Jumat, 17 Mei 2019

UPACARA ADAT MARAS TAUN SEBAGAI BUDAYA PERAYAAN MASYARAKAT BELITUNG



Penyusun :
Aditya Putra
2016015053
Kelas 6B


ABSTRAK
Aditya Putra Upacara Adat Maras Taun Sebagai Budaya Perayaan Masyarakat Belitung. Artikel. Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmju Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. April 2019.
Artikel ini disusun guna mempromosikan salah satu kebudayaan asli masyarakat Pulau Belitong Maras Taun dan untuk menjaga kelestarian seni dan budaya Pulau Belitong yang dituangkan dalam bentuk tulisan sebagai kajian literatur yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat baik untuk keperluan penelitian maupun sebagai sumber informasi.
Artikel ini disusun berdasarkan informasi yang didapat dari hasil wawancara bersama beberapa mahasiswa Belitung yang sedang menempuh studi Etnomusikologi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan juga pengkajian dari beberapa artikel dari penelitian – penelitian relevan.
Upacara Adat Maras Taun merupakan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Belitong sebagai wujud rasa syukur atas keberhasilan panen. Seiring berjalannya waktu upacara adat ini menjadi tradisi dan dilakukan tidak hanya oleh petani tapi juga oleh nelayan dan profesi lain.
Kini tradisi Maras Taun sudah mengalami banyak perkembangan dan perubahan, rangkaian kegiatannya pun lebih beragam. Umumnya rangkaian kegiatan maras taun diselenggrakan selama 3 hari, namun ada juga yang menyelenggarakan selama satu minggu sesuai dengan banyaknya rangkaian kegiatan yang dilaksanakan. Rangkaian kegiatan maras taun terdiri dari pembukaan dengan doa, penampilan tarian khas belitong, kesenian daerah belitong, dan berbagai hiburan lainnya. Kemudian pada hari terakhir diselenggarakan acara puncak yakni ritual pembersihan kampong dan ditutup dengan doa.



BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai berbagai macam budaya, suku, adat-istiadat, dan agama. Setiap daerah mempunyai budaya, suku, adat-istiadat dan agamanya masing-masing.Banyak cara yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan adat istidat. Kota menjadi salah satu tempat yang tidak melaksanakan upacara adat istiadat. Kebanyakan masyarakat kota sudah terpengaruh dengan budaya asing, sehingga tidak peduli dengan budaya asli Indonesia. Sedangkan daerah yang masih melaksanakan adat istiadat ada di desa terpencil. Masyarakat desa terpencil sangat menghormati adat istiadat yang ada di desanya.
Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dengan ragam kebudayaan. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki corak dan ragam berbeda yang akan menunjukkan identitas dan ciri daerah masing-masing. Tradisi dan kebudayaan umumnya sudah mengakar kuat dalam praktik kehidupan masyarakat setempat yang merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Begitu juga dengan kebudayaan yang ada di propinsi Bangka-Belitung. Propinsi BangkaBelitung terdiri dari dua pulau yaitu pulau Bangka dan pulau Belitung. Salah satu kebudayaan yang menarik di daerah Bangka-Belitung, tepatnya di Belitung yaitu Upacara Adat Maras Taun.
Maras Taun adalah ucapan syukur atas limpahan rezeki dari hasil panen bagi para petani padi ladang di pulau Belitung dengan cara sedekah pada kekuatan alam ketika masyarakat masih menganut kepercayaan animisme. Namun ketika Islam masuk maka ucapan syukur tersebut ditujukan kepada Allah SWT. Padi ladang hanya dapat dipanen setelah ditanam sembilan bulan sehingga peringatannya dilakukan setahun sekali yaitu minggu awal di bulan April.
Namun pada perkembangannya saat ini, peringatan panen padi itu berkembang menjadi peringatan syukur bagi semua penduduk pulau, baik yang berprofesi sebagai petani padi maupun nelayan. Jika petani merayakan panen, maka nelayan merayakan musim penangkapan ikan dan laut yang tenang. Pada intinya, semua bersyukur untuk hasil panen pada bidang masing-masing selama setahun yang telah lewat.
Masyarakat Belitung berharap dengan dilaksanakannya adat Maras Taun, desa menjadi aman, tenteram, damai serta dijauhkan dari segala macam musibah. Untuk para petani, nelayan dan buruh diberikan kemurahan rezeki serta di berikan keselamatan selama bekerja. Bagi masyarakat Belitung Adat Maras Taun harus tetap dilaksanakan, karena adat ini merupakan adat peninggalan nenek moyang yang harus di lestarikan dan dijaga.
Adat istiadat sudah ada sejak zaman dahulu kala, sebelum adanya agama. Adat istiadat merupakan peninggalan dari nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan. Nilai moral yang terkandung didalam adat Maras Taun setiap manusia saling tolong menolong, saling menghormati setiap perbedaan, dan menambah tali silahturahmi antar sesama.
Sebagaimana halnya daerah-daerah lain, adat istiadat Belitung sebagai salah satu unsur kebudayaan daerah yang tentunya aset kebudayaan nasional juga terancam musnah. Sesuai kodratnya, tiap kebudayaan yang ada di muka bumi ini pasti mengalami perubahan, cepat atau lambat. Perubahan ini tidak hanya terbatas pada bentuk lahirnya saja tetapi juga tidak jarang pula pada maksud atau makna yang terkandung di dalamnya. Demikian juga halnya dengan upacara-upacara adat yang ada dalam suatu masyarakat, cepat atau lambat pasti mengalami perubahan, bahkan mungkin mengalami kepunahan.



BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu budaya khas di Belitung yang melegenda dan menarik untuk telusuri yakni Tradisi Maras Taun. Maras Taun sendiri berasal dari dua kata yakni “Maras” yang berarti memendekkan atau memotong dan “Taun” yang berarti tahun. Maras Tahun sendiri digelar untuk memperingati agenda satu tahunan pesta rakyat yakni merayakan masa penen raya.
Awal mula munculnya tradisi maras taun
Munculnya tradisi Maras Taun (Maras Taon) ini bermula dari masyarakat Desa Selat Nasik, Pulau Mendanau, Kabupaten Belitung. Masyarakat Desa Selat Nasik yang berprofesi sebagai petani ini setiap tahunnya memperingati hari panen padi ladang. Padi ladang sendiri memang berbeda dengan padi-padai lainnya karena hanya bisa dipanen setelah 9 bulan masa tanam. Dari sini maka perayaan panen padi ladang dilakukan masyarakat Desa Selat Nasik setiap satu tahun sekali.



Perkembangan tradisi maras taun
181-2
Dalam perkembangannya, peringatan masa panen padi ladang di masyarakat Desa Selat Nasik ini meluas menjadi peringatan ungkapan syukur semua penduduk Pulau Mendanau. Pelakunya juga bukan hanya petani saja, tapi juga seluruh profesi seperti nelayan dan lainnya. Jadi nelayan juga ikut merayakan peringatan ungkapan rasa syukur ini setelah musim penangkapan ikan tenggiri yang disertai keadaan laut yang tenang. Tidak hanya pada masyarakat Pulau Mendanau saja, tapi tradisi Maras Taun ini kemudian meluas lagi perkembangannya pada masyarakat seluruh Pulau Belitung. Dari sinilah kemudian Maras Taun menjadi tradisi dan budaya masyarakat Belitung.
Rangkaian acara tradisi maras taun
181-3
Dalam tradisi Maras Taun ini ada serangkaian acara yang akan digelar. Bahkan begitu banyaknya acara dalam Maras Taun, membuat tradisi ini harus dilaksanakan selama tiga hari. Nantinya dihari ketiga atau hari terakhir akan ada puncak perayaan Maras Taun yang ditunggu-tunggu masyarakat. Pada hari pertama dan kedua, Maras Taun akan ada beberapa pertunjukan kesenian yang digelar. Kesenian yang dipertunjukkan ini sendiri kebanyakan berasal dari Desa Selat Nasik yang merupakan tempat awal mula munculnya tradisi Maras Taun. Beberapa kesenian yang dipertunjukkan pada hari pertama dan kedua Maras Taun ini antara lain Stambul Fajar, Teater Dulmuluk, Tari Piring khas Minang, dan lainnya. Tidak ketinggalan juga ada pentas musik organ tunggal yang dihadirkan untuk semakin memeriahkan tradisi Maras Taun.
Sebelum puncak Maras Taun ini digelar dihari ketiga, masyarakat akan menyiapkan berbagai hal seperti tepung tawar, garu/dupa, dan juga air. Tidak lupa juga sebelum puncak ritual diselenggarakan, akan ada prosesi pembersihan kampung yang dipimpin oleh dukun kampong. Ritual pembersihan kampung sendiri dilakukan dengan menggunakan daun neruse dan air.
181-4



Puncak perayaan maras taun
Pada hari ketiga, perayaan Maras Taun mencapai puncaknya. Pada puncak perayaannya ini, juga digelar beberapa acara seperti pertunjukkan Tari Tumbuk Lesung dan lagu Maras Taun. Tari Tumbuk Lesung dan lagu Maras Taun ini sendiri dibawakan oleh 12 gadis remaja dengan menggunakan kebaya khas petani perempuan beserta topi capingnya. Tarian yang dibawakan sendiri menggambarkan petani yang bekerja menggarap dan memanen sawah. Sembari menari, para 12 gadis remaja ini juga menyanyikan lagu dengan lirik yang menyiratkan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh.
181-5
Setelah tarian dan lagu Maras Taun ini dipentaskan, maka acara puncak dilanjutkan dengan kesalan. Dalam kesalan ini digelar lantunan doa syukur atas panen yang telah diperoleh. Dalam kesalan juga dilantunkan doa untuk permohonan keberkahan untuk panen di tahun depan. Lantunan doa dalam kesalan sendiri dipimpin oleh 2 orang tetua adat. Nantinya setelah doa dipanjatkan maka tetua adat akan menyiramkan air yang telah dicampur dengan daun Nereuse dan Ati-ati. Ritual penyiraman ini dilakukan sebagai simbol membuang kesialan bagi warga desa. Secara umum, puncak ritual Maras Taun ini terdiri dari beberapa rangkaian acara yakni doa awal, tepong taw Belitung dan doa penutup.



Berebut lepat
Setelah pembacaan doa dan ritual penyiraman maka kemudian dilanjutkan dengan acara berebut lepat. Lepat sendiri adalah makanan yang dibuat dari beras ladang dengan warna merah dengan isian daging cingcang atau potongan ikan. Nantinya lepat-lepat berukuran kecil yang dibuat dengan jumlah ribuan ini akan dibagi kepada warga masyarakat. Nah saat lepat kecil dibagi, masyarakat akan berebut untuk mengambilnya. Acara berebut lepat sendiri menjadi simbol kebahagiaan dan kegembiaraan masyarakat atas hasil panen yang diperoleh.181-6
Pemotongan lepat besar181-foto_utama
Selain lepat kecil, dalam puncak acara Maras Taun ini kita juga akan menjumpai lepat berukuran besar dengan berat sekitar 25 kg. Jadi sebelum lepat kecil dibagikan kepada warga maka terlebih dahulu akan dilakukan pemotongan lepat besar oleh pemimpin setempat ataupun tamu kehormatan. Setelah dipotong-potong, lepat besar kemudian akan dibagi-bagikan kepada warga. Pemotongan dan pembagian lepat besar ini sendiri juga memiliki makna yaitu pemimpin yang selalu melayani rakyatnya.
Makna maras taun
Dari hakikat namanya, maka akan didapatkan makna dari tradisi Maras Taun yakni masyarakat yang meninggalkan tahun lalu dengan ucapan penuh rasa syukur dan juga permohonan agar di tahun depan banyak hal baik yang diperoleh. Meski Maras Taun ini sudah menjadi budaya seluruh Belitung, tapi perayaan rutin setiap tahunnya hanya diagendakan di Desa Selat Nasik yang memang merupakan tempat pertama kali munculnya tradisi Maras Taun.
.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Maras Taun adalah ucapan syukur atas limpahan rezeki dari hasil panen bagi para petani padi ladang di pulau Belitung dengan cara sedekah pada kekuatan alam ketika masyarakat masih menganut kepercayaan animisme. Namun ketika Islam masuk maka ucapan syukur tersebut ditujukan kepada Allah SWT. Padi ladang hanya dapat dipanen setelah ditanam sembilan bulan sehingga peringatannya dilakukan setahun sekali.
Maras Taun berasal dari kata “maras” yang artinya Memendekan. Sedangkan “Taun” berasal dari kata Tahun. Maras Taun diadakan setahun sekali oleh masyarakat desa di Belitung sebagai wujud rasa syukur setelah melewati musim panen padi. Maras Taun merupakan pertanggungjawaban dukun kampung kepada masyarakat.



Sumber/referensi:
Wawancara dengan beberapa mahasiswa Belitung yang menempuh studi Etnomusikologi Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
www.belitungisland.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRADISI NYADRAN DI MAKAM SEWU DIWIJIRWJO PANDAK BANTUL

Oleh : Febriana SiskaWati (2017015260) Febrianasiska123@gmail.com Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ABSTRAK Tulisan ini m...