Laila Nurul Insani
2016015280
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa
Abstract
Upacara adat perkawinan merupakan serangkaian kegiatan
tradisional turun menurun yang mempunyai maksut dan tujuan agar senuah
perkawinan selamat sejahtera serta mendatangkan kebahagian di kemudia hari.
Kebudyaan jawa adalah berinteraksi dengan norma-norma agama sehingga perkawinan
adat jawa merupakan suatu upacara tradisional keagamaan yang didalam pelaksanaannya
terdapat norma-norma agama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kebudayaan masyarakat Jawa yang memiliki pola-pola kebudayaan berupa ide-ide,
cita-cita, adat istiadat, kepercayaan, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang
dijadikan pedoman dalam mencapai tujuan bersama untuk kelangsungan hidup
masyarakat secara keseluruhan. Penelitian ini dapat dikatakan bahwa nilai
sosial pada perayaan tradisi perkawinan adat jawa dipercaya dapat mendatangkan
suatu pengaruh yang kuat perkenaan dengan kehidupan sosial budaya. Nilai-nilai
kebudayaan pada tradisi perkawinan adat Jawa adalah untuk lebih meningkatkan
ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pengucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena telah diberi berkah, rahmat, serta pertolongan di masa sekarang
dan dimasa yang akan datang.
Kata kunci: perkawinan adat Jawa, Kebudayaan
Indonesia.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Upacara adat perkawinan merupakan serangkaian kegiatan tradisional turun
menurun yang mempunyai maksut dan tujuan agar senuah perkawinan selamat
sejahtera serta mendatangkan kebahagian di kemudia hari. Dalam pernikahan
terdapat serangkaian prosesi yang harus diikuti oleh calon kedua pengantin
sebagai suatu sakral sebelum memulai kehidupan beersama. Indonesia mempunyai
banyak provinsi yang didalamnya terdapat beberapa daerah. Masing-masing daerah
mempunyai kebudayaan daerah sendiri, termasuk dalam hal pernikahan.
Adat-istiadat atau kebudayaan dalam hal pernikahan masing-masing daerah
mempunyai ciri khas tersendiri baik dari prosesi acara, busana, dan
perlengkapan busana serta tata rias pengantin.
Suatu ritual adat tradisioanl merupakan saat yang paling penting dan
menentukan karena merupakan masa perahlian dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Ritual perkawinan adalah crisis ritus (upacara
di saat krisis) dan rite passage (upacara
di saat perahlian) yang memiliki fungsi sosial yaitu menyatakan kepada khalayak
luas tingkat hidup baru yang telah di capai individu yang bersangkutan.
Namun fenomena yang terjadi belakangan ini adalah bahwa ritual sakral
perkawinan adat Jawa hanya dilakukan dengan alasan menurut tradisi memang tidak
dapat ditinggalkan, karena merasa bahwa seseorang ini merupakan anggota bagian
dari komunitasnya untuk meningkatkan prestise keluarga. Di kalangan generasi
muda terutama dalam masyarakat Jawa, sebagai komunitas Jawa yang mewarisi
tradisi buayany, kini mengalami pergeseran budaya atau terjadi kesenjangan
(gap) dalam hal memaknai arti ritual sakral perkawinan adat Jawa.
Maka dari itu sebagai generasi
muda kita wajib menetahui adat istiadat suatu daerah agar kita bisa ikut
melestarikan budaya Indonesia. Tujuan untuk mengetahui pernikahan adat jawa
yang mempunyai tahap-tahap yang harus dijalankan bagi dua insan yang berlain
jenis untuk sampai kejenjang pernikahan.
PEMBAHASAN
A.
Upacara
Pernikahan
a. Akad
Nikah
Akad nikah adalah upacara pernikahan secara agama dan secara resmi.
Menurut pemerintah Cuma akan nikah yang perlu dilaksanakan untuk menikah secara
huku. Upacara ini bisa dilakukan di gereja untuk orang Kristen, di masjid untuk
orang Islam atau di rumah. Yang berikut adalah acara akad nikah Islam yang
diselenggarakan di rumah pengantin putri. Pengantin putri memakai kain kebaya
putih yang halus sekali dan juga memakai bunga melati di rambutnya . putra
memaikai jas kan kopiah dan duduk di seberang meja dari calon istri yang duduk
ditengah Ibu dan Bapaknya.
Pertama Bapak penghulu dari Kantor Urusan Agama
(KUA) membaca syarat-syarat untuk pernikahan. Pengantin putra harus menyetujui
untuk memenuhi syarat-syarat ini dan bersumpah untuk menjaga dan melindungi
istrinya. Bapak pengantin putri menyerahkan putrinya kepada pengantin putra. Sesudah kedua belah pihak sedah setuju untuk
dinikahkan kedua pengantin dan kedua saksi menandatangani surat nikah. Kedua
saksi ini dihadirkan untuk menentukan bahwa kedua pengantin menikah atas
keinginan sendiri, bukan karena paksaan.

Meminta
Do’a Restu

Akad Nikah
b. Upacara
Panggih
Pada siang hari sesudah akad nikah upacara pernikahan adat
dilaksanakan. Untuk acara ini orang tua pria tidak boleh ikut. Pasangan
pengantin memakai busana tradisional. Pertama ada “ temu pengantin “, pengantin
putra membawa pisang raja sebagai tanda dia sudah siap dan masuk gerbang atau
pintu depan diikuti dua pendamping (saudara atau teman akrab orang tuanya) yang
membawa payung. Lalu kedua pengantin menukar kembar mayang sebagai tanda pengantin masih suci, belum kawin. Kembar mayang ini dilempar diatas tarub untuk melambangkan hidup pasangan
nanti selalu naik ke atas. Di daerah-daerah di Jawa ada perbedaan kecil,
beberapa yang dijelaskan di bawah tetapi kebanyakan acara sama.
Upacara panggih dimulai dengan sawat-sawatan
atau baling gantal sirih.
Pengantin putra-putri salling melempar daun sirih. Kini artinya bertemunya
perasaan (melempar hati), dan dianggap waktu yang menyenangkan. Tetapi dahulu
acara ini berasal dari kepercayaan bahwa daun sirih bisa membuat makhluk yang
menyamar sebagai pengantin kembali ke bentuk aslinya.

Upacara Panggih
Kemudian dilaksanakan acara wiji dadi. Pengantin putra meletakkan
telur ayam kampung kepada dahinya sendiri dan dahi pengantin putri dan lalu
melempar telur ini supaya pecah. Ini melambangkan pikiran kedua pengantin
menjadi satu supaya bisa mengatasi semua masalah. Acara ini menunjukkan
kesucian putri, bahwa dia masih gadis, dan sebagai simbol mengembangkan
keturunan, bahwa dia akan menjadi ayah. Kakinya dibasuh dengan air bunga
setaman, berisi bunga melati, bunga mawar, dan bunga kenangan, dan dibersihkan
oleh pengantin putri yang duduk di depan putra. Ini melambangkan bahwa putri
menhormati suaminya dan bahwa dia tetap setia dan tetap sedia melayani
suaminya.

Upacara wiji dadi
Lalu kedua mempelai
bersalaman, berpagangan tangan dengan jari kelingking, dan Ibu pengantin putri
menutup bahu dengan kain selendang yang berwarna merah dan putih. Warna merah
melambangkan gula merah dan putih melambangkan kelapa, penting karena banyak
dipakai dalam makanan Indonesiaa. Pengantin diantar oleh Bapak ke kursi
pelaminan, lambing Bapak menunjukkan kepada pasangan mempelai jalan hidup yang
baik supaya bahagia, dan Ibu memberi semangat.
Kedua pengantin duduk
dipangkuan Bapak mempelai putri, putri di kaki kiri, dan putra di kaki
kanan. Ibu putri bertanya kepada Bapak
siapa yang lebih berat dan dia bertanya bahwa mereka sama saja. Ini adalah
simbol kepentingan sama, tidak ada perbedaan, diantara anak sendiri dan anak
menantu.
Kemudian ada acara kacar-kucur. Pengantin pria memberikan
beras, kacang, dan uang receh yang dibungkus dalam kain berwarna merah dan
putih kepada wanita selanjutnya diberikan kepada orang tuanya. Maksudnya suami
akan memberi hasil kerja, atau kekayaan, kepada istrinya untuk disimpan.

Kacar-kucur
Akhinya pasangan pengantin
makan bersama dalam acara dahar klima,
biasanya nasi kuning dan lauk pauk, bermacam-macam makanan misalnya telur
dadar, tempe kering, bergedel, abon, dan lain-lain. Pertama pengantin putra
memberi makanan kepada istrinya dan lalu pengantin putri memberi makanan kepada
suaminya, dan terus menyuap bersama. Acara ini melambangkan bahwa mereka saling
memberi dan menerima, bahwa hasil rejeki akan dipakai bersama. Di Solo acara
ini dijelaskan sebagai simbol bahwa nanti pasangan suami istri akan saling
menolong, keduanya saling bertanggungjawab dalam rumah tangga.
Ditambah dengan acara biasa,
kalu pengantin putri adalah anak pertama atau anak terakhir, ada upacara lain.
Kalau dia anak pertama minuman terbuat dari kelapa hijau yang diminum oleh Ayah
dan Ibu pengantin putrid an diikuti pasangan pengantin. Ibu pengantin putri
bertanya kepada Ayah bagimana rasanya dan dia menjawab segar dan lezat, tidak
ada yang kurang. Ayah jawaban begini supaya rumah tangga selalu segar. Kalau pengantin
puti merupakan anak terakhir upacara pernikahan ini adalah yang terakhir jadi
ada uang yang dibagikan kepada saudara-saudara pengantin putri.
Upacara in dilaksanakan
dengan pasangan pengantin minta do’a restu dari orang tua.
Kalau menurut acara
pernikahan Malang, Jawa Timur, sebelum upacara panggih dimulai pengantin putra membawa ayam untuk diberi kepada
tunangan. Pengantin putra bicara memakai sandi, dia berkata kepada wakil putri
bahwa dia mencari jodoh untuk ayamnya. Alu ayam diberikan kepada wakil putrid
an kedua pengantin baru bisa bertemu. Pengantin laki-laki dan perempuan membawa
rontek, tongkat yang dihiasi dengan
kertas warn-warni dalam bentuk bunga, dan masuk dari arah berbeda untuk
bertemu. Lalu upacara panggih diselenggarakan.
Sesudah acara menginjak telur, bunga yang ditukar sebagai tanda kedua penganti
saling sayang. Lalu keduanya minum air putih yang diberikan orang tuanya,
melambangkan orang tua memberikan kekuatan kepada anaknya. Kemudian pasangan
berpegangan jari kelingking dan berputar membuat angka delapan melambangkan
masa berdua, suka dan duka, kebahagiaan dan kesusahan, semua harus dijalani
bersama. Berlangsung dengan upacara biasa.
Upacara panggih menurut gaya solo dimulai dengan sungkem. Kedua mempelai mengucapkan terimakasih untuk bimbingan
sejak lahir sampai menikah dan menunjukan baktinya kepada orang tua dan
keluarga yang lebih tua supaya dapat berkat Tuhan dalam hal rumah tangga yang
baru. Pengantin putri juga bisa melakukan sungkem kepada suaminya, sebagai
lambing kebaktian istri terhadap suami. Kalau kedudukan istri dalam keluarga
dia berbakti dan menghargai suaminya. Kini acara ini sering tidak dilakukan dan
tidak harus, kecuali keluarga ingin upacara pernikahan lengkap, dan memenuhi
semua syarat upacara menurut adat Jawa.
Kemudian ada upacara saweran, yaitu petua nyinden, pembaca yang dilagukan dalam
Bahasa Sunda. Pesan-pesan ini untuk pengantin mengenai rumah tangga, tentang
cita-cita yang diperlukan seperti harus setia, selalu siap susah dan senang.
Bahan-bahan yang disiapkan:
1.
Beras
putih simbolnya kebahagian hidup.
2.
Kunyit
simbolnya kejujuran dan kemuliaan.
3.
Bunga-bunga
simbolnya keharuman nama baik rumah tangga
4.
Uang
receh simbolnya kekayaan dan kecukupan.
5.
Payung
simbol perhatian.
6.
Sirih
dijadikan serutu simbolnya kejujuran diantara pasangan suami-istri.
7.
Permen
simbolnya watak manis dan ramah tamah.
8.
Kunyit
dicampur dengan air lalu dicampur dengan beras putih dan nasi kuning.
Sambil membaca petua
melemparkan campuran bahan-bahan ini sebagai peringatan kepada pengantin putra
dan putri bahwa kalau hidupnya mulia dan
bahagia seharusnya senang membantu orang lain.
Berikutnya upacara nicak endog, yaitu menginjak terlur.
Pengantin putra dan putri berdiri di atas tangga dan pengantin puti berdiri
dianak tangga satu tingkat lebih tinggi. Bahan-bahan upacara ini, yang
melambangkan nasihat untuk keselamatan kedua pengantin, terdiri dari:
1.
Tujuh
tangkai sagar (lidi enau)
Sifatnya
keras, tidak mudah patah, peringatan kepada kedua pengantin agar jangan cepat
marah karena bisa mengakibatkan hidup yang tidak harmonis.
2.
Telur
ayam
Melambangkan
keinginan untuk menjadi orang yang bertanggungjawab dan keinginan istrinya
untuk mengikuti bimbingan suaminya.
3.
Pelita
dengan tujuh sumbu
Untuk
merenungkan cara mengurus rumah tangga supaya keduanya asah, asuh, dan asih.
4.
Elekan,
potongan bamboo yang kosong
Sebagai
peringatan jangan sampai kosong.
5.
Kendhi
berisi air bening
Sebagai
alat pembersih dan pendingin, untuk membuat suasana yang baik.
6.
Papan
untuk meninjak telur
Untuk meninjak
telur. Wanita atau laki-laki yang belum menikah tidak boleh melangkahi papan
karena kepercayaan kalau terjadi mereka tidak akan dapat jodoh. Tetapi yang
sudah menikah harus melangkahi papan untuk melambangkan istri harus mengikuti
bimbingan suaminya.
Pengantin pria memegang
pelita yang dinyalakan dan pengantin wanita membakar tujuh tangkai sagar dengan
apinya, api dimatikan, selanjutnya dipatahkan dan dibuang. Kemudian mempelai
pria meninjak telur sampai pecah dan kakinya dibersihkan oleh mempelai wanita.
Lalu kedua pengantin melangkahi papan tersebut bersama. Pengantin putri masuk
rumah tetapi pengantin pria menunggu diluar untuk upacara berikutnya.
Pengantin putra mengetuk
pintu tiga kali untuk memulai upacara buka pintu. Pengantin putri menjawab dengan
pertanyaan dan diteruskan dengan tanya jawab syair tertentu dan akhir pengantin
puti meminta kepada pengantin putra untuk mengucap do’a. Do’a ini merupakan
janji kedua akan tetap setia. Akhirnya pengantin putra boleh masuk rumah.
Dalam upacara huap lingkung kedua mempelai makan
bersama. Pengantin putra meingkarkan tangan kanannya ke tengkuk pengantin
putrid an sebaliknya. Mereka saling memberi makanan tiga kali dan lalu diberi
minuman. Kemudia adalah rebutan ayam. Kedua mempelai memegang kaki ayam dan
menarik samapi di bagi menjadi dua. Siapa yang mendapat bagaian yang paling
beras akan dapat rezeki yang paling besar. Upacara ini juga bermakna kedua
mempelai harus bekerja sama untuk mencari rezeki.

Upacara huap lingkung

Rebutan Ayam
c. Resepsi
Pada sore atau malam hari sesudah upacara pernikahan resepsi diselenggarakan untuk merayakan pernikahan.
Pasangan suami istri yang baru menikah memasuki ruangan yang disediakan untuk
resepsi dengan upacara kirab. Pertama
cucuking lampah, seseorang sebagai petunjuk
jalan, masuk, dan lalu pasangan pengantin didahului patah sakembar, dua anak perempuan berpakaian kembar. Pasangan
pengantin diikuti kelompok putri domas, dan dua perjaka, biasanya adik atau
saudara pengantin keluarga yang belum menikah, orang tua kedua pengantin dan
keluarga lain.
Kalau ada hiburan biasanya merupakan tarian tradisional untuk sambutan
saja, atau musik gamelan yang mengiringi selama resepsi. Tamu yang diundang
dibreri hadiah, menandatangani buku tamu dan memberi salam dan selamat kepada
pasangan suami istri baru. Makanan disajikan dan tamu diterima selama kurang
lebih dua jam, ytergantung pada jumlah hadirin. Akhirnya upacara pernikahan
selesai dan pasangan suami-istri pulang untuk mulai kehidupan bersama.

Resepsi
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Upacara adat perkawinan merupakan serangkaian kegiatan trdisional turun
menurun yang mempunyai maksut dan tujuan agar semua perkawinan selamat
sejahtera serta mendatangkan kebahagian di kemudian hari. Dalam pernikahan terdapat
serangkaian prosesi yang harus diikuti oelh kedua calon pengantin sebagai suatu
sakral sebelum memulai kehidupan bersama. Indonesia mempunyai banyak provinsi
yang didalamnya terdapat beberapa daerah. Masing-masing daerah mempunyai
kebudayaan daerah sendiri, termasuk dalam hal pernikahan, adat istiadat atau
kebudayaan dalam hal pernikahan masing-masing daerah mempunyai ciri khas
tersendiri baik dari prosesi acara, busana, dan perlenkapan busana serta tata
rias pengantin.
Dalam upacara pernikahan ada beberapa cara yang pertama ; akad nikah,
upcara panggih dan yang terakhir resepsi. Dalam ketiga tersebut merupakan tata
cara penikahan adat Jawa yang masih sering dilakukan di Jawa, jadi semua
masyarakat Jawa wajib melestarikan adat Pernikahan seperti ini agar generasi
muda mengetahui tata cara pernikahan itu bagaimana.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Rebecca. 2001. Upacara Pernikahan di Jawa . Jawa Timur: Universitas Muhammadiyah
Malang
http://e-journal.uajy.ac.id/2275/1/IK0MO1473.pdf (diakses pada tanggal 25 April )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar