Disusun oleh :
Yan ari kriswidianto (2016015085)
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara
yang memepunyai banyak suku bangsa. Dengan banyak suku bangsa tersebut, maka
banyak pula tradisi yang ada di indonesia ini. Namuan karena berkembangnya
zaman banyak tradisi-tradisi yang sudah mulai ditinggalakan masyarakatanya.
Salah satunya yaitu tradisi selapanan yang ada pada masyrakat jawa yang masih
dilakukan dengan lebih sederhana. Meskipun selapan merupakan salah satu tradisi
berbau hal-hal tidak logis dan bersifat kejawen namun tradisi selapan ini masih
tetap dilakukan oleh masyarakat jawa.
Masyarakat
jawa merupakan salah satu masyarakat yang menjunjung nilai-nilai tradis dari
nenek moyang. Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat jawa biasanya memeilik
tujuan yang akan dicapai. Masyarakat jawa masih percaya dengan adanya arti-arti
tertentu dalam hari. Dalam melakukan hari biasanya masyarakat jawa memiliki
hitunga sendiri yaitu berkaitan dengan hari pasaran. Hari pasaran yaitu lima
hari yang ada dalam penggalan jawa seprti, legi, kliwon, pahing, pon, wage.
Setiap
hari neton dipercaya memiliki nilai
dan karakteristik berbeda-beda, dan dioercaya berpengaruh terhadap nasib,
sifat, serta karakterristik pada seseorang. Oleh karena itu, hari neton juga akan penting untuk
mengadakan penghitunga dimasa yang akan datang, misalanya seperti ada
penghitungan untuk menetukan tanggal pernikahan. Masyarakat jawa percya bahwa
penghitungan hari atau pun penghitungan
neton itu adalah suatu peristiwa kehidupan yang telah ditentukan oleh
Tuhan.
Pembahasan
Tradisi selapan merupakan salah satu
tradisi peringatan kelahiran bayi yang dilakukan secara turu temurun oleh
masyarakat khususnya di jawa. Tradisi selapan tidak dilakukan secara
sembarangan. Tradisi ini dihitung berdasarkan perhitungan hari weton yang
berasal dari penanggalan jawa yaitu pon, wage, kliwon, legi, pahing.
Tradisi
Selapanan dilaksanakan pada hari ke 35 sesuai bayi lahir dan sesuai dengan hari
pasaran kelahiran bayi. Contohnya ketika ada bayi yang lahir pada hari selasa
legi, maka selapannya jatuh pada hari selasa legi juga. Tradisi selapanan
merupak bentuk rasa syukur yang diberikan Tuhan Yang Maha Esaatas keselamatan
bayi juga ibunya.
Pada
acara selapanan ini biasanya tuan rumah akan mengundang para tetangga sekitar
untuk menghadiri kenduri, kemudian membaca tahlil dan doa bersma serta diakhiri
dengan nasi dibagi setelah acara selesai untuk dibawa pulang. Pada masyarakat
jawa sekarang bisanya mereka tidak mau repot dalam selapanan biasanya juga
hanya sederhana seperti hanya mengundang keluarga terdekat dsn tetangga
disekitar rumah, dan anter-anter nasi ataupun melaksanakan kenduri. Biasanya
sebagian besar masyarakat memilih menggabungkan acara Selapanan dengan cara
aqiqahan. Hidanaga disediakan sesuai dengan keadaan dan juga keyakinan dari
orang tua bayi. Acara yang dilakukan pada tradisi selapanan yaitu :
1.
Pembukaan, biasanya
dilakuakan dengan membaca surat AL-Fatihah
2.
Pembacaan kalam ilahi,
dengan tujuan untuk mendoakna bayi tersebut
3.
Pembacaan sholawat
nabi, dengan tujuan untuk rasa syukur yang telah diberikan atas keselamtan ibu
dan bayi
4.
Makan bersama, tamu
undanga memakan yang telah disajikan oleh tuan rumah apa bila dibarengi dengan
acara aqiqah maka orang tua wajib memeberikan hidangan gading kambing.
Dalam selapanan biasanya ada beberapa
tuan rumah yang mengadakan acara bancakan. Di dalam acara bancakan tersebut
terdapat syarat-syarat perlengkapan dalam selapanan yaitu : nasi, gudagan/
urap, telur rebus, ayam goreng, oseng tempe, pisang, dan kerupuk sebagai ucapan
syukur atas kelahiran bayinya.
Penutup
Tradis yang masih
dilakukan oleh masyarakat tidak bisa terlepas dari hal-hal yang berada pada
diluar nalar, misalnya seperti masyarakat jawa yang prcaya dengan adanya
penghitungan hari dengan tanggalan jawa.
Sumber
Observasi
/ pengamatan lagsung saat acara selapanan pada bulan april tahun 2019. Dengan
narasumber Mbah Rukidi sebagai orantua dari ibu si bayi.
Lampiran Observasi



Tidak ada komentar:
Posting Komentar