Jumat, 24 Mei 2019

Upacara Pernikahan Adat Jawa



Laila Nurul Insani
2016015280
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Abstract
Upacara adat perkawinan merupakan serangkaian kegiatan tradisional turun menurun yang mempunyai maksut dan tujuan agar senuah perkawinan selamat sejahtera serta mendatangkan kebahagian di kemudia hari. Kebudyaan jawa adalah berinteraksi dengan norma-norma agama sehingga perkawinan adat jawa merupakan suatu upacara tradisional keagamaan yang didalam pelaksanaannya terdapat norma-norma agama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebudayaan masyarakat Jawa yang memiliki pola-pola kebudayaan berupa ide-ide, cita-cita, adat istiadat, kepercayaan, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang dijadikan pedoman dalam mencapai tujuan bersama untuk kelangsungan hidup masyarakat secara keseluruhan. Penelitian ini dapat dikatakan bahwa nilai sosial pada perayaan tradisi perkawinan adat jawa dipercaya dapat mendatangkan suatu pengaruh yang kuat perkenaan dengan kehidupan sosial budaya. Nilai-nilai kebudayaan pada tradisi perkawinan adat Jawa adalah untuk lebih meningkatkan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pengucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberi berkah, rahmat, serta pertolongan di masa sekarang dan dimasa yang akan datang.
Kata kunci: perkawinan adat Jawa, Kebudayaan Indonesia.











PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Upacara adat perkawinan merupakan serangkaian kegiatan tradisional turun menurun yang mempunyai maksut dan tujuan agar senuah perkawinan selamat sejahtera serta mendatangkan kebahagian di kemudia hari. Dalam pernikahan terdapat serangkaian prosesi yang harus diikuti oleh calon kedua pengantin sebagai suatu sakral sebelum memulai kehidupan beersama. Indonesia mempunyai banyak provinsi yang didalamnya terdapat beberapa daerah. Masing-masing daerah mempunyai kebudayaan daerah sendiri, termasuk dalam hal pernikahan. Adat-istiadat atau kebudayaan dalam hal pernikahan masing-masing daerah mempunyai ciri khas tersendiri baik dari prosesi acara, busana, dan perlengkapan busana serta tata rias pengantin.
Suatu ritual adat tradisioanl merupakan saat yang paling penting dan menentukan karena merupakan masa perahlian dari satu tahap ke tahap berikutnya. Ritual perkawinan adalah crisis ritus (upacara di saat krisis) dan rite passage (upacara di saat perahlian) yang memiliki fungsi sosial yaitu menyatakan kepada khalayak luas tingkat hidup baru yang telah di capai individu yang bersangkutan.
Namun fenomena yang terjadi belakangan ini adalah bahwa ritual sakral perkawinan adat Jawa hanya dilakukan dengan alasan menurut tradisi memang tidak dapat ditinggalkan, karena merasa bahwa seseorang ini merupakan anggota bagian dari komunitasnya untuk meningkatkan prestise keluarga. Di kalangan generasi muda terutama dalam masyarakat Jawa, sebagai komunitas Jawa yang mewarisi tradisi buayany, kini mengalami pergeseran budaya atau terjadi kesenjangan (gap) dalam hal memaknai arti ritual sakral perkawinan adat Jawa.
Maka dari itu  sebagai generasi muda kita wajib menetahui adat istiadat suatu daerah agar kita bisa ikut melestarikan budaya Indonesia. Tujuan untuk mengetahui pernikahan adat jawa yang mempunyai tahap-tahap yang harus dijalankan bagi dua insan yang berlain jenis untuk sampai kejenjang pernikahan.













PEMBAHASAN

A.    Upacara Pernikahan
a.      Akad Nikah
Akad nikah adalah upacara pernikahan secara agama dan secara resmi. Menurut pemerintah Cuma akan nikah yang perlu dilaksanakan untuk menikah secara huku. Upacara ini bisa dilakukan di gereja untuk orang Kristen, di masjid untuk orang Islam atau di rumah. Yang berikut adalah acara akad nikah Islam yang diselenggarakan di rumah pengantin putri. Pengantin putri memakai kain kebaya putih yang halus sekali dan juga memakai bunga melati di rambutnya . putra memaikai jas kan kopiah dan duduk di seberang meja dari calon istri yang duduk ditengah Ibu dan Bapaknya.
      Pertama Bapak penghulu dari Kantor Urusan Agama (KUA) membaca syarat-syarat untuk pernikahan. Pengantin putra harus menyetujui untuk memenuhi syarat-syarat ini dan bersumpah untuk menjaga dan melindungi istrinya. Bapak pengantin putri menyerahkan putrinya kepada pengantin putra.  Sesudah kedua belah pihak sedah setuju untuk dinikahkan kedua pengantin dan kedua saksi menandatangani surat nikah. Kedua saksi ini dihadirkan untuk menentukan bahwa kedua pengantin menikah atas keinginan sendiri, bukan karena paksaan.

Meminta Do’a Restu


Akad Nikah
b.      Upacara Panggih
Pada siang hari sesudah akad nikah upacara pernikahan adat dilaksanakan. Untuk acara ini orang tua pria tidak boleh ikut. Pasangan pengantin memakai busana tradisional. Pertama ada “ temu pengantin “, pengantin putra membawa pisang raja sebagai tanda dia sudah siap dan masuk gerbang atau pintu depan diikuti dua pendamping (saudara atau teman akrab orang tuanya) yang membawa payung. Lalu kedua pengantin menukar kembar mayang sebagai tanda pengantin masih suci, belum kawin. Kembar mayang ini dilempar diatas tarub untuk melambangkan hidup pasangan nanti selalu naik ke atas. Di daerah-daerah di Jawa ada perbedaan kecil, beberapa yang dijelaskan di bawah tetapi kebanyakan acara sama.
Upacara panggih dimulai dengan sawat-sawatan atau baling gantal sirih. Pengantin putra-putri salling melempar daun sirih. Kini artinya bertemunya perasaan (melempar hati), dan dianggap waktu yang menyenangkan. Tetapi dahulu acara ini berasal dari kepercayaan bahwa daun sirih bisa membuat makhluk yang menyamar sebagai pengantin kembali ke bentuk aslinya.

Upacara Panggih
Kemudian dilaksanakan acara wiji dadi. Pengantin putra meletakkan telur ayam kampung kepada dahinya sendiri dan dahi pengantin putri dan lalu melempar telur ini supaya pecah. Ini melambangkan pikiran kedua pengantin menjadi satu supaya bisa mengatasi semua masalah. Acara ini menunjukkan kesucian putri, bahwa dia masih gadis, dan sebagai simbol mengembangkan keturunan, bahwa dia akan menjadi ayah. Kakinya dibasuh dengan air bunga setaman, berisi bunga melati, bunga mawar, dan bunga kenangan, dan dibersihkan oleh pengantin putri yang duduk di depan putra. Ini melambangkan bahwa putri menhormati suaminya dan bahwa dia tetap setia dan tetap sedia melayani suaminya.
Upacara wiji dadi
Lalu kedua mempelai bersalaman, berpagangan tangan dengan jari kelingking, dan Ibu pengantin putri menutup bahu dengan kain selendang yang berwarna merah dan putih. Warna merah melambangkan gula merah dan putih melambangkan kelapa, penting karena banyak dipakai dalam makanan Indonesiaa. Pengantin diantar oleh Bapak ke kursi pelaminan, lambing Bapak menunjukkan kepada pasangan mempelai jalan hidup yang baik supaya bahagia, dan Ibu memberi semangat.
Kedua pengantin duduk dipangkuan Bapak mempelai putri, putri di kaki kiri, dan putra di kaki kanan.  Ibu putri bertanya kepada Bapak siapa yang lebih berat dan dia bertanya bahwa mereka sama saja. Ini adalah simbol kepentingan sama, tidak ada perbedaan, diantara anak sendiri dan anak menantu.
Kemudian ada acara kacar-kucur. Pengantin pria memberikan beras, kacang, dan uang receh yang dibungkus dalam kain berwarna merah dan putih kepada wanita selanjutnya diberikan kepada orang tuanya. Maksudnya suami akan memberi hasil kerja, atau kekayaan, kepada istrinya untuk disimpan.
Kacar-kucur
Akhinya pasangan pengantin makan bersama dalam acara dahar klima, biasanya nasi kuning dan lauk pauk, bermacam-macam makanan misalnya telur dadar, tempe kering, bergedel, abon, dan lain-lain. Pertama pengantin putra memberi makanan kepada istrinya dan lalu pengantin putri memberi makanan kepada suaminya, dan terus menyuap bersama. Acara ini melambangkan bahwa mereka saling memberi dan menerima, bahwa hasil rejeki akan dipakai bersama. Di Solo acara ini dijelaskan sebagai simbol bahwa nanti pasangan suami istri akan saling menolong, keduanya saling bertanggungjawab dalam rumah tangga.
Ditambah dengan acara biasa, kalu pengantin putri adalah anak pertama atau anak terakhir, ada upacara lain. Kalau dia anak pertama minuman terbuat dari kelapa hijau yang diminum oleh Ayah dan Ibu pengantin putrid an diikuti pasangan pengantin. Ibu pengantin putri bertanya kepada Ayah bagimana rasanya dan dia menjawab segar dan lezat, tidak ada yang kurang. Ayah jawaban begini supaya rumah tangga selalu segar. Kalau pengantin puti merupakan anak terakhir upacara pernikahan ini adalah yang terakhir jadi ada uang yang dibagikan kepada saudara-saudara pengantin putri.
Upacara in dilaksanakan dengan pasangan pengantin minta do’a restu dari orang tua.
Kalau menurut acara pernikahan Malang, Jawa Timur, sebelum upacara panggih dimulai pengantin putra membawa ayam untuk diberi kepada tunangan. Pengantin putra bicara memakai sandi, dia berkata kepada wakil putri bahwa dia mencari jodoh untuk ayamnya. Alu ayam diberikan kepada wakil putrid an kedua pengantin baru bisa bertemu. Pengantin laki-laki dan perempuan membawa rontek, tongkat yang dihiasi dengan kertas warn-warni dalam bentuk bunga, dan masuk dari arah berbeda untuk bertemu. Lalu upacara panggih diselenggarakan. Sesudah acara menginjak telur, bunga yang ditukar sebagai tanda kedua penganti saling sayang. Lalu keduanya minum air putih yang diberikan orang tuanya, melambangkan orang tua memberikan kekuatan kepada anaknya. Kemudian pasangan berpegangan jari kelingking dan berputar membuat angka delapan melambangkan masa berdua, suka dan duka, kebahagiaan dan kesusahan, semua harus dijalani bersama. Berlangsung dengan upacara biasa.
Upacara panggih menurut gaya solo dimulai dengan sungkem. Kedua mempelai mengucapkan terimakasih untuk bimbingan sejak lahir sampai menikah dan menunjukan baktinya kepada orang tua dan keluarga yang lebih tua supaya dapat berkat Tuhan dalam hal rumah tangga yang baru. Pengantin putri juga bisa melakukan sungkem kepada suaminya, sebagai lambing kebaktian istri terhadap suami. Kalau kedudukan istri dalam keluarga dia berbakti dan menghargai suaminya. Kini acara ini sering tidak dilakukan dan tidak harus, kecuali keluarga ingin upacara pernikahan lengkap, dan memenuhi semua syarat upacara menurut adat Jawa.
Kemudian ada upacara saweran, yaitu petua nyinden, pembaca yang dilagukan dalam Bahasa Sunda. Pesan-pesan ini untuk pengantin mengenai rumah tangga, tentang cita-cita yang diperlukan seperti harus setia, selalu siap susah dan senang.
Bahan-bahan yang disiapkan:
1.      Beras putih simbolnya kebahagian hidup.
2.      Kunyit simbolnya kejujuran dan kemuliaan.
3.      Bunga-bunga simbolnya keharuman nama baik rumah tangga
4.      Uang receh simbolnya kekayaan dan kecukupan.
5.      Payung simbol perhatian.
6.      Sirih dijadikan serutu simbolnya kejujuran diantara pasangan suami-istri.
7.      Permen simbolnya watak manis dan ramah tamah.
8.      Kunyit dicampur dengan air lalu dicampur dengan beras putih dan  nasi kuning.
Sambil membaca petua melemparkan campuran bahan-bahan ini sebagai peringatan kepada pengantin putra dan putri  bahwa kalau hidupnya mulia dan bahagia seharusnya senang membantu orang lain.
Berikutnya upacara nicak endog, yaitu menginjak terlur. Pengantin putra dan putri berdiri di atas tangga dan pengantin puti berdiri dianak tangga satu tingkat lebih tinggi. Bahan-bahan upacara ini, yang melambangkan nasihat untuk keselamatan kedua pengantin, terdiri dari:
1.      Tujuh tangkai sagar (lidi enau)
Sifatnya keras, tidak mudah patah, peringatan kepada kedua pengantin agar jangan cepat marah karena bisa mengakibatkan hidup yang tidak harmonis.
2.      Telur ayam
Melambangkan keinginan untuk menjadi orang yang bertanggungjawab dan keinginan istrinya untuk mengikuti bimbingan suaminya.
3.      Pelita dengan tujuh sumbu
Untuk merenungkan cara mengurus rumah tangga supaya keduanya asah, asuh, dan asih.
4.      Elekan, potongan bamboo yang kosong
Sebagai peringatan jangan sampai kosong.
5.      Kendhi berisi air bening
Sebagai alat pembersih dan pendingin, untuk membuat suasana yang baik.
6.      Papan untuk meninjak telur
Untuk meninjak telur. Wanita atau laki-laki yang belum menikah tidak boleh melangkahi papan karena kepercayaan kalau terjadi mereka tidak akan dapat jodoh. Tetapi yang sudah menikah harus melangkahi papan untuk melambangkan istri harus mengikuti bimbingan suaminya.
Pengantin pria memegang pelita yang dinyalakan dan pengantin wanita membakar tujuh tangkai sagar dengan apinya, api dimatikan, selanjutnya dipatahkan dan dibuang. Kemudian mempelai pria meninjak telur sampai pecah dan kakinya dibersihkan oleh mempelai wanita. Lalu kedua pengantin melangkahi papan tersebut bersama. Pengantin putri masuk rumah tetapi pengantin pria menunggu diluar untuk upacara berikutnya.
Pengantin putra mengetuk pintu tiga kali untuk memulai upacara buka pintu. Pengantin putri menjawab dengan pertanyaan dan diteruskan dengan tanya jawab syair tertentu dan akhir pengantin puti meminta kepada pengantin putra untuk mengucap do’a. Do’a ini merupakan janji kedua akan tetap setia. Akhirnya pengantin putra boleh masuk rumah.
Dalam upacara huap lingkung kedua mempelai makan bersama. Pengantin putra meingkarkan tangan kanannya ke tengkuk pengantin putrid an sebaliknya. Mereka saling memberi makanan tiga kali dan lalu diberi minuman. Kemudia adalah rebutan ayam. Kedua mempelai memegang kaki ayam dan menarik samapi di bagi menjadi dua. Siapa yang mendapat bagaian yang paling beras akan dapat rezeki yang paling besar. Upacara ini juga bermakna kedua mempelai harus bekerja sama untuk mencari rezeki.
Upacara huap lingkung

Rebutan Ayam
c.       Resepsi
Pada sore atau malam hari sesudah upacara pernikahan resepsi  diselenggarakan untuk merayakan pernikahan. Pasangan suami istri yang baru menikah memasuki ruangan yang disediakan untuk resepsi dengan upacara kirab. Pertama cucuking lampah, seseorang sebagai petunjuk jalan, masuk, dan lalu pasangan pengantin didahului patah sakembar, dua anak perempuan berpakaian kembar. Pasangan pengantin diikuti kelompok putri domas, dan dua perjaka, biasanya adik atau saudara pengantin keluarga yang belum menikah, orang tua kedua pengantin dan keluarga lain.
Kalau ada hiburan biasanya merupakan tarian tradisional untuk sambutan saja, atau musik gamelan yang mengiringi selama resepsi. Tamu yang diundang dibreri hadiah, menandatangani buku tamu dan memberi salam dan selamat kepada pasangan suami istri baru. Makanan disajikan dan tamu diterima selama kurang lebih dua jam, ytergantung pada jumlah hadirin. Akhirnya upacara pernikahan selesai dan pasangan suami-istri pulang untuk mulai kehidupan bersama.
Resepsi
                                     






















PENUTUP

a.       Kesimpulan
Upacara adat perkawinan merupakan serangkaian kegiatan trdisional turun menurun yang mempunyai maksut dan tujuan agar semua perkawinan selamat sejahtera serta mendatangkan kebahagian di kemudian hari. Dalam pernikahan terdapat serangkaian prosesi yang harus diikuti oelh kedua calon pengantin sebagai suatu sakral sebelum memulai kehidupan bersama. Indonesia mempunyai banyak provinsi yang didalamnya terdapat beberapa daerah. Masing-masing daerah mempunyai kebudayaan daerah sendiri, termasuk dalam hal pernikahan, adat istiadat atau kebudayaan dalam hal pernikahan masing-masing daerah mempunyai ciri khas tersendiri baik dari prosesi acara, busana, dan perlenkapan busana serta tata rias pengantin.
Dalam upacara pernikahan ada beberapa cara yang pertama ; akad nikah, upcara panggih dan yang terakhir resepsi. Dalam ketiga tersebut merupakan tata cara penikahan adat Jawa yang masih sering dilakukan di Jawa, jadi semua masyarakat Jawa wajib melestarikan adat Pernikahan seperti ini agar generasi muda mengetahui tata cara pernikahan itu bagaimana.



DAFTAR PUSTAKA
Adams, Rebecca. 2001. Upacara Pernikahan di Jawa . Jawa Timur: Universitas Muhammadiyah Malang
http://e-journal.uajy.ac.id/2275/1/IK0MO1473.pdf (diakses pada tanggal 25 April )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRADISI NYADRAN DI MAKAM SEWU DIWIJIRWJO PANDAK BANTUL

Oleh : Febriana SiskaWati (2017015260) Febrianasiska123@gmail.com Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ABSTRAK Tulisan ini m...