Sabtu, 25 Mei 2019

TRADISI UPACARA SADRANAN




Oleh :
Dian Putri Utami                     (2017015020)

Abstract

Upacara Sadranan adalah salah satu elemen komunikasi dengan mendesak orang-orang untuk bertemu dan berkomunikasi. Upacara Sadranan sebagai budaya asli yang tetap dilakukan sampai saat ini dan mengembangkan adat asli desa Karangturi. Dapat disimpulkan juga bahwa upacara Sadranan telah melalui modifikasi nilai yang dimasukkan dengan prinsip Islam.
Nilai-nilai yang disajikan dalam upacara Sadranan diantaranya kekeluargaan dan sikap tolong-menolong. Penelitian ini mengacu pada Teori Symbol, Teori Budaya, dan Interaksionisme simbolis. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah upacara Sadranan, sebagai simbol yang memiliki konsep ganda yaitu konsep umum sebagai kuburan-haji dan konsep sebagai rasa syukur kepada Tuhan, menyambut Ramadhan, berdoa pengampunan bagi roh leluhur, dan memelihara hubungan sosial selama prosesi Sadranan.

Kata kunci: Upacara, Sadranan, Komunikasi Sosial



PENDAHULUAN


Upacara tradisional merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi seluruh masyarakat dunia. Upacara tradisional merupakan suatu kegiatan resmi yang dilakukan untuk peristiwa-peristiwa tertentu. Kegiatan tersebut mempunyai kaitan dengan sebuah kepercayaan mengenai adanya kekuatan di luar kemampuan manusia. Yang dimaksud dengan kekuatan di luar manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Upacara tradisional dapat juga dikatakan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan pada saat tertentu dan secara teratur yang di dalamnya terdapat pengaktifan simbol-simbol komunikasi. Upacara tradisional digunakan sebagai perantara dalam menyampaikan pesanpesan yang terkandung dalam simbolsimbol komunikasi dimana di dalamnya terdapat hal-hal yang wajib dimengerti oleh masyarakat penggunanya.
Budaya merupakan warisan turun temurun dari generasi ke generasi, salah satu upacara tradisional yang masih diyakini serta dilestarikan oleh masyarakat Jawa yaitu Sadranan. Sebuah tradisi yang sampai saat ini masih kental dengan mempercayai simbol-simbol tradisi leluhur ini telah mewarnai kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Tujuannya Agar budaya tradisoanal merupakan media yang berasal dari nenek moyang untuk melukiskan segala macam bentuk pesan pengetahuan pada masyarakat sebagai generasi penerus. Adanya simbol yang melekat pada suatu adat ataupun kebudayaan diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat penggunanya. Salah satu tindakan simbolis yang sampai saat ini masih diyakini serta dilestarikan oleh masyarakat Jawa adalah upacara tradisional. Upacara tradisional merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi seluruh masyarakat. Upacara tradisional merupakan suatu kegiatan resmi yang dilakukan untuk peristiwa-peristiwa tertentu. Kegiatan tersebut mempunyai kaitan dengan sebuah kepercayaan mengenai adanya kekuatan di luar kemampuan manusia.




PEMBAHASAN


Budaya merupakan warisan turun temurun dari generasi ke generasi, salah satu upacara tradisional yang masih diyakini serta dilestarikan oleh masyarakat Jawa yaitu Sadranan. Upacara Sadranan yang dilaksanakan setiap tanggal 24 ruwah menjelang bulan puasa pada intinya tak jauh beda dengan ritual serupa di waktu lain dalam penanggalan Jawa seperti Suranan, Muluran, atau Syawalan. Intinya adalah memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi keselamatan dan kesejahteraan. Sebuah ritual doa menggunakan media yang dipercaya masyarakat dapat mendekatkan diri mereka dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sadranan menjelang bulan puasa selain memiliki makna doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga merupakan suatu penghargaan terhadap bulan Syakban (Jawa : Ruwah), bulan yang memiliki keistimewaan.
Tradisi Sadranan yang dilakukan tiap bulan ruwah ini sangat ramai diadakan di berbagai wilayah suku Jawa, salah satunya di Desa Plesedan, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Tiap wilayah telah memiliki ketentuan masing-masing mengenai waktu pelaksanaan tradisi Sadranan ini. Masyarakat desa Plesedan, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, rutin melaksanakan tradisi Sadranan setiap tanggal 24 Ruah atau tanggal jawa pada tiap tahunnya.
Bukan hanya orang tua saja yang berperan, pemuda-pemudi pun turut andil dalam meramaikan upacara tersebut. Hal inilah yang menunjukkan budaya masyarakat guyub rukun, gotong-royong, dan kekeluargaan. Dalam tradisi Sadranan ini sarat dengan adanya simbol-simbol yang berfungsi sebagai media komunikasi untuk menitipkan suatu pesan di dalamnya. Sebagai sebuah media komunikasi, upacara tradisi Sadranan pasti memiliki serangkaian prosesi yang diwakilkan melalui simbol simbol untuk menyampaikan suatu pesan pada generasi penerusnya. Hal tersebut memunculkan pertanyaan di benak penulis mengenai “bagaimana tahapan-tahapan awal sampai akhir dari prosesi upacara Sadranan, simbol-simbol seperti apa yang digunakan sebagai media komunikasi, apa nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Sadranan tersebut, serta pesan apa sebenarnya yang ingin disampaikan?” Disamping itu tradisi Sadranan ini juga merupakan warisan dari generasi ke generasi yang sampai saat ini masih mempengaruhi kehidupan masyarakat desa Plesedan, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul.
Tradisi Sadranan ini tetap dipertahankan tetapi substansinya diisi dengan nilai-nilai Islam. Sadranan tidak lagi dipersembahkan kepada arwah  leluhur, tetapi merupakan sarana atau media untuk sedekah  serta mendoakan agar arwah para leluhur bisa tentram, damai di sisi Allah SWT. Sesaji yang semula berupa makanan mentah, daging mentah dan darah kini diganti dengan makanan dan minuman yang baik, yang disesuaikan dengan kemampuan dari masing-masing kepala keluarga.
Rangkaian Sadranan ini dilaksanakan dengan berbagai variasi sesuai dengan adat masing-masing daerah mengingat tradisi Sadranan ini telah ada di berbagai wilayah Jawa Tengah. Pada umumnya tradisi Sadranan diawali dengan bersih-bersih makam. Acara bersih kubur ini merupakan kegiatan  pembuka dan melibatkan seluruh masyarakat desa. Setelah gotong-royong bersih-bersih makam, kegiatan dilanjutkan dengan membersihkan jalan-jalan, balai desa atau tempat lainnya yang memiliki fungsi sebagai tempat publik.
Tradisi upacara Sadranan dilaksanakan sesuai dengan tata cara pelaksanaan yang telah disepakati oleh tetua adat dan masyarakat Desa Karangturi pada setiap tahunnya. Tradisi upacara Sadranan ini dilaksanakan satu tahun sekali yang melibatkan seluruh masyarakat Desa Plesedan , Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul  yang dikoordinir oleh Pak Kaur selaku perwakilan dari kantor kecamatan Desa Plesedan. Dalam event upacara Sadranan ini, Masyarakat Desa Plesedan mengikuti serangkaian kegiatan yang terangkum dalam tata cara pelaksanaan upacara Sadranan yang meliputi:
(1) Pra-upacara Sadranan
(2) Hari H upacara Sadranan
(3) Acara Kenduri. Serangkaian kegiatan tersebut dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu yang berdekatan.
Bentuk komunikasi sosial dari tradisi upacara Sadranan ini adalah penyampaian pesan atau nasehat dari orang-orang tua zaman dahulu kepada generasi mudanya agar tetap hormat kepada arwah nenek moyang atau leluhurnya yang diharapkan berimbas kepada menghormati orang tua yang masih hidup. Disamping itu, komunikasi sosial juga tampak ketika warga masyarakat Desa Plesedan menunjukkan aktualisasi dirinya sebagai bentuk eksistensi dengan mengikuti prosesi upacara Sadranan. Hal tersebut merupakan suatu keinginan untuk menunjukkan diri bahwa mereka pun ada dan turut aktif mengikuti rangkaian kegiatan upacara Sadranan.
Upacara Sadranan juga dijadikan sebagai wahana pergaulan sosial dimana terjadi penyampaian informasi yang melibatkan seluruh lapisan warga masyarakat Desa Plesedan. Upacara Sadranan merupakan salah satu bentuk komunikasi sosial yang memiliki makna berupa keselarasan atau sebuah harmoni yang tercipta dalam dinamika kehidupan warga masyarakat Desa Plesedan.
perubahan makna dengan upacara Sadranan zaman dahulu, dengan upacara Sadranan msa sekarang. Sadranan pada zaman dahulu terdapat berbagai sesaji yang memang diperuntukkan bagi arwah para leluhur atau nenek moyang. Sesaji berupa makanan mentah, daging mentah, dupa dan darah itu diperuntukkan bagi para arwah leluhur agar masyarakat mendapat keselamatan, kesejahteraan, dan keberkahan hidup. Sedangkan upacara Sadranan pada masa sekarang tetap mempertahankan substansinya namun telah diisi dengan nilai-nilai Islam. Sadranan tidak lagi di persembahkan kepada arwah para leluhur atau nenek moyang, namun merupakan sarana atau media untuk sedekah serta mendoakan arwah leluhur agar bisa tentram. Sesaji yang semula berupa makanan mentah, daging mentah dan darah pun sekarang telah diganti dengan makanan dan minuman yang baik. Tradisi upacara Sadranan telah mengalami pergeseran nilai dan makna yakni sebagai ziarah kubur mendoakan arwah leluhur agar memperoleh ketentraman di sisi Allah SWT.


KESIMPULAN


Tradisi upacara Sadranan mengalami pergeseran makna. Sadranan tidak lagi dimaknai sebagai sebuah ritual untuk memohon keselamatan serta berkah dari arwah para leluhur, melainkan upacara Sadranan dipandang sebagai media untuk memanjatkan doa keselamatan para leluhur sebagai perwujudan dinamika kebudayaan yang tidak 100 persen bersifat statis.
Bentuk komunikasi sosial dari tradisi upacara Sadranan ini adalah penyampaian pesan atau nasehat dari orang-orang tua zaman dahulu kepada generasi mudanya agar tetap hormat kepada arwah nenek moyang atau leluhurnya yang diharapkan berimbas kepada menghormati orang tua yang masih hidup. Selain itu dalam upacara Sadranan ini terdapat bentuk aktualisasi diri masyarakat sebagai wujud eksistensi diri dalam aktivitas sosial, serta memupuk hubungan yang baik antar warga. Tradisi upacara Sadranan mengandung harmoni sosial yang memiliki peranan penting dalam menciptakan keharmonisan hidup bermasyarakat di Desa Plesedan, Kecamatan Srimulyo , Kabupaten Bantul.




LAMPIRAN



IMG-20190504-WA0040 
festival dewi sri

IMG-20190504-WA0039                   festival dewi sri pertanian organik

IMG-20190504-WA0038  Meningkatkan hasil panen



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRADISI NYADRAN DI MAKAM SEWU DIWIJIRWJO PANDAK BANTUL

Oleh : Febriana SiskaWati (2017015260) Febrianasiska123@gmail.com Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ABSTRAK Tulisan ini m...