Pahing di Bulan Dzulhijah, apabila di bulan itu tidak ada Minggu pahing maka di undur pada Bulan Suro. Dan awalnya Tradisi Jodangan ini adalah merti dusun, dengan perkembangan zaman maka di ubah menjadi Tradisi Jodangan. Yang di laksanakan di pelataran Goa Cerme Dusun Srunggo Selopamioro Imogiri Bantul. Dalam pelaksanaan Tradisi Jodangan ini sangat meriah yang di ikuti tak hanya dari warga Dusun Srunggo saja, melainkan dari berbagai wilayah turut serta memeriahkan acara itu.  Acara di mulai dari Dusun Srunggo menuju pelataran Goa Cerme yang di sanasudah di sambut dengan berbagai kesenian dari Dusun Srunggo, lalu di lanjutkan untuk doa bersama dan di acara terakhir berebut yang ada di jodang dan gunungan yang berisi berbagai macam hasil kebun masyarakat Dusun Srunggo. Tradisi Jodangan ini mengandung makna bagi masyarakat sekitar yang mencakup beberpa nilai-nilai, diantaranya nilai ekonomi, nilai sosial-budaya, dan nilai keagamaan. Tradisi Jodangan ini tak hanya untuk sebagai wujud penghormata para leluhur, namun juga sebagai mempererat silaturahmi. Tradisi ini tetap di lestarikan dan di pertahankan, karena sebagai aset yang membuka peluang ekonomi bagi masyarakat Dusun Srunggo, dan untuk di kenalkanya obyek wisata Goa Cerme kepada semua orang.

Sumber/referensi
-Sarjana Ama.Pd selaku tokoh masyarakat Dusun Srunggo
- Sulaiman, Munandar, Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar, Bandung: PT ERESCO, 1993.
           

LAMPIRAN
Dokumentasi saat observasi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRADISI NYADRAN DI MAKAM SEWU DIWIJIRWJO PANDAK BANTUL

Oleh : Febriana SiskaWati (2017015260) Febrianasiska123@gmail.com Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ABSTRAK Tulisan ini m...