Oleh
:
Febriana
SiskaWati (2017015260)
Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa
ABSTRAK
Tulisan
ini merupakan hasil penelitian yang mengungkap,prosesi, ubarampe, dan nilai
budaya dalam konteks adat Nyadran
Menyambut Bulan Suci Ramadhan di Desa Makam Sewu, Kecamatan Pandak,
Kabupaten Bantul. Lokasi penelitian di Desa Makan Sewu, Kecamatan Pandak ,
Kabupaten Bantul. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data berpijak pada metode kualitatif, yaitu : observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan : (1) prosesi tradisi Nyadran Menyambut Bulan Suci Ramadhan di
Desa Makam Sewu, Kecamatan Pandak , Kabupaten Bantul, meruapkan salah satu
merti dusun yang selalu di adakan setiap tahunnya dan masih terlaksana sampai
saat ini. (2) makna simbolik yang terkandung dalam ubarampe yang digunakan
dalam Nyadran Menyambut Bulan Suci
Ramadhan , yaitu : gunungan ,
pasukan bregodo , prajurit.
Kata
kunci : Nyadran Menyambut Bulan Suci
Ramadhan, Desa Makam Sewu, Pasukan Bregodo, dan Gunungan
Pendahuluan
Kebudayaan dapat
menunjukkan derajat dan tingkat peradapan manusia. Kecuali itu kebudayaan juga
bisa menunjukkan ciri kepribadian manusia atau masyarakat penduduknya.
Kebudayaan yang merupakan ciri pribadi manusia, di dalamnya mengandung
norma-norma, tatanan nilai-nilai yang perlu dimiliki dan dihayati oleh manusia
atau masyarakat penduduknya. Penghayatan terhadap kebudayaan dapat dilakukan
melalui proses sosialisasi. (Koentjaraningrat, 1980)
Yogyakarta bagi sebagai masyarakat Indonesia dianggap
sebagai salah satu provinsi yang dimiliki keanekaragaman budaya dari kesenian
hingga upacaa adat. Keduannya menjadi unsur pendukung bagi warga Yogyakarta
untuk menciptakan konformitas dan kohesi sosial. Akan tetapi, upacara adat
memiliki daya Tarik tersendiri karena mempunyai merangkum berbagai aspek seni
dan sastra sosial. Salah satu upacara adat yang masih dipertahankan oleh warga
Yogyakarta khususnya Desa Makam Sewu, Kecamatan Pandak , Kabupaten Bantul,
adalah Nyadran Menyambut Bulan Ramadhan.
Nyadran
merupakan salah satu tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadhan.nyadran
biasanya dilaksanakan biasanya dilaksanakan pada setiap hari ke-10 bulan Rajab atau saat datangnnya bulan Syap’ban. Nyadran makan Sewu merupakan
makam yang bersejarah di mana di tempat ini dimakamkan seorang tokoh Kanjeng
Panembahan Bodho , Kanjeng Panembahan Bodho merupakan murid dari Sunan
Kalijaga. Tradisi Nyadran Makam Sewu diawali
dengan kirab Jodangan. Kirab Jodangan di mulai di Lapangan di depan Kantor Desa
Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul.
Pembahasan
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini mengambil
fenomena dari Tradis Nyadran Makam Sewu di
Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Teknik pengumpulan data
penelitian diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi.
1.
Prosesi Tradisi Nyadran Makam Sewu di Desa Wijirejo.
a.mengangkat
jodangan
Jodangan
itulah namanya , jodangan yang dikirapkan seperti gambar berbentuk kotak dan
dipikul oleh 4 orang. Di dalam jodangan berisi uberampe khusus seperti sego gurih,
ketan kolak, apem dan ingkung. Jodangan kemudian dibawa ke pendopo Makam Sewu,
setelah sampai di pendopo Makam Sewu Jodangan dido’akan. Selesai di do’a dan
genduri, warga segera berebut makanan yang ada didalam jodangan , warga sudah
menunggu sejak siang untuk memperebutkan makanan yang ada di dalam jodangan.
b. Mengangkat Gunugan.
gunungan itu namanya,
gunungan berbentuk seperti tumbeng, dan gunungan juga dikelilingi berbagai
sayuran dan buah-buahan , tidak hanya sayuran yang dibuat gunungan, terkadang
juga tahu di buat gunungan. Dan gunungan itu di angkat 4 orang, dan gunungan di
bawa ke pendopo Makam Sewu, setelah sampai di pendopo Makam Sewu Gunungan
dido’akan. Selesai di do’a dan genduri, warga segera berebut makanan yang ada
didalam Gunungan , warga sudah menunggu sejak siang untuk memperebutkan
sayur-sayuran yang ada di Gunungan tersebut.
c. Pasukan Bregodo
Bregodo itu namanya, bregodo juga
menampilkan saat Tradisi Nyaran Makam Semu, Bregodo ini di bainkan oleh banyak
orang tidak hanya 1 orang , dan setiap orang membawa alat-alat seperti
seruling, dramben , bendera, tongkat panjang , dan . Bregada yang paling depan
yang membawa pedang namanya kepala prajurit atau Rajanya Bregodo.
2. Umbarampe yang Digunakan dan
Maknanya.
Simbol-simbol dalam upacara
tertentu diselenggarakan berjutuan sarana untuk menunjukkan secara semu maksud
dan tujuan upacara yang dilakukan oleh masyarakat pendukungnya. Dalam simbol
tersebut juga terdapat misi luhur yang dapat dipengaruhi untuk mempertahankan
nilai budaya dengan cara
melestarikannya.
Demikian umbarampe yang digunakan
dan memiliki makna :
a.
Nasi Ambeng
Nasi Ambeng ini disertai lauk pauk,
dan di bungkus dengan daun pisang. Nasi ini disediakan oleh warga masyarakat.
b.
Ingkung
Ayam yang dimasak secara utuh diberi
bumbu tidak pedas dan santan. Ingkung melambangkan manusia ketika masih bayi
belum mempunyai kesalahan atau masih suci. Ingkung juga melambangkan kepasrahan
pada tuhan.
c.
Bunga
Bunga
terdiri dari bunga mawar, melati dan kenanga. Bunga ini melambangkan keharuman
doa yang keluar dari hati yang tulus, kecuali itu bau harum mempunyai makna
kemuliaan.
d.
Pisan Raja
Melambangkan
suatu harapan agar kelak kemudian hari warga masyarakat desa Wijirejo hidupnya
selalu bahagia seperti Raja.
e. Jajanan Pasar
Sesajen yang terdiri dari
bermacam-macam makanan yang dibeli dari pasar, bermakna suatu harapan agar
warga masyarakat desa Wijirejo selalu memperoleh berkah dari Tuhan sehingga
hidupnya selalu mendapatkan kelimpahan dalam mengajarkan sawahnya.
Penutup
Simpulan
Tradisi Nyadran Makam Sewu merupakan
salah satu upacara adat tahunan dari Bantul yang sampai saat ini masih
dilaksanakan. Tradisi Nyadran ini diadakan dalam rangka menyambut bulan suci
Ramadhan.
Prosesi Tradisi Nyadran Makam Sewu
tersebut antara lain : (1) pasar malem sebelum upacara diadakan satu minggu ,
(2) menggotong jodangan , (3) menggangkat gunungan , (4) bregodo. Acara ini di
isi oleh ustat yang di iringi do’a bersama dang genduri saat uacara sebelum jodangan
, gunungan dan bregodo berjalan. Genduri dan doa bersama dilaksanakan di
pendopo Makam Sewu, Wijirejo Pandak Bantul.
Saran
Tradisi nyadran harus dilestarikan
terus-menerus supaya , tradisi ini berjalan secara sistematis , dan mengenang
leluhur. Karena Nyadran di saat menyambut bulan suci ramdhan itu di wajibkan ,
nyadran sebelum bulan suci Ramadhan itu mendoakan semua leluhun yang sudah
tiada. Maka dari itu nyadran harus di lestarikan oleh peneru bangsa.