Arma Rohmawan
2017015026/6B
Abstract
Tradisi
merupakan suatu bentuk upacara tradisonal yang dilakukan oleh masyarakat dan
upacara ini mempunyai makna yaitu sebagai kesanggupan untuk kewajiban
melestarikan warisan dari nenek moyang. Salah satu dari budaya dan tradisi yang
masih dilestarikan di daerah Imogiri bantul hingga saat ini yakni Tradisi
Jodangan. Tradisi Jodangan merupakan tradisi atau budaya membawa makanan dengan
tandu dan biasanya diiringi oleh beberapa kesenian seperti gejog lesung,
shalawatan, dan jathilan. dilaksanakan di pelataran Goa Cerme di perbukitan
Imogiri yang terletak di Dusun Srunggo Selopamioro Imogiri Bantul. Tradisi
Jodangan dilaksanakan Minggu Pahing di bulan Besar (Dzulhijjah) menurut
kalender Islam Jawa. Di dalam jodang tersebut berisi masi beserta lauk pauk
untuk kenduri yang di bungkus menggunakan sarang, sedangkan sayur mayur,
buah-buahan serta padi yang sudah menguning untuk menghias Jodang. Seluruh isi
jodang itu melambangkankemakmuran di Dusun Srunggo, Mereka bersyukur atas
limpahan rahmat, berkat dan rezeki. Mereka juga berdoa dan memohon agar di
tahun-tahun yang akan datang tetap mendapatkan limpahan rezeki, kemakmuran,
sehat, berkat dan rahmat Tuhan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tradisi adalah kebiasaan, suatu aktivitas turun temurun dari leluhur kita,
yang biasanya dilakukan warga masyarakat dengan melakukan semacam ritual.
Sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat, informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini suatu tradisi akan punah.
Tradisi juga berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa
lalu ke masa kini.
Luar biasa keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia, termasuk
di dalamnya ada sistem religi maupun sistem kepercayaan yang hidup dan dihayati
oleh masyarakat di setiap suku bangsa. Khususnya di pulau Jawa yang masih
melestarikan budaya dan tradisinya, Masyarakat Jawa memiliki kebudayaan yang
beragam, hal ini dikarenakan oleh kondisi sosial budaya masyarakat antara yang
satu dengan yang lainnya berbeda. Kebudayaan adalah cara berfikir dan cara
manusia untuk menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan kelompok yang
membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu, Kebudayaan Jawa
merupakan salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia dan memiliki keunikan
tersendiri, Dan salah satunya tradisi Jodangan yang sampai saat ini masih di
lestarikan yang berada di Dusun Srunggo Selopamioro Imogiri Bantul, dan
tepatnya di daerah Goa Cerme yang berada di pegunungan pantai selatan, tidak
jauh dari makam raja-raja di imogiri. Tradisi Jodangan dilaksanakan Minggu
Pahing di bulan Besar (Dzulhijjah). Tradisi Jodangan dilaksanakan di pelataran
Goa Cerme. Goa Cerme berada di perbatasan antara Bantul dengan Gunung Kidul.
Gua Cerme dulunya digunakan oleh para Wali sanga untuk menyebarkan agama Islam
di Jawa.Konon, Goa Cerme yang menemukan adalah Wali Sanga. Sehingga tempat
tersebut dijadikan tempat untuk peristirahatan, tempat musyawarah, dan tempat
beribadah beliau. Oleh karena itu, Goa Cerme sampai saat ini tetap dijaga dan
dilestarikan oleh masyarakat Dusun Srunggo.
Tujuan Penulisan
Artikel
1.
Untuk
mengetahui latar belakang Tradisi Jodangan
2.
Untuk
mengetahui proses pelaksanaan dan simbol-simbol dalam Tradisi Jodangan
3.
Mengetahui
nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Jodangan
PEMBAHASAN
Tradisi jodangan adalah sebagai
ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keutuhan dan kesatuan Dusun
Srunggo. Tradisi Jodangan ini tradisi yang dilaksanakan secata turun-temurun
yang di warisi oleh nenek moyang, untuk kenyamanan,ketentraman Dusun Srunggo
agar terhindar dari berbagai ancaman bencana alam seperti tanah longsor, gunung
meletus, sunami, dan bencana lainya yang mengancam Dusun Srunggo. Supaya diberikan
hasil panen yang melimpah bagi petani di Dusun Srunggo, karena sebagian besar
di sana berperofesi sebagai petani. Ada macam-macam hasil dari petani semisal,
padi, sayur sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan lainya. Selanjutnya
sebagai kebersihan Dusun Srunggo. Dusun
Srunggo ini melaksanakan Tradisi Jodangan ini setiap setahun sekali tepatnya
pada Minggu Pahing Bulan Dzulhijjah atau
Bulan Haji, dan apabila di bulan tersebut tidak ada hari Minggu Pahing, maka dilaksanakan nubdur
di bulan berikutnya Bulan Suro. Awal
dari Tradisi Jodangan adalah Merti Dusun. Dengan yaman semakin berkembang ini
maka Merti Dusun ini menjadi Tradisi Jodangan yang dikemas oleh Dinas
Pariwisata dan di sepakati oleh Dusun Srunggo pada tahun 1997.
Pelaksanaan Tradisi Jodangan, dalam
pelaksanaan Tradisi Jodangan tersebut acara yang sangat di tunggu-tunggu
masyarakat Dusun Srunggo maupun dari luar daerah adalah acara puncak karena
diyakini akan mendapatkan berkah. Yang hadir dalam pelaksanakan itu tak hanya
dari Dusun Srunggo saja melainkan dari dusun lainya bahkan dari daerah lain.
Yang hadirpun dari berbagai usia mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa,
bahkan orang tua, dari semua kalangan usia hadir memeriahkan acara tersebut
yang puncaknya di Pelataran/halaman Goa Cerme. Dalam pelaksanaan Tradisi Jodangan ini, warga Dusun Srunggo
setiap kepala keluarga membuat sedekahan dua sarang/besek entah maupu kaya
maupun kurang mampu sama tidak di beda-bedakan. Namun apabila jika ada yang
akan membuat lebih dari yang di wajibkan diperbolehkan, itupun bukan dari
bagian Tradisi jodangan melainkan dari suka rela atau keikhlasan warga Dusun
Srunggodan dari warga Dusun srunggo itu di bagi-bagi untuk membuat gunungan hasil
dari panen raya, dan di bentuk seperti rumah/gunungan yang di sebut jodang.
Lalu mereka mengaraknya bersama warga masyarakat Dusun Srunggo menuju
pelataran/halaman di Goa Cerme. Mereka di sana
melaksanakan
doa-doa bersama, dan ada berbagai pentas seni seperti jatilan, gejluk lesung.
Sholawatan, dan lainya masih banyak. Dari acara jatilan, gejluk lesung,
sholawtan itu semuanya hasil karya dari Dusun Srunggo.
Suasana pada saat prosesi
iring-iringan dari Desa Srunggo menuju Goa Cerme, uniknya pada saat irin-iringan
itu tidak jalan kaki, melainkan menggunakan mobil box terbuka, itu di karenakan
Dusun Srunggo itu di atas pegunungan dan menuju Goa Cerme yang berada di atas
Dusun Srunggo. Semisal mereka berjalan kaki tidak kuat menopang berat itu
menuju Goa Cerme

Suasana saat penyambutan Tradisi Jodangan yang menampilkan berbagai
kesenian ada jatilan, sholawatan, dan lain sebagainya yang ada di Dusun Srunggo

Suasana saat berada di pelataran Goa Cerme, mereka berdoa
bersama mengirim doa kepada leluhur yang sudah mendauli, mengucapkan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melipahkan Rahmatnya.


Suasana Tradisi Jodangan di saat berebut yang berada di
jodang berbagai macam sayuran buah-buahan, supaya mendapatkan berkah atau
barokah

dalam pelaksanaan Tradisi Jodangan terdapat simbol-simbol
yang diyakini oleh masyarakat Dusun Srunggo memiliki makna dan arti tertentu.
Simbol dalam Tradisi Jodangan seperti Sega gurih/ Sega Wuduk mempunyai makna
atau simbol yaitu untuk mengenang Rasulullah dan pemimpin atau panutan umat
Islam. Sega liwet/sega jawa maknanya untuk menambah berkah bagi masyarakat
Dusun Srunggo. tumpeng yang mempunyai makna atau lambang untuk selalu mengingat
Allah SWT. Tukon Pasar/Jajan Pasar seperti pisang Raja yang melambangkan jari
tangan yang sedang berdoa dan buah-buahan serta sayuran merupakan isi dari doa
tersebut. Ingkung ayam melambangkan
sikap pasrah dan penyerahan diri secara utuh kepada Allah SWT. Dan Sega Golong
yang mempunyai makna atau simbol yaitu supaya orang tersebut mempunyai tekad
yang bulat, maka cita-citanya akan tercapai dan supaya bersatu padu walau beda
agama dan pendapat
Tradisi Jodangan ini merupakan upacara tradisional yang mengandung makna
bagi masyarakat Dusun Srunggo dan sekitar yang mencakup berbagai nilai-nilai
diantaranya nilai ekonomi, nilai sosial-budaya, dan nilai keagamaan.Dalam
tradisi ini juga mencakup berbagai faktor dilestarikannya tradisi Jodangan
tersebut sebagai wujud penghormatan kepada para leluhurnya, sebagai ungkapan
rasa syukur kepada Allah SWT, dan mempererat tali slaturahmi. Faktor lain yang
menyebabkan tradisi Jodangan ini tetap dilestarikan dan dipertahankan karena
sebagai aset yang membuka peluang perekonomian bagi masyarakat Dusun Srunggo
dengan adanya usaha parkir, dan berjualan makanan dan lain-lain. Selain itu,
pelaksanaan Tradisi Jodangan diadakan di Pelataran Goa Cerme, maka Goa Cerme akan
semakin dikenali oleh banyak orang dan membantu menambah aset wisata yang
semakin terkenal
PENUTUP
Kesimpulan
Dari artikel tentang Tradisi
Jodangan di Dusu Srunggo Selopamioro Imogiri Bantul dapat di simpulkan, Tradisi
Jodangan adalah Tradisi turun temurun yang di wariskan oleh nenek moyang,
Tradisi Jodangan sebagi ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rizki yang di berikanya, seta untuk melestarikan budaya, dan untuk
mendoakan arwah leluhur yang sudah meninggal. Yang di laksanakan pada setiap
tahun sekali pada tepatnya hari Minggu
Pahing di Bulan Dzulhijah, apabila di bulan itu tidak ada Minggu pahing maka di
undur pada Bulan Suro. Dan awalnya Tradisi Jodangan ini adalah merti dusun,
dengan perkembangan zaman maka di ubah menjadi Tradisi Jodangan. Yang di
laksanakan di pelataran Goa Cerme Dusun Srunggo Selopamioro Imogiri Bantul. Dalam
pelaksanaan Tradisi Jodangan ini sangat meriah yang di ikuti tak hanya dari
warga Dusun Srunggo saja, melainkan dari berbagai wilayah turut serta
memeriahkan acara itu. Acara di mulai
dari Dusun Srunggo menuju pelataran Goa Cerme yang di sanasudah di sambut dengan
berbagai kesenian dari Dusun Srunggo, lalu di lanjutkan untuk doa bersama dan
di acara terakhir berebut yang ada di jodang dan gunungan yang berisi berbagai
macam hasil kebun masyarakat Dusun Srunggo. Tradisi Jodangan ini mengandung
makna bagi masyarakat sekitar yang mencakup beberpa nilai-nilai, diantaranya
nilai ekonomi, nilai sosial-budaya, dan nilai keagamaan. Tradisi Jodangan ini
tak hanya untuk sebagai wujud penghormata para leluhur, namun juga sebagai
mempererat silaturahmi. Tradisi ini tetap di lestarikan dan di pertahankan,
karena sebagai aset yang membuka peluang ekonomi bagi masyarakat Dusun Srunggo,
dan untuk di kenalkanya obyek wisata Goa Cerme kepada semua orang.
Sumber/referensi
-Sarjana
Ama.Pd selaku tokoh masyarakat Dusun Srunggo
-
Sulaiman, Munandar,
Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar, Bandung: PT ERESCO, 1993.
LAMPIRAN
Dokumentasi saat observasi




Tidak ada komentar:
Posting Komentar