Sabtu, 25 Mei 2019

PESTA UPACARA LABUHAN AGENG MERAPI YOGYAKARTA MERUPAKAN SUATU TRADISI


Oleh    : Intan Ramadana (2017015031/6A)


Abstrak
            Labuhan Merapi merupakan upacara tahunan yang dilaksanakan keraton ngayogyakarta dengan waktu pelaksanaan selama dua hari. Labuhan Merapi diadakan dalam rangka memperingati Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X, sekaligus bentuk rasa syukur dan doa bagi keselamatan raja keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Labuhan merapi dilakukan dengan tujuan memohon perlindungan dan keselamatan untuk warga lereng merapi serta masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Upacara labuhan ini dimaknai sebagai sebuah persembahan doa kepada Tuhan yang Maha Esa juga tanda penghormatan bagi leluhur kraton Ngayogyakarto Hdiningrat. Nilai-nilai kearifan lokal yang dapat dipetik dari upacara adat labuhan merapi adalah merupakan salah satu wujud nyata sinergi antara alam, manusia dan tumbuhan dalam suatu kerjasama dengan tujuan saling menjaga keselamatan. upacara adat labuhan merapi ini juga mengajarkan kepada kita betapa pentingnya toleransi, tolong menolong,tidak membeda-mbedakan derajat manusia, saling berkorban dan kegotong royongan.
Kata Kunci : Upacara Labuhan Merapi, Yogyakarta

PENDAHULUAN

Upacara ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan tiap tahun oleh warga masyarakat Yogyakarta di lereng Gunung Merapi. Labuhan merapi ialah salah satu upacara adat yang disakralkan masyarakat Yogyakarta dan sekitar gunung merapi. Kesakralan upacara terletak pada pranata keraton karena tidak boleh dilakukan secara serampangan. Hanya boleh dilakukan orang tertentu. Semua harus dilakukan secara khusus. Labuhan Merapi ini merupakan kegiatan rutin tahunan setiap 30 Rajab (kalender jawa) dalam rangka memperingati Jumeneng Dalem atau naik tahta Sri Sultan Hamengku Buwono X
 Labuhan merupakan bentuk ucapan terimakasih atas keselamatan dan keberkahan dalam hidup dari Tuhan yang Maha Esa. Labuhan merapi dilakukan dengan tujuan memohon perlindungan dan keselamatan untuk warga lereng merapi serta masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Masyarakat sangat meyakini sekali dengan melakukannya Upacara Labuhan secara tradsional akan terbina keselamatan, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat serta negara.
Harapannya para kaula muda bisa tahu tentang budaya, dan bisa mempelajari tentang budaya. Semoga budaya ini bisa berkembang dengan baik, sehingga masyarakat itu paham tentang budaya, dan diharapkan dengan artikel ini dapat membuka wawasan khususnya bagi masyarakat bangsa Indonesia pada umumnya terhadap budaya-budaya lokal, sehingga dapat lebih mencintai dan mengerti akan pentingnya budaya-budaya lokal di Indonesia khususnya Adat Labuhan Merapi di Yogyakarta.

PEMBAHASAN

Pesta Labuhan yaitu merupakan Upacara Adat Tradisional Yogyakarta yang telah dilakukan sejak zaman Kerajaan Mataram Islam pada abad ke XIII sampai sekarang di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Labuhan Merapi ini merupakan kegiatan rutin tahunan setiap 30 Rajab (kalender jawa) dalam rangka memperingati Jumeneng Dalem atau naik tahta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Labuhan merapi dilakukan dengan tujuan memohon perlindungan dan keselamatan untuk warga lereng merapi serta masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Jadi masyarakat sangat meyakini sekali dengan melakukannya Upacara Labuhan secara tradsional akan terbina keselamatan, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat serta negara.
Upacara Labuhan ini bersifat religius yang hanya dilaksanakan atas titah raja sebagai kepal kerajaan. dan menurut tradisi Kraton Kesultanan Yogyakarta, Upacara  Labuhan dilakukan secara resmi dalam rangka peristiwa-peristiwa seperti Penobatan Sultan, Tinggalan Panjenengan (Ulang Tahun penobatan Sultan) dan peringatan hari “Windo” hari ulang tahun penobatan Sultan “windon” berarti setiap delapan tahun.
Upacara Labuhan biasanya dilaksanakan pada empat tempat yang berjauhan letaknya. Masing-masing tempat itu mempunyai latar belakang sejarah tersendiri sehingga pada masing-masing tempat tersebut perlu dan layak dilakukan upacara labuhan. Keempat tempat tersebut adalah Dlepih yang berada di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Tempat yang kedua adalah Parangtritis di sebelah selatan Yogyakarta, yang ketiga adalah Puncak Gunung Lawu, dan yang keempat Adalah di puncak Gunung Merapi. Alasan pemilihan keempat itu karena pertimbangan historis. Dulunya, raja-raja Mataram, terutama penembahan Senopati bertapa dan terkoneksi dengan “roh halus” di sana. Lalu, muncul kepercayaan setiap raja yang berkuasa berkewajiban merawat relasi tersebut lewat sesaji. Anggapan yang berkembang “roh-roh” tersebut berperan dalam pendirian kerajaan Mataram, semisal Ratu Kidul yang berkuasa di laut selatan atau Nyai Widononggo di dlepih, Wonogiri dan sebagainya.
Tidak mengherankan jika upacara tradisional langka ini menjadi daya Tarik wisatawan untuk menyaksikannya. Suasana khidmat upacara, keberanian para pembantu juru kunci melaksanakan Labuhan di lautan serta keramaian masyarakat memperebutkan benda-benda Labuhan, semakin menarik acara Labuan menjadi menarik untuk disaksiakan.
Masyarakat Yogyakarta beramai-ramai mendatangi puncak gunung api yang masih aktif itu. Tak hanya masyarakat Yogyakarta saja yang berminat datang , bahkan banyak pula wisatawan lokal yang datang dari daerah sekitar ataupun dari luar kota, dan ada juga beberapa wisatawan asing yang turut dalam rombongan. yang berjalan di depan ialah para abdi dalem Keraton Yogyakarta. Mereka berpakaian adat jawa. Tubuh mereka dibalut surjan bewarna biru tua. Mereka mengenakan kain jarik bermotif batik yang dipakai untuk menutup tubuh bagian bawah, dari pinggang sampai lutut, dan mereka mengenakan belangkon di atas kepala. Salah satu dari mereka memondong Ubo Rampe labuhan yang diletakkan di wadah berbentuk kotak persegi. Wadah itu ditutup dengan kain bewarna hijau.
Ubo rampe itu berasal dari Keraton Yogyakarta yang dibawa abdi dalem keraton. Ubo rampe yang dilabuh terdiri atas Sembilan macam, yaitu sinjang kawung, sinjang kawung kemplang, desthar daramuluk, desthar udaraga, semekan gadung mlati, semekan gadung, seswangen, arta tindih, dan kampuh paleng. Setelah prosesi puncak acara labuhan selesai , ubo rampe labuhan diperebutkan masyarakat. Mereka percaya ada berkah dan keselamatan dalam hidup dalam ubo rampe labuhan sri Sultan Hamengku Buwono X. selain ubo rampe, disertakan kembang setaman, nasi tumpeng, ayam ingkung, serta serundeng. Namun makanan tersebut akan dibagikan kepada pengunjung setelah upacara labuhan selesai.
Labuhan merapi ialah salah satu upacara adat yang disakralkan masyarakat Yogyakarta dan sekitar gunung merapi. Kesakralan upacara terletak pada pranata keraton karena tidak boleh dilakukan secara serampangan. Hanya boleh dilakukan orang tertentu. Semua harus dilakukan secara khusus. Labuhan merupakan bentuk ucapan terimakasih atas keselamatan dan keberkahan dalam hidup dari Tuhan yang Maha Esa.
Nilai-nilai kearifan lokal yang dapat dipetik dari upacara adat labuhan merapi adalah pertama, upacara adat labuhan Merapi ini merupakan salah satu wujud nyata sinergi antara alam, manusia dan tumbuhan dalam suatu kerjasama dengan tujuan saling menjaga keselamatan. Kedua, pemberian sesaji dimohonkan agar makhluk-makhluk halus ikut mendoakan kesejahteraan masyarakat Yogyakarta menunjukkan hubungan baik antara jin dan manusia dan meyakini bahwa mereka ada dan ikut menyembah Allah. Ketiga, doa-doa yang dipanjatkan dalam upacara Labuhan Merapi memiliki harapan supaya wilayah lereng Gunung Merapi seperti Kinahrejo Cangkringan pada khususnya dan wilayah Yogyakarta pada umumnya aman, tentram, damai dan selamat. “Walaupun misalnya Gunung Merapi ada gejolak, tapi tetap diharapkan daerah Yogyakarta aman tentram, subur,  makmur. Keempat, upacara adat labuhan merapi ini juga mengajarkan kepada kita betapa pentingnya toleransi, tolong menolong,tidak membeda-mbedakan derajat manusia, saling berkorban dan kegotong royongan, hal ini terbukti dengan kerelaan mereka dalam mendaki terjalnya gunung puluhan kilometer tidak memandang tua, anak-anak, muda, wanita kaya maupun miskin, mereka tetap tertip dan khitmat di dalam mengikuti upacara adat labuhan tersebut.

KESIMPULAN
Labuhan Merapi merupakan upacara tahunan yang dilaksanakan keraton ngayogyakarto dengan waktu pelaksanaan selama dua hari. Labuhan Merapi diadakan dalam rangka memperingati Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X, sekaligus bentuk rasa syukur dan doa bagi keselamatan raja keraton Ngayogyakarto Hadiningrat
Labuhan merupakan bentuk ucapan terimakasih atas keselamatan dan keberkahan dalam hidup dari Tuhan yang Maha Esa. Labuhan merapi dilakukan dengan tujuan memohon perlindungan dan keselamatan untuk warga lereng merapi serta masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Masyarakat sangat meyakini sekali dengan melakukannya Upacara Labuhan secara tradsional akan terbina keselamatan, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat serta negara.
Nilai-nilai kearifan lokal yang dapat dipetik dari upacara adat labuhan merapi adalah merupakan salah satu wujud nyata sinergi antara alam, manusia dan tumbuhan dalam suatu kerjasama dengan tujuan saling menjaga keselamatan. upacara adat labuhan merapi ini juga mengajarkan kepada kita betapa pentingnya toleransi, tolong menolong,tidak membeda-mbedakan derajat manusia, saling berkorban dan kegotong royongan. Harapannya para kaula muda bisa tahu tentang budaya, dan bisa mempelajari tentang budaya. Semoga budaya ini bisa berkembang dengan baik, sehingga masyarakat itu paham tentang budaya.


DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Sholikin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Narasi, Yogyakarta: 2010.
Di dapat dari wawancara dengan bapak Slamet (52 tahun), warga sekitar lereng gunung merapi yang ikut berebut  Uparampe dalam Upacara adat tersebut .


LAMPIRAN
Labuhan Merapi 07- April- 2019
Foto tersebut merupakan ritual khusus kepada abdi dalem keraton.
Foto tersebut merupakan doa bersama yang dipimpin abdi dalem keratin.
Foto tersebut merupakan perjalanan naik kepuncak gunung Merapi.
Foto tersebut merupakan membawa gunungan untuk prosesi upacara labuhan merapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRADISI NYADRAN DI MAKAM SEWU DIWIJIRWJO PANDAK BANTUL

Oleh : Febriana SiskaWati (2017015260) Febrianasiska123@gmail.com Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ABSTRAK Tulisan ini m...